(Sudut pandang Danan)
Sudah satu minggu aku tinggal di kampung ini , Kampung Sukmaraya yang terlelak di wilayah pegunungan. Sebenarnya tujuanku ke sini adalah untuk mengurus berkas-berkas persiapanku melamar kerja di kota asalku di Jogja.
Dulu aku sempat tinggal cukup lama di sini, sampai akhirnya aku Pulang ke Jogja dan belum sempat merubah berkas kependudukanku.
Perkenalkan namaku Dananjaya Sambara , panggil Danan saja.
Setelah lulus , aku bekerja di pabrik gula pamanku di area Klaten . Namun karena suatu hal, aku memutuskan untuk tidak bekerja lagi di tempat itu, dan mencoba melamar di perusahaan swasta.
Di kampung ini aku tinggal di rumah budeku , sebuah rumah di perkampungan yang cukup padat, dengan pemandangan yang selalu membuatku rindu, yaitu sebuah pohon beringin besar yang selalu bisa dilihat dari sudut manapun kampung ini. Bahkan, saat inipun aku masih menatapnya dengan ditemani secangkir kopi pahit dan sebatang rokok.
" Masuk A', sudah mau maghrib.. " tiba-tiba suara seorang ibu yang lewat memecah lamunanku.
" Njih bu... eh, maksudnya.. iya bu" Saya lupa , saya sedang tidak di Jogja.
" Masnya bukan orang sini ya? " Tanya ibu itu.
" Iya bu, saya dari Jogja.. " Balasku.
" Mas, di kampung ini kalo sudah maghrib langsung masuk ke rumah ya.. jangan keluar-keluar , habis ada insiden" Cerita ibu itu.
" Iya bu... sudah dibilangin juga sama Bude, terimakasih diingatkan" balasku
"Mangga A' " Pamit ibu itu..
Cerita ini memang sudah menyebar di seluruh kampung , sudah hampir satu bulan dibuat aturan tidak tertulis, bahwa setelah maghrib warga dilarang keluar rumah.
Berdasarkan cerita warga, sempat ada kejadian misterius, dimana seorang anak hilang di kampung ini, dan ditemukan tak bernyawa di pinggir sebuah sumur ,dengan kondisi tidak utuh seolah diserang oleh hewan buas.
Selain itu, ada saksi juga seorang pemuda yang diserang sesosok makhluk besar saat sedang berjaga malam.
..
"Punten... Mas Danan sudah siap?" Panggil Kang Asep salah satu warga desa sini.
"Sudah kang, sebentar..." jawabku
Malam ini kita sudah janjian untuk melakukan sisir kampung bersama beberapa warga di sini. Bude Ranti memang memintaku untuk membantu warga sini untuk menyelesaikan masalah yang membuat desa ini menjadi sangat mencekam.
"Yang ikut berapa orang Kang Asep?" Tanyaku.
"Hari ini cuma kita bertiga mas , begitu saya info Mas Danan mau ngecek ka imah leuweung, yang lain ga mau ikut " jawab Kang asep
" Ya udah , ga papa... toh kita Cuma ngecek aja, Satu lagi siapa?"
"Pak Kuswara , itu lagi ngabisini rokok dulu..." Lanjut kang Asep
Pak Kuswara adalah salah satu sesepuh desa sini, dia biasa dipercaya untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan hal ghaib di desa ini.
"Malam Pak Kus... " Sapaku
"Malam Mas Danan... sudah persiapan? " Balas Pak Kuswara.
"Sudah Pak... semoga ga ada halangan yang berarti"
"Ini coba Mas Danan pegang... nanti dibalikin ke saya setelah kembali dari imah leuweung." Perintah Pak Kuswara sembari memberikan sebuah kujang kecil , Aku tau dengan jelas bahwa ini adalah pusaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Imah Leuweung - Rumah Hutan
TerrorAku kembali dan mengambil sebuah pisau dan menusukan ke jantungku untuk mengakhiri semua rasa sakit ini. Namun apa yang terjadi? Aku tidak mati! Setiap luka yang kugoreskan ke tubuhku kembali hilang. "Nyawamu adalah milikku! Kamu tidak akan mati...