10. Congested

480 113 30
                                    

***

Terbangun dan membuka garis mata secara bersamaan dalam keadaan Lota Melia masih merengkuh peluk di parasnya Luna.

Ya tentu kondisi tersebut membuat kedua insan ini saling mengentak, Lota membuka rengkuhannya dan Luna gegas bangun dari pangkuan Lota.

Si wanita Amerika terlihat salah tingkah, jika saja ada lubang untuk sembunyi, dia ingin derap sembunyi saja kedalam lubang itu.

Sementara Luna meraba bahkan sedikit menggosok wajahnya sendiri atas rasa yang lembab juga di dapati warna merah di tangannya, ia pun lalu bercermin, maka... lumatan lipstik itupun terlihat olehnya.

Lota Melia menekan kening yang menunduk di lipatan duduk kakinya, jantung miliknya berdebar dan takut jika Luna memang tidak menyukai hal itu. "Duhhh ngapain sih aku semaleman bisa ciumin bibir dan mukanya Luna sampe kaya gitu?!" umpat hati Lota yang gugup dan menjadi gundah.

"Hey... Liat sini." Luna bersuara di hadapannya, namun suara sang polisi yang terdengar lembut tak terdengar seakan kecewa.

Lota perlahan naikan wajahnya, ia pun melihat kepada Luna yang duduk kembali di depan lipatan kaki Lota bahkan mencondongkan wajahnya kepada Lota.

"Ayo ciumin lagi." celetuk Luna Jenna yang ternyata berucap seperti itu.

"Hah?" terlihat ekspresi bengong Lota kini yang mencuat.

"Aku tau yang udah bikin aku jadi nggak perawan lagi kaya gini tu kan kamu! Ayo lanjutin lagi, udah terlanjur ini..." dan parasnya makin mendekat saja di depan bengongnya si wanita Amerika.

Suasana hati Lota tentulah bertambah debar, entah apa yang tengah terjadi kepada Luna yang menjadi bersikap seperti itu, apakah sebenarnya Luna pun cinta kepada dirinya? Jemari Lota agak menjadi gemeteran yang perlahan bergerak mengarah kepada paras Luna, maka Luna meraihnya, ia membawa pergerakan Lota agar lebih dipercepat untuknya, dan kedua tangan itupun merekat di dua pipi sang polisi, mata Luna terpejam.

"Ya Tuhan... Apakah ini mimpi ataukah nyata? She asked me to kiss her!" gumam berdebarnya yang malah membuat gerakan tubuhnya membeku disana, dan itu membuat sebelah kelopak mata Luna pun terbuka mengintip.

"Mau dilanjutin atau nggak nih?" tanyanya dan itu terlihat lucu.

Lota Melia pun menjadi cepat mengangguk tanpa ragu, si polisi tersungging bahkan dialah yang putuskan untuk mencium saja duluan di banding Lota. "Lama deh." sambil nyosor.

Bibir Luna Jenna menyerangnya dan tentulah Lota Melia membalas dengan tekanan ciuman yang sama.

Kedua bibir indah itu saling memagut mesra, saling berlumat dari gerakan kecang lalu menjadi lambat, lambat, lambat, dalam dan lama.

Setelah itu kedua tangan Luna menekan di dua sisi pinggang si wanita cantik untuk mengajaknya berdiri dan itu masih dalam saling pagutan berciuman mereka.

Akan tetapi seketika bibir Lota meringis karena kedua kakinya yang sakit, kaku, kebas dan keram akibat terlipat duduk semaleman tadi.

Pagutanpun terlepas. "Kenapa Sayang? Kakinya sakit??" Luna mengernyit khawatir. "Jangan berdiri, ayo aku aja yang pangku kamu." ia pun memangkunya pelan-pelan, dan tubuh Lota ia baringkan di atas kasur, Luna kemudian meraih kedua kaki itu nan mengelus-ngelusnya lembut dari atas hingga bawah, dari paha hingga pergelangan kaki Lota. "Maafin aku ya Sayang, gara-gara aku, kaki kamu jadi pincang deh." sesekali pun si polisi mengecup lembut di paha wanita Amerika yang terbuka karena Lota hanya mengenakan hotpant amat pendek di kaki jenjangnya itu.

"Kaki aku nggak pincang kok." jawab polos namun was-was Lota seraya menggerak-gerakkan engkel kaki miliknya.

Luna pun menjadi tertawa kecil. "Cuma becanda Sayang..." belai satu tangannya mengelus di kepala Lota, lalu mereka... berciuman kembali, dan Luna yang kini terlihat dominan untuk Lota, itu sulit dipercaya.

LUNA & LOTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang