Hujan rintik mengawali pagi yang dimana membuat suhu udara terasa sangat dingin, dibalik selimut yang tebal El masih tertidur dengan seluruh badannya ia bungkus dengan selimut itu.
"Sayang, bangun nak. Anak ganteng bangun dong," ujar mommynya.
Engg
El menggeliat, meregangkan kedua tangannya ke atas. Ia menggosok kedua matanya pelan lalu menengok ke mommynya.
"Bangun yuk, mandi terus sarapan abis itu berangkat sekolah ya ganteng,"ujar mommynya.
El mengangguk dan mematuhi arahan mommynya. Setelah selesai semua, El berangkat menuju rumah Reva.
Beberapa menit kemudian, sampailah ia di halaman rumah Reva, ia kemudian masuk ke teras rumah Reva lalu mengetuk pintu itu beberapa kali hingga munculah bundanya Reva.
"Siapa?" Bunda menatap El dari atas hingga ke bawah.
"El Tante, mau jemput Reva. Mau berangkat bareng," ujarnya.
"Ngapain, dia masih ada papanya," ujarnya ketus.
"Tapi Tante, Reva meminta saya untuk menjemputnya," jelas El.
Ga lama Reva keluar dari dalam rumah, ia menarik El untuk menuju motornya.
"Berisik bat sih Bun, masih pagi juga. Yok El berangkat," ujarnya.
Setelah berkata itu, mereka pun pergi menuju sekola.
"Sayang, tadi kenapa ga salam dulu?" El menatap spion motornya sambil bertanya.
"Gapapa, ga usah di bahas," jawabnya.
"Em oke, kalo ada apa-apa bilang ya?"
El kembali diam setelah mendapat anggukan dari Reva.Keduanya pun sampai di sekolah, selesai memarkirkan motor mereka masuk ke kelas dan mulai belajar.
Sepulangnya sekolah, El kembali mengantarkan Reva ke rumahnya, saat tiba di halaman rumah. Mereka melihat bundanya Reva sudah di ambang pintu.
Bunda datang menghampiri Reva, tak banyak bicara ia langsung menarik Reva kedalam rumah dengan sedikit kasar.
El yang khawatir mencoba menyusul mereka namun pintu dengan segera di tutup.
El terpaksa pulang dari rumah Reva dengan rasa resah yang bersarang dihatinya.
Sepulangnya El dari rumah Reva, ia terus menunggu kabar dari Reva namun tak juga ia mendapatkan kabar. Sampai esok hari pun, ketika ia mencoba menghampiri rumah Reva, ia tidak melihat keberadaan seseorang di sana. Saat di sekolah pun, El tidak melihat Reva.
Ia terus mencoba menghubungi Reva sampai suatu hari, Reva akhirnya mau meresponnya setelah sekian banyak keluhan yang El sampaikan.
Ia memberikan kabar yang begitu mengejutkan, kekhawatiran yang sekilas pernah terlewat di kepalanya ternyata kini terjadi.
"Maaf sayang, aku bukan ga sayang sama kamu. Tapi bunda udah tau kita pacaran, aku ga tau gimana caranya dia dapet foto yang aku simpen baik-baik di kamar.
Aku di suruh mutusin kamu, aku ga mau aku ga bisa. Aku sayang kamu, tapi dia terus ngancam aku kalo aku bakalan dia jodohin" jelasnya.
Penjalasan itu sangat mengejutkan baginya, selama ini menghindar darinya karena masalah sebesar ini.
"Terus apa lagi?" El bertanya sambil menatapnya.
"Karena aku ga mau putusin kamu, aku di pukul papa sama bunda, aku suka di tarik sampe jatoh dari kasur waktu tidur dan gusur aku ke kamar mandi,"jelasnya.
"Kenapa kamu ga bilang dari awal sayang? Biar aku juga di pukul, biar kamu ga sendirian," ujarnya.
"Ga, ga boleh. Aku ga ikhlas kalo sampe kamu di pukul mereka," ujarnya sambil menggenggam tangan El untuk meyakinkannya jika ia baik-baik saja.
Dengan terpaksa, El mengangguk menyetujui keinginan Reva. Selama beberapa bulan, ia terus mendengar sakit yang Reva terima tanpa bisa berbuat apa, jika ia berbuat maka Reva selalu mengancamnya dengan melukai dirinya lagi.
Kini di bulan selanjutnya, semuanya kini berjalan cukup lancar. Keduanya menikmati jalannya waktu itu dengan cukup nyaman.
Hingga suatu ketika, ketika El sedang menyelesaikan prnya. Tiba-tiba ada sebuah pesan dari nomor Reva yang lainnya. Ia ingin menjawab seperti biasanya namun ia curiga, karena cara memanggilnya sangat berbeda juga nomor itu aplikasi WhatsAppnya papa Reva sendiri yang menggunakan.
Mencoba tenang, El menjawab pesan itu.
P
Kenapa?
Ini papanya Reva
Deg
Iya kenapa om?
Ini yang namanya Mikaela/El
Iya saya
Masih berhubungan dengan anak saya?
Masih om
Kamu perempuan kan?
Iya om
Apa motif kamu pacarin anak saya?Motif apa yang mau om terima? Karena ga ada materi yang saya incar ga ada fisik yang saya jadikan patokan ga ada status sosial darinya yang saya ingin dapat.
Saya hanya mempunyai sesuatu yang memang ga seharusnya tapi ga bisa saya lawan.
Saya hanya mau dia bahagia dari hal kecil atau besar yang mungkin bisa saya lakukan.
Kamu tau kamu perempuan dan gak bisa terus dgn anak sayaSaya tau, saya juga ga meminta dia harus hidup dan mati sama saya.
Saya hanya menjalani yang ada sampai dia sendiri yang memilih pergi. Saya hanya menjaga perasaannya, moodnya, amarahnya, dan sebagainya untuk dia bahagia sekalipun emang ga seharusnya.
Apapun pilihannya, sekalipun menyakiti saya. Selama dia bahagia, ga ada alasan saya untuk menahan, marah, atau melarang.
oke,saya cuma mau pesan,saya sayang dgn anak saya yang satu tu,jangan kamu buat dia nangis dan segala macamnya,saya menyetujui karena sya tau kamu baik dan begitu perhatian,kamu paham maksud saya??
Paham om, sangat paham
Bagus, panggil aja papa ga usah om
Iya pa, makasih pa makasih
R
"ANJIIIIIIIIIIIIIRRRRRR BANGSAT WOY GUA DI KASIH RESTUUUUUU, WUNSRGSKDBHEBSHDHAN," ujarnya kegirangan.
"Sumpah sumpah, kebaikan apa anjir yang gua lakuin bisa dapet restu papanya," ujarnya lagi sambil menepuk-nepuk pipinya.
"SUMPAH GUA GA AKAN MUNDUR BUAT PERJUANGIN DIA!!!!!"
___________________________________________
thanks for readingBtw dialog terakhir real ya 😅