Hingga sekarang, Zee sudah kembali mengantar-jemput Marsha. Kali ini tanpa suruhan dari siapapun, ini memang niatnya sendiri. Tentunya Zee melakukan ini karena suatu alasan, yaitu tak mau membiarkan Marsha diantar-jemput oleh orang selain Zee.
Agak posesif memang. Tapi inilah sisi gelap dari Azizi. Cuman teman, tapi posesifnya minta ampun.
Waktu itu, di suatu hari Marsha pulang sekolah diantar oleh Lulu. Karena kebetulan Lulu bertemu dengan Marsha di depan ruangan Osis, sepertinya sedang menunggu Ashel. Mengetahui Marsha yang diantar Lulu, Zee tentunya tidak terima. Dan, mulai saat itulah Zee memutuskan untuk mengantar-jemput Marsha kembali seperti dulu.
Jika dikatakan bahwa Zee membiarkan Marsha diantar-jemput oleh siapapun terkecuali Adel, itu bohong. Buktinya, Lulu yang mengantarkannya saja Zee tidak terima. Padahal notabenenya Lulu itu sahabat Zee sendiri.
Belum apa-apa sudah posesif, apalagi kelak jika Zee benar-benar menjadi kekasih Marsha?
Lalu lihatlah sekarang, kedua mata Zee memicing ke arah Lulu, mengintimidasinya lewat indra penglihatan. Lulu yang tengah menikmati baksonya pun jengah, ia menatap balik Zee dengan sinis
"Apaan, sih?" tanya Lulu. Kemudian Zee menjawab. "Gue mau nanya sesuatu sama lo,"
Lulu berdecak malas, ia simpan sendok berisi kuah bakso yang sudah bersedia dimasukkan ke dalam mulutnya. "Apa?"
"Kemarin pas lo nganterin Marsha, lo ngapain aja sama dia?" pertanyaan Zee yang terdengar aneh itu membuat dahi Lulu berkerut. Memang apa urusannya? Ah sudahlah, daripada kegiatan makan-nya terganggu lagi lebih baik Lulu jawab saja pertanyaan Zee.
"Gue nggak ngapa-ngapain. Kenapa emangnya? Lo mikirnya gue ajak Marsha ke hotel, gitu? Nggak mungkin-lah, Zee." jawab Lulu, setelah itu ia lanjut memakan baksonya.
Zee masih belum puas dengan jawaban yang Lulu berikan. Akhirnya Zee berdiri dari duduknya, berjalan keluar meninggalkan teman-temannya yang tengah menikmati makanan di kantin.
Teman-temannya memandangi kepergian Zee dengan tatapan bingung.
"Kenapa tuh anak?" tanya Oniel ikut bingung. Olla tersenyum miring, ia pun menjawab, "Biasa, posesifnya kambuh. Padahal cuman temen," terdengar agak menyindir, ya.
Oniel dan Lulu ber-oh ria mendengarnya, seolah sudah mengerti tentang maksud dari perkataan Olla.
"Mulai suka, kah?" Olla mengangguki pertanyaan Oniel. "Iya, tapi masih ragu sama perasaannya. Kita tunggu aja tanggal mainnya," semuanya langsung menyemburkan tawaan kencang.
Di lain tempat, Zee masih berjalan melewati lorong-lorong sekolah. Zee berniat untuk menemui Marsha dan mempertanyakannya langsung kepada gadis itu. Rasa penasaran Zee sepertinya tidak bisa hilang cepat begitu saja, Zee harus mendapat jawaban yang jelas hingga membuatnya puas dengan jawaban tersebut.
Sampai di depan kelas Marsha, langsung saja Zee masuk. Mengetahui jika kelas tersebut sepi, Zee jadi segan untuk memasuki.
Di dalam kelas hanya terdapat Marsha seorang diri. Marsha terlihat sedang mencorat-coret bagian belakang bukunya sambil sesekali bersenandung. Zee terdiam di ambang pintu, matanya mengamati Marsha dengan jeli. Cahaya matahari yang menyinari wajah Marsha membuat Marsha semakin cantik dilihat.
Sadar akan lamunannya, Zee pun membuyarkan. Zee menghampiri Marsha yang terduduk di bangku paling pojok dekat jendela.
Saat dihampiri, Marsha pun sadar dan mendongak, menyibakkan rambut yang menghalangi pandangannya. Di detik berikutnya bibir Marsha terangkat sempurna ketika melihat Zee yang sudah berdiri di depannya.
"Kak Zee!" seru Marsha. Zee ikut tersenyum, tersenyum tipis:)
"Kenapa nggak keluar?" tanya Zee sembari menyandarkan punggungnya ke jendela.