Terhitung sudah satu bulan Zee menjalankan tugas dari orang tua Marsha. Dengan tekun Zee mengantar-jemput gadis itu, dan di hari inilah ia berhenti melakukannya.
Entah mengapa, di pagi ini Zee memberangkatkan diri ke sekolah dengan rasa yang berbeda. Biasanya Zee berangkat bersama Marsha, namun kali ini jok di belakang dibelakang tidak ada lagi yang mengisi.
Sesampainya disekolah, Zee parkirkan motornya, kemudian ia turun.
Zee berjalan melewati siswa-siswi yang melihat ke arahnya, menatapnya, masih dengan tatapan yang sama.
Masa bodo, Zee tetap berjalan menuju kelasnya.
Hari ini semua murid disekolah menggunakan bebas, dikarenakan akan ada perlombaan antar sekolah yang di adakan di sekolah ini. Perlombaannya adalah badminton.
Badminton memang sudah menjadi ciri khasnya di sekolah ini, maka tak jarang diadakannya lomba.
Zee memasuki kelas, sebelum duduk di kursi ia lepas jaket varsity berwarna biru muda yang membaluti kaos putih miliknya, ia gantungkan saja jaket itu di kursi.
"Eh, Zee. Tumben nggak bareng Marsha?" tanya Olla ketika sadar adanya Zee.
Dahi Zee berkerut bingung. "Tau darimana?"
"Ya gue tau, lah! Orang kelas kita jendelanya langsung ngarahin ke tempat parkir, lo lupa?" mendengar itu, Zee melihat ke arah jendela yang berada di pojok sana. Dan benar saja, Zee lupa bahwa jendela kelasnya langsung mengarahkan ke tempat parkiran sekolah.
"Iya juga."
Olla memutar bola matanya. "Jawab, dong, pertanyaan gue. Kenapa lo nggak bareng Marsha berangkatnya? Berantem, kah?"
Zee menggeleng. "Enggak, gue cuman nurutin kemauan bokap nyokap dia."
"Maksudnya?"
"Bokap sama nyokapnya suruh gue antar-jemput Marsha satu bulan kemarin, dan sekarang udah satu bulan, jadi gue udah lepas tanggung jawab." jawab Zee menjelaskan. Olla membentuk mulutnya menjadi huruf O saat sudah mendengar penjelasan dari Zee.
"Lulu sama Oniel kemana?" Zee berbalik tanya.
"Kelas sebelah. Kita susul, yok,"
"Yaudah."
Zee dan Olla pun keluar dari kelas, menuju kelas sebelah untuk menemui Lulu dan Oniel.
Setelah sampai disana, mereka masuk saja tanpa basa-basi. Terlihatlah Lulu dan Oniel yang tengah bersenda gurau bersama murid-murid di kelas tersebut.
Mata Zee seakan tidak peduli dengan murid-murid itu, namun kedua matanya tertuju kepada Marsha yang sedang duduk berdua bersama Ashel. Dan. . . . tunggu, ada Adel juga?
"Kak Adel mau tanding, ya, sekarang? Semangat, Kak." kata Marsha kepada Adel. Si lawan bicara tersenyum kemudian mengangguk.
Melihat interaksi kecil seperti itu saja bisa membuat Zee terbakar. Zee mengalihkan pandangan ketika Marsha mulai meliriknya, ia pergi menghampiri Oniel dan Lulu.
"Eh, Zee! Tungguin gue!" Olla berlari-lari kecil menyusul Zee dari belakang.
Marsha bingung, apa yang terjadi kepada Zee? Mengapa auranya tiba-tiba berubah berbeda?
"Kenapa, Dek?" tanya Ashel karena Adiknya tiba-tiba diam.
Yang ditanya reflek menoleh. "Ah? Enggak,"
"Beneran?" Ashel penasaran, ia melihat ke arah yang sedari tadi ditatap bingung oleh Marsha.
Marsha langsung berdiri di depan Kakaknya, menghalangi pandangan gadis itu.
"Jangan di lihat!" hadangnya, membuat Ashel tenggelam dalam kebingungan.