Para Penghuni Neraka (2)

379 27 0
                                    

Sebuah rumah tua terlihat di depan kami , tingginya pohon – pohon jati di sekelilingnya membuat rumah ini terlihat kecil. Gelapnya hutan tidak mampu menutupi keangkeran rumah ini, namun bukan itu masalahnya.

Puluhan , bahkan mungkin ratusan demit berkumpul menyambut kami. Kali ini tidak ada makhluk sekuat Lelepah dan siluman ular seperti dulu. Mayat hidup dan pocong mendominasi jumlah mereka.

"Ingat tujuan utama kita, Jasad Mirah!" ucap Pak Kuswara mengingatkan.

"Baik Pak Kuswara " Jwabku.

Kami tak berniat melayani makhluk-makhluk itu , kami yakin mantra pelindung yang kami rapalkan cukup untuk mejauhkan mereka dari kami.

Pak Kuswara memimpin kami menuju rumah itu , kali ini ia melangkah dengan penuh keyakinan. Tanpa mengurangi kewaspadaan, kami mengikuti Pak Kuswara .

Dan benar saja... sesosok makhluk menghadang kami.

Sesosok pocong dengan kain kafan yang berwarna merah darah , seolah-olah warna putih dari kain kafan telah berubah oleh darah tumbal-tumbal yang dia habisi. Kami tahu makhluk ini berbahaya.

Cahyo segera menerjang dan menyerangnya dengan sarung kebanggaanya, namun tak satupun seranganya menyentuh makhluk itu.

Aku lengah, tiba-tiba wajah saja makhluk itu berada di depanku , wajahnya sudah tidak berbentuk hanya kulit busuk yang bercampur dengan darah. Liurnya menetes dari lubang mulut yang tidak berbentuk lagi.

Belum sempat melompat mundur , tangan makhluk itu menerobos kain kafan dan menggenggam lenganku dengan keras.

"Awas Danan! " Ucap Cahyo melontarkan sarungnya pada makhluk itu.

Makhluk itu terhempas, namun tanganya masih menggenggam lenganku dan membuatku ikut terjatuh.

Menjijikan! Makhluk itu menggeliat diatas tubuhku berusaha mendekatkan wajahnya ke wajahku.

..

"Bebaskan jasadku..." makhluk itu mencoba mengatakan sesuatu.

Sesosok penglihatan masuk ke pikiranku , Terlihat seorang dukun sedang mempraktekan ilmunya , dukun itu mencari keuntungan dengan melakukan santet , mengajarkan pesugihan, dan mendalami ilmu hitam. Salah satu tamunya adalah Mbah Wira.

Di akhir penglihatan, terlihat sang iblis yang memberinya ilmu menuntut apa apa yang menjadi haknya, terlihat mata sang dukun terbakar, sesuatu menarik lidahnya hingga tak lagi tersambung, tubuhnya mulai melepuh, rasa sakit yang amat sangat menyelimuti tubuhnya. Ia harus mencarikan tumbal untuk iblis itu demi menghilangkan rasa sakitnya.

"Danan !" teriakan Cahyo membangunkanku.

Aku melihat ke sekitar , Sosok pocong itu tak lagi ada.

"Kemana makhluk itu?" Tanyaku.

"Hilang , persis saat kamu kehilangan kesadaran" jelas Cahyo

"Dia Dukun yang menjerumuskan Mbah Wira... " ucapku sambil mencoba kembali berdiri.

Aku menceritakan sedikit tentang apa yang disampaikan makhluk itu kepadaku kepada Pak Kuswara dan Cahyo. Terlihat mereka semakin geram dengan ulah Brakaraswana.

"Sebaiknya segera kita selesaikan urusan ini agar tak lebih banyak manusia yang terjerumus" ucap Pak Kuswara.

Kami mempercepat langkah kami , saat ini pintu imah leuweung sudah tidak lagi tertutup, ada hal besar yang akan menyambut kami di sana.

1. Imah Leuweung - Rumah HutanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang