Para Penghuni Neraka (3)

363 31 0
                                    

            Rambutku memanjang dan memutih , taring muncul dari mulutku dan tanganku... yang saat ini lebih pantas disebut sebagai cakar, namun saat ini keris pusaka raga sukma tergenggam di tanganku.

Kekuatan besar mengalir di tubuhku, tak berniat mencari tahu, aku segera bergegas menuju Brakaraswana dan mulai menyerangnya.

"Iblis Jahanam , Hanya neraka tempat yang pantas untukmu!" ucapku sambil menghunuskan keris ke tubuhnya.

Makhluk itu menahan dengan tanganya, namun beda dengan sebelumnya.. kali ini keris ini menembus tanganya hingga mengeluarkan darah yang berwarna hitam.

Aku menoleh ke arah Cahyo , terlihat Pak Kuswara sedang menolongnya. Aku sedikit lega dan mencoba untuk terus menyerang .

Tak terima dengan luka yang diterima, Brakaraswana mendekatiku dan menyemburkan api hitam dari mulutnya. Aku hampir tak sempat menghindar, tapi sebelum mengenai tubuhku wanasura menerjang braskarawara hingga seranganya tak mengenaiku.

"Mas Danan, Pakai ini!" Teriak Pak Kuswara sambil melemparkan mata tombak pusaka andalanya.

Aku menangkapnya dan segera melemparkan mata tombak itu bersamaan dengan Ajian lebur saketi dan berharap itu bisa menembus tubuhnya.

"arrrgghhh!!!" Terdengar makhluk itu merasa kesakitan. Sebuah luka kembali terbentuk di tubuh makhluk itu.

"Cahyo , Pak Kuswara serangan ini berguna !" Teriaku kepada mereka.

Merespon teriakanku, Cahyo bangkit dan berlari ke arahku.

"Danan , Naik ke Tubuh Wanasura!" Perintah Cahyo.

Aku menaiki pundak wanasura sesuai perintah Cahyo, segera Cahyo menyusul menaiki sisi satunya.

Tanpa diperintah Wanasura kembali menerjang Brakaraswana .

Aku kembali menarik mata tombak Pak Kuswara , mencoba menyerang kembali , namun makhluk itu menghindar.

Brakaraswana melibaskan Ekor ularnya menyerang kami , namun ditahan oleh Wanasura.

"Kita bisa mengalahkan makhluk ini" Ucapku pada Cahyo.

Cahyo mengangguk , Dia memfokuskan mantranya untuk memperkuat Wanasura.

Pertarungan sengit terjadi , serangan demi serangan beradu tanpa henti, tanpa kami sadar ratusan , bahkan mungkin ribuan demit hutan ini berkumpul menyaksikan pertarungan kami.

Sekali lagi aku merapalkan mantra dan melemparkan mata tombak milik Pak Kuswara, kali ini benta itu menacap di dahi makhluk itu.

"Tidak mungkin... Aku tahu benda ini!" ucap makhluk itu tiba-tiba.

"Ini milik Candramukti! Manusia Bangsat!! Darimana kamu dapatkan benda ini??" Ucap makhluk itu sambil berteriak sekeras kerasnya.

Kami tak mau meladeni ucapanya , kalau itu milik candramukti berarti seharusnya itu bisa digunakan untuk mengalahkanya.

" Danan , tarik mata tombaknya kali ini gabungkan mantra kita" ucap Cahyo

Aku menarik kembali mata tombak itu dan menyerahkan pada Cahyo , sebuah mantra dibacakan olehnya, tak ketinggalan aku menarik tenaga dari keris raga sukma dan menghujamkanya di tubuh Brakaraswana.

Makhluk itu berteriak dengan keras , terdengar sebuah kekesalan terdengar dari teriakanya.

"Jangan sombong manusia lemah , Jika itu milik Candramukti , maka hanya cara yang sama yang bisa mengalahkanya!" Teriak Brakaraswana dengan penuh amukan.

Api besar muncul dari dalam tanah membakar tubuh Braskaraswana, kulitnya melepuh terbakar , terkelupas dengan begitu menjijikan, namun tubuhnya membesar dan matanya memerah.

"Cahyo , Danan.. Mundur !!!" teriak Pak Kuswara.

Belum sempat merespon Pak Kuswara, sebuah lengan besar penuh darah menyerang kami. Kami terpental dan berusaha berdiri .

"Inilah yang membunuh Candramukti , Perjanjian dengan neraka! Dan ini Juga yang akan membunuh kalian!" Ucap Setan itu.

Tak cuma omong kosong, tanpa sempat berdiri wujud setan itu menginjak Wanasura , melilitkan ekor ularnya pada Cahyo dan menyerangku dengan pukulan yang bertubi-tubi.

Darah segar mengalir dari mulutku, bahkan wujud ini tidak mampu menahan kekuatan Brakaraswana.

Aku berusaha melepaskan diri, namun tak berguna.

" Matilah dan jadi tumbalku" ucap makhluk itu dengan meremas tubuhku dan bersiap menggigit kepalaku.

..

Ternyata kematian belum siap menerimaku, Pak Kuswara membacakan mantra dan mata tombak yang tertancap di Brakaraswana mengeluarkan ledakan yang mementalkan makhluk itu.

Merasa kesal , Brakaraswana bangkit dan menerjang Pak Kuswara. Mantra pellindung telah dirapalkan namun kekuaran setan itu terlalu besar. Setan itu menghajar Pak Kuswara tanpa ampun.

Kami menaiki Wanasura dan mencoba menolong Pak Kuswara, namun yang terjadi semburan api dari mulut makhluk itu membakar tubuh Wanasura.

" Danan! Jasad Mirah" Teriak Pak Kuswara dengan darah berhamburan dari mulutnya.

Kami tak mempedulikan, dan tetap berusaha menyelamatkan Pak Kuswara.

Makhluk itu kembali bermaksud menyerang kami, tapi sekali lagi Pak Kuswara menyerang dengan mata tombak dan dibalas dengan pukulan yang sadis.

"Jangan bodoh! Selamatkan jasad mirah!... ingat aku masih ada pusaka pengganti raga!" Ucap Pak Kuswara.

Mendadak aku teringat pusaka yang diserahkan ke Gio, bisa jadi itu yang di maksud Pak Kuswara.

Kami menjadi sedikit lebih tenang dan segera menaiki Wanasura. namun yang terjadi setelahnya sama sekali tidak ingin kami lihat.

Brakaraswana memukuli Pak Kuswara hingga darah berceceran dimana mana.Tak cukup sampai di situ makhluk biadab itu menarik lengan Pak Kuswara hingga putus dan melumat kepalanya hingga tak berbentuk..

Aku sekuat tenaga menahan emosiku , berpegangan pada Wanasura dan menerjang jasad Mirah.

Mendadak, terlihat sebuah pohon beringin besar di ujung hutan ini. Setelah mendengar cerita tentang pohon ini, kami tak ragu lagi menuju ke sana.

***

1. Imah Leuweung - Rumah HutanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang