Terpaan angin dimalam hari menerobos masuk lewat jendela kamar yang dimiliki Zee. Gorden berwarna abu-abu muda itu terbuka lebar, bersamaan dengan terbukanya jendela kamar Zee.
Zee yang sedang duduk menyandar pada kepala kasur pun berinisiatif untuk menutup jendela kamarnya. Sebab jika tidak, air hujan akan mudah masuk ke dalam.
Sebelum menutupnya, tiba-tiba pandangan Zee menangkap sosok hewan berbulu lembut yang sedang meringkuk ketakutan di bawah kursi yang terletak di teras depan rumahnya.
"Anak kucing?" gumam Zee. Akhirnya, Zee pun turun kebawah untuk mengecek anak kucing tersebut.
Cklek.
Disaat Zee membuka pintu, hembusan angin kencang langsung menyambutnya. Zee sedikit menggigil, tetapi niatnya untuk mengecek anak kucing barusan tak ia urungkan. Zee tetap menghampiri anak kucing itu, dan begitu pula dengan anak kucingnya. Ketika Zee menghampiri, anak kucing itu ikut menghampiri Zee sambil mengeong.
Zee berjongkok, kemudian ia bawa anak kucing tersebut ke dalam rumah.
Zee meletakkan anak kucing berwarna putih bersih itu ke atas sofa. "Yaampun, kenapa lo bisa ada di rumah gue?"
"Miaw!"
"Nyaut lagi lo," ucap Zee sambil terkekeh. Kakinya ia langkahkan menuju dapur, Zee berniat mencari makanan kucing. Sebab dulu, Zee sempat memiliki kucing, namun mati di makan anjing tetangga.
Sesudah di cari, ternyata stok makanan kucing milik Zee masih tersisa. Langsung saja Zee bawa makanan kucing tersebut ke ruang tamu.
"Meng, meng," Zee memanggil anak kucing itu. Seakan mengerti, anak kucing itu dengan pintarnya menghampiri Zee lalu berdiri di depan kakinya.
"Miaw!"
"Iya-iya, sini gue kasih makan," Zee mengambil beberapa tisu, setelah itu ia letakkan makanan kucingnya di atas tisu. Si anak kucing mengeong kegirangan, dengan lahap anak kucing itu memakannya.
Zee tersenyum senang, ia mengusap lembut bulu anak kucing tersebut.
"Nama lo Bimbim, lo bakal nemenin gue mulai sekarang." kata Zee bersungguh-sungguh. Daripada kesepian, lebih baik Zee adopsi saja anak kucing ini, lagipula tidak ada yang punya.
Setelah beberapa saat, makanannya sudah habis tak bersisa. Bimbim mendusel di kaki Zee, mungkin sebagai tanda terimakasih?
Zee mengangkat tubuh Bimbim, ia pandang mata Bimbim yang unik. Mata kanannya berwarna biru, sedangkan mata kirinya berwarna oranye. Di dalam hati Zee bertanya-tanya, mengapa kucing seunik dan sebagus ini bisa di telantarkan begitu saja? Mana di depan rumahnya lagi.
Tok! Tok! Tok!
Ketukan pintu yang lumayan kencang terhitung tiga kali, membuat Zee mengerutkan dahi. Manusia macam apa yang mendatangi rumahnya malam-malam begini? Ditambah lagi cuacanya sedang buruk.
Tak ambil pusing, Zee segera menghampiri pintu. Sebelum itu Zee letakkan Bimbim terlebih dahulu, namun anehnya anak kucing itu malah mengekori Zee dari belakang.
Cklek.
"Siapa, ya?" tanya Zee bingung ketika melihat satu gadis yang sudah basah kuyup terkena air hujan. Gadis itu menggigil hebat, mata sayu-nya menatap kedua bola mata Zee.
"Boleh aku ikut neduh disini? Aku belum di jemput sama manager aku, boleh, ya?" jawab si gadis memohon. Zee yang masih dalam keadaan bingung hanya bisa mengangguki, kasihan juga jika dibiarkan kedinginan diluar, kemudian Zee persilahkan gadis tersebut untuk masuk.