Keesokan harinya, Zee sudah sepenuhnya pulih. Dengan penanganan Dokter kemarin malam, langsung bisa membuatnya sembuh kembali.
Zee berdiri di depan cermin, memperhatikan penampilannya di pagi hari ini. Zee mencoba mengingat-ingat kembali, apakah ia melupakan sesuatu?
"Dasi." gumam Zee. Gadis itu bergegas menuju lemari, tempat ia menyimpan dasi abu-abunya.
Sekarang dasi itu sudah di tangannya. Matanya tiba-tiba tak sengaja menangkap Marsha yang sedang tertidur meringkuk. Seperti bayi.
Zee tersenyum singkat, ia menghampiri Marsha, berniat membangunkannya.
"Marsha, bangun. Sekolah. Lo mau dihukum sama Osis karena telat? Cepet bangun." kata Zee sembari mengguncang pelan tubuh Marsha.
Gadis itu terusik. "Hnghh... jam berapa sekarang?" tanya Marsha dengan suara khas orang bangun tidur.
"Masih jam enam, tapi kalau lo mau tidur lagi lo bakal telat." jawab Zee.
"Ah, Iya. Aku mandi dulu, ya, Kak."
"Hmmm.."
Marsha beranjak dari tidurnya, langsung berjalan ke kamar mandi yang kebetulan berada di kamar Zee.
Sedangkan Zee kembali meneruskan niatnya, yaitu memakai dasi. Sesudahnya ia langsung keluar kamar dan berjalan menuju dapur.
Tangannya mengambil sebungkus roti yang berada di atas kulkas, menyimpannya di atas meja makan. Zee masih merasa ada yang kurang.
Selai kacang.
Langsung saja ia raih selai kacang yang tersimpan di dekat lemari piring. Ia oleskan selai tersebut ke atas roti, kemudian roti-roti yang sudah di lumuri selai itu ia simpan di atas piring.
Sepuluh menit berlalu, dan Zee masih setia menunggu Marsha yang belum selesai membersihkan diri.
Kemudian, terdengarlah suara yang menggema dari ara kamarnya.
"KAK ZEE! AKU PAKAI BAJU APA?!"
Suara Marsha.
Lantas Zee menjawab. "Itu di lemari di bagian tengah ada baju seragam punya gue yang dulu, coba lo pakai!"
"HAH?!"
Zee menarik napas. "DI LEMARI TENGAH ADA BAJU PUNYA GUE! COBA LO PAKAI, MARSHA!" pada akhirnya Zee meninggikan suara.
Sesudah itu, Zee tak lagi mendengar sahutan Marsha.
Datanglah seorang Marsha Lenathea Tiffany, berjalan menghampiri Zee yang tengah duduk di kursi. Marsha ikut mendudukkan pantatnya, di kursi yang berada di sebelah Zee.
Gadis itu memakai baju seragam cadangan Zee. Terlihat kebesaran sedikit ketika dipakai Marsha.
"Ngapain?" tanya Marsha bingung.
"Kelihatannya?"
"Lagi duduk. Nungguin aku?"
"Bukan, nungguin bansos." Marsha sontak tertawa mendengar celetukan Zee yang notabenenya tak pernah melontarkan candaan seperti itu.
"Kak Zee juga bisa bercanda, ya,"
"Gue juga manusia." timpal Zee, tangannya meraih kedua roti yang sudah ditumpuk. Ia berikan kepada Marsha.
"Sekarang makan ini dulu, nanti dijalan gue beli makan."
Marsha tersenyum lebar, menerima roti tersebut. "Makasih, Kak Zee! Tumben banget baik?"
"Emang sejak kapan gue jahat? Udahlah, cepet makan. Gue males dihukum sama Osis, apalagi Kakak lo."
"Kenapa emang kalo Kak Acel? Dia galak, ya?"