Ilysm, Marsha.

3.2K 239 6
                                    

"Kemarin gue lihat Azizi di Tv woi!"

"Sumpah! Gue juga!"

"Dia kolaborasi sama artis, ya? Pemain yang di film terbaru itu,"

"Iya, Greesel namanya."

"Gila! Azizi keren banget woi! Salah penilaian gue!"

Adel menghela napasnya kasar. Usai tak sengaja mendengar pembicaraan para siswa-siswi, ia langsung pergi dari tempat.

Sudah dari kemarin topik pembicaraan ini berlangsung, sama sekali belum ada perubahan. Yang dibahas hanyalah Zee, Azizi, Azizi.

Lama-kelamaan Adel muak. Kepopulerannya semakin tertutup setelah kejadian di perpustakaan dahulu.

"Dia berubah banyak. Sialan."

Dapat diakui sekarang, bahwa dari segi manapun Zee memang keren. Ia pantas menjadi pusat perhatian dibanding dengan Azizi yang dulu, yang sifatnya dipandang buruk oleh sebagian orang.

Titik kepopulerannya semakin meningkat, membuat Adel sempat merasa iri terhadap Zee.

Manusia bisa berubah dan diubah kapan saja, asal lingkungan dan niatnya mendukung.

Sementara itu disisi lain, ada Zee dan Marsha yang sedang duduk berduaan di taman sekolah. Hembusan angin yang lembut membuat suasana menjadi lebih terasa nyaman.

"Kak Zee," Marsha memanggil. Zee tak memalingkan wajahnya dari gawai, namun menyahut. "Kenapa?"

"Kamu nginep, ya?" pinta Marsha. Zee terdiam sejenak, barulah ia menolehkan kepalanya. "Ngapain nginep? Kamu aja yang nginep dirumah aku."

"Ish! Aku udah sering nginep dirumah kamu, bagian kamu nginep dirumah aku,"

Zee menghela napas, kembali fokus pada gawainya. "Yaudah iya."

"Yeay!"

Cup!

"Makasih, sayangku!"

Satu kecupan singkat yang Marsha berikan di pipi kiri Zee membuatnya melotot kaget. Detik berikutnya wajah Zee memerah, bibirnya menahan supaya tidak tersenyum.

"Ca!" Zee memegang pipi kirinya sambil menatap tajam kearah Marsha. Yang ditatap tertawa kencang, ekspresi yang Zee perlihatkan benar-benar lucu.

"Ini balas dendam, ya! Kemarin kamu juga nyosor!"

"Ya, tapi, kan---"

"Apa?" Marsha memasang wajah menantang nan tengil. Zee berdecak sebal, jika sudah seperti ini artinya ia kalah debat dengan Marsha. Dengan wajah yang masih memerah, Zee alihkan pandangannya dari Marsha.

Sial, detak jantungnya tidak bisa dikontrol.

"Saltingmu jelek, Kak," cibir Marsha mengejek. Zee tak menggubris, jika dijawab maka Marsha akan melebih-lebihkan aksi jahilnya.

Diam-diam, Marsha sengaja menyandarkan kepalanya diatas bahu sang kekasih. Zee agak terkejut, mengusahakan diri untuk tidak memperlihatkan rasa gugupnya.

"Nggak nyangka aku bisa sama kamu. Berawal dari tukang antar-jemput, eh, jadi pacar." ucap Marsha sambil membayangkan momen-momen dirinya bersama Zee ketika baru saling mengenal.

Zee berbatuk pelan, mengangguki perkataan Marsha. "A-aku juga nggak nyangka, Sha. Awalnya gue-- maksudnya aku, sama sekali nggak pernah berpikir kalau kita bakal kayak gini." balasnya.

Tanpa disadari, senyuman manis berhasil terukir di bibir Marsha.

"Kamu beneran suka sama aku, kan, Kak?" tanya Marsha penasaran, bin iseng. Pertanyaan aneh itu membuat alis Zee bertaut, bingung.

Asteria | END.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang