Satu tahun berlalu, kini El dan Reva akan mulai menjalani KKN di suatu desa bersama. Untuk itu keduanya sedang mempersiapkan segala halnya mulai dari perizinan, laporan, juga persiapan untuk kebutuhan selama beberapa bulan di desa itu.
Kini segalanya sudah siap, El, Reva dan beberapa mahasiswa lainnya sedang melakukan perjalanan menuju desa yang sudah di tentukan. El terus memanjakan Reva yang bosan dan mulai mengantuk. Karena perjalanan yang cukup jauh, El meminta Reva untuk tidur saja dulu.
Sekitar 2 jam kemudian, kini mereka sampai di sebuah desa bernama desa Purnama. Mereka sampai di sore hari dan langsung menuju ke kepala desa untuk melapor bahwa mahasiswa yang akan melakukan KKN telah sampai.
Setelah semua selesai, mereka diantarkan ke sebuah rumah dengan beberapa kamar, El tentu memilih untuk sekamar dengan Reva. Mereka pun kembali istirahat agar besok pagi dapat berkeliling juga mulai berunding untuk mulai neliti desa tersebut.
Minggu ke Minggu mereka jalani dengan lancar hingga pada bulan terakhir KKN ada hal yang membuat El murka.
Sore itu El tidak melihat Reva dimanapun, ia tanyakan seluruh teman kknnya bahkan seluruh penduduk desa namun ia sama sekali tidak menemukan Reva dimanapun.
El pun memaksakan dirinya tanpa peduli aturan apapun lagi untuk menemukan Reva, hingga tak lama setelah El berkeliling di sekitar hutan. El mendengar suara rintihan seorang perempuan.
El segera berlari kencang dan menemukan Reva dengan kondisi yang sangat memprihatinkan, dibawah Kungkungan seorang laki-laki yang ternyata adalah Alex.
El yang melihat itu seketika murka, ia menghajar Alex habis-habisan hingga Alex sekarat. El yang sudah gelap mata, mengambil bongkahan batu dan menghantamkan batu itu di kepala Alex hingga akhirnya Alex tiada.
Dengan tatapan kosong, El menggendong Reva dan mendekapnya erat. Seketika itu Reva pingsan, menyisakan El yang mengutuk dirinya karena kelalaiannya dalam menjaga kekasihnya sendiri.
"Ga ada yang bisa membuat aku hancur berkeping-keping selain mengenai dirimu," ucapnya lirih.
Tanpa banyak pertimbangan lagi, El menyerahkan sisa tugas KKN ini kepada temannya dan kembali dengan cepat setelah Reva mulai sadarkan diri.
Dalam perjalanan itu, Reva hanya diam begitupun El. Kejadian itu, menghancurkan perasaan mereka.
"Kita udahan ya," ujar Reva.
"Ga," tolak El.
"Aku kotor El, aku ud-,"
"Cukup, bagi aku kamu tetap sempurna. Tidak ada cela dari dirimu, aku ga peduli kamu gimana dulu, sekarang dan nanti. Bagi aku, kamu tetap ratuku satu-satunya," ujar El tegas.
Mendengarnya Reva hanya bisa terisak mengingat apa yang telah terjadi, El mencoba menenangkan Reva dan meminta maaf karena gagal menjaganya.
Setelah kejadian itu, selama 2 bulan Reva sering kali menghindari El dan menyakiti dirinya. Dengan sabar El mencoba memahami dan memberikan pemahaman padanya agar percaya bahwa El tidak akan pernah meninggalkannya setalah atau yang akan terjadi. Ia akan terus di sampingnya menjadi sandarannya juga support sistemnya.
Suatu hari Reva meminta agar ia di bawa ke apartemen El, El pun mengindahkan keinginan itu. Kini keduanya sedang menikmati waktu bersama sambil melihat sebuah film.
"Sayang," ucap ujar El.
"Kenapa?," Tanya Reva.
"Masih mengingat-ingat itu?" El menatapnya sendu.
"Ga," ujarnya.
"Terus kenapa?" El menatap lekat Reva.
"Apanya sih, diem lah berisik kali orang lagi asik nonton pun," kesalnya.
"Kamu dingin, cuek, dan sensitif banget. Seakan aku selalu ganggu kamu," ujarnya.
"Ga ada," jawabnya.
"Yang bener? Aku ada salah sayang?" Dengan sedih El bertanya.
"Hufhh...dengerin aku, aku ga tau kamu akan gimana ke aku nantinya. Tapi aku ga mungkin terus diem aja, aku harap kamu ngerti,"ujarnya.
El terus memperhatikan Reva dengan serius.
"Aku hamil," ujarnya.
....
....
....
....
"Sayang?" Reva sedikit mengguncang tubuh El.
"Hah??" El menatap Reva terkejut.
"Iya, aku hamil. Aku yakin, kamu pasti mau ni-,"
"Kamu ga becanda?" El menatap dengan mata yang berkaca-kaca.
"Ga lah, kamu ga inget kondisinya gimana waktu itu?" Dengan kesal menatap El.
"Wah, wah gila sih...yang bener aja anjir," ujarnya sambil menggelengkan kepala.
"Aku tau ak-,"
"ANJING GUA PUNYA ANAK COK, JADI BAPAK NIH GUA ANJENG. MOMMYYYY, POKONYA AKU MO NIKAH BESOOOOK," teriaknya kegirangan sambil sedikit lompat-lompat.
Reva hanya bisa menatap bingung akan tingkahnya.
"Bub aku kan hamil anak A-"
"Aku!! Kamu hamil anakku, dia anakku. Bukan orang lain," ujarnya tegas.
"By kamu?" Reva menatap El bingung.
"Hufh...kamu mau ninggalin aku?" El menggenggam kedua tangan Reva.
"Engga lah by, aku yang malah takut kamu tinggalin," ujarnya.
"Ya udah sayang, ga perlu mikirin hal lain-lain. Sayang, kalo kamu sendiri mau sama aku dan ikhlas anak ini jadi anakku juga. Ga ada alasan aku buat pergi dari kamu dan ga terima anak ini. Bagi aku sekarang, dia anakku bukan orang lain." Jelas El.
Reva menatap El sendu, lalu ia memeluk El dengan erat. El mengusap kepala Reva lembut, kini ia paham mengapa kekasihnya begitu sensitif terhadapnya ternyata bawaan malaikat kecil yang kini hadir di kehidupan mereka.
"Sayang, kenalin ini Daddy nak. Daddy kamu cuma Daddy El sayang, dd harus sayang sama Daddy ya nak," ujar Reva.
"Halo sayang, ini Daddy. Dd lagi apa sekarang? Udah umur berapa di perut mommy nak?" El mengelus perut Reva.
"2 bulan Daddy, dd udah 2 bulan di pelut mommy hihihi,' ujar Reva.
" Makasih ya by, selalu disamping aku senang maupun duka," ujar Reva.
"Apapun untukmu, dan kini juga untuknya," sambil mengelus perut Reva.
"Cepet besar ya nak, mommy sama Daddy tunggu kamu," ujarnya.