Zee dan Oniel benar-benar mematuhi hukuman dari Ashel dan Indah. Kedua gadis itu masih berdiri di tengah lapangan. Terhitung sudah dua jam mereka berdiri, dan akhirnya mereka memutuskan untuk duduk. Tidak peduli di cibir oleh murid lain yang melihat mereka.
"Gila, Indah sadis banget." kata Oniel sambil menyeka keringat yang bercucuran di pelipisnya.
Zee tak menanggapi, ia memilih untuk melihat jam tangan yang bertengger di pergelangan tangannya.
Sepuluh menit lagi istirahat.
Perhatian Zee di alihkan kembali oleh murid kelas sebelas yang sudah berhamburan keluar dari kelasnya. Saat Zee memicingkan mata, ada sosok Marsha disana.
Marsha sedang memberikan botol minumnya nya kepada seorang gadis bertubuh tinggi, rambutnya pendek dan wajahnya agak tercampur wajah orang Tionghoa. Gadis itu menerimanya, kemudian meminum air yang ada didalamnya. Setelah itu, ia kembalikan lagi kepada Marsha.
Zee tak tahu persis siapa gadis itu, namun entah mengapa matanya seolah tak suka melihat interaksi mereka.
Oniel menyadari bahwa Zee sedang memperhatikan sesuatu, ia melirik ke arah yang di lihat oleh Zee.
"Adel." kata Oniel reflek. Zee menoleh, menatapnya bingung. "Hah?"
"Dia Adel, ketua tim Badminton putri." Oniel mengulang kembali ucapannya. Zee hanya mengangguk seolah tak peduli, tapi di dalam hati ia memaki-maki si gadis bernama Adel itu.
Tak suka saja dengan tampangnya, layak orang songong. Padahal belum tentu juga. Tetapi Zee tidak suka.
"Kenapa muka lo di tekuk gitu? Cemburu?" mata Zee terbuka lebar mendengar ucapan Oniel. Bisa-bisa Oniel mengira seperti itu, batin Zee.
"Nggak usah ngawur, mana ada gue cemburu." elak Zee, memalingkan wajahnya, lalu mendongak ke atas guna menatap langit.
"Kali aja. Lo, kan, deket sama Marsha." imbuh Oniel kemudian. Zee tak lagi menanggapi, malas juga membahas hal itu.
Di lain sisi, Marsha melambaikan tangan kepada Adel yang ingin pergi duluan ke kantin. Saat hendak memasuki kelas, mata Marsha tak sengaja menangkap sosok Zee yang tengah duduk di tengah lapangan bersama Oniel.
Marsha mengerutkan kening. "Mereka ngapain? Panas-panas gini diem di tengah lapangan,"
Marsha memutuskan menghampiri ke tempat Zee dan Oniel berada.
Sadar akan kedatangan Marsha, Oniel mencolek lengan temannya. Zee pun menoleh, menanyakan 'ada apa?'
"Ngapain, Kak?" suara Marsha menjawab kebingungan yang Zee rasakan terhadap Oniel. Sedangkan Oniel tersenyum tengil.
"Tadi kita di hukum, Sha. Gara-gara si Zee ngajak bolos, awalnya kita kira nggak bakal ketahuan, eh ternyata ketahuan sama Ashel." jelas Oniel sambil nyengir. Zee cukup menyimak.
"Hih, makannya jangan bolos. Baru sembuh kamu, tuh," Marsha berjongkok di depan Zee, memberikan botol minum berwana pink yang berisi setengah air karena setengahnya udah diminum sama Adel.
"Nih, minum,"
"Nggak haus." tolak Zee. Padahal mah haus berat, namun enggan saja untuk menerima. Mengingat jika air di dalam botol itu juga sudah di minum oleh si Adel Adel.
"Masa udah panas-panasan nggak haus, sih, Kak? Cepetan minum, aku tahu kamu capek." Marsha mencoba meminta kembali agar Zee meminum air itu. Namun nihil, Zee masih tak mau menerimanya.
"Gue nggak haus, Marsha. Kalaupun gue haus gue bakal beli langsung di kantin." Zee menolaknya kembali, nadanya agak dibuat datar.
"Kamu kenapa, deh? Ini, kan, sama-sama air." tanya Marsha heran. Zee tak menjawab, sedangkan Oniel menahan tawanya.