I Love You Forever

342 68 35
                                    

Anne berlari di lorong rumah sakit menuju ruangan yang ia tuju, ruang ICU. Setelah sampai disana, ia mendapatkan June yang sedang berdiri dengan wajah gelisah.

" J-JUNE! "

" ANNE! " Mereka kemudian berpelukan satu sama lain.

" B-bagaimana eomma? " Tanya Anne panik dan khawatir.

" Dengar Anne, kamu jangan panik. Kita berdoa yang terbaik oke? " Ucap June sambil memegang kedua lengan Anne dan menatapnya penuh keyakinan.
Anne yang mendengar itu mengangguk lemas sambil duduk. Menunggu kabar dari dokter.

FLASBACK 30 MENIT YANG LALU

" Anne! Annee!! " Panggil Leysa sambil menghampiri Anne.

" Kenapa, Ley? "

" Di panggil Mrs. Leen. "

Anne kemudian cepat-cepat menuju ruangan Mrs. Leen. Hatinya sudah tidak enak, apa ia akan dipecat?

" Anne! " Mrs. Leen tampak kebingungan seperti hendak mengatakan sesuatu tapi takut.

" K-kenapa Mrs. Leen? "

" Emm.. Ini tadi June menelpon kamu, tapi tidak dijawab terus. " Anne segera mengecek ponselnya, benar saja. Ada 20 panggilan tak terjawab dari June. Itu karena ponsel Anne di silent kan.

" Astaga. "

" Lalu dia menelpon saya. Dia memberitahu, ibumu kejang-kejang lalu sekarang masuk ICU di rumah sakit Haelmera. " Jelas Mrs. Leen membuat Anne kaget sekaligus panik.

" A-ASTAGA! "

" Pergilah, sayang. Saya doakan yang terbaik. "

Setelahnya, Anne berlari menuju Taksi dan melaju ke rumah sakit.

FLASHBACK SELESAI

Anne kini tengah tertidur dengan kepala yang menyandar di dada June yang sedang memeluknya. June yang melihat Anne yang tampak gelisah dalam tidurnya mengusap lembut kepala Anne agar kekasihnya itu tenang dalam tidurnya.

" Mmmhh..! " Beberapa kali Anne mengigau ketakutan maupun gelisah.

" Sshh.. Shh.. Tenang.. Saya disini, sayang.. " Bisik June lembut tepat ditelinga Anne sambil kembali mengelus kepala maupun lengannya. Setelahnya Anne kembali tenang, namun ketenangannya entah akan berakhir kapan.

CEKLEK!

" Keluarga pasi- "

" Suutt... " June menempelkan telunjuknya di bibirnya membuat Dokter mengerti bahwa ada yang tengah terlelap. June mengangkat satu alisnya mengode kepada Dokter apa yang terjadi.

" Jadi.. Maaf. " June mulai menegang mendengar jawaban Dokter. Namun tangannya tidak berhenti untuk mengusap kepada Anne. " Tuhan lebih sayang nyonya Sandara. "

June menelan ludahnya kasar sambil mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menahan air matanya. Usapannya juga menjadi gemetar.

" Saya ikut berduka cita, tuan. " Ucap Dokter pelan. June mengangguk sambil menyunggingkan senyuman meskipun harus susah payah.

" Terimakasih, dok. "

" Kalau begitu, saya akan mengurus jenazahnya dulu, tuan. Izin pamit. " Ucap Dokter sambil kembali masuk ruangan.

" D-dok! "

" Iya, tuan? "

" Tolong jangan dulu dibawa kemana-mana. Bisa menunggu sampai kekasih saya bangun? Dia putrinya. " Pinta June. Dokter terlihat berpikir sebentar kemudian mengangguk setuju.

Day CareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang