"Ojo Kewanen nek kowe durung siap...
Kowe ora ngerti sing mbok lawan...
Iki dudu mung gelut , iki perang!"
( jangan berani – berani kalau kamu belum siap
Kamu ga tau siapa yang kamu lawan
Ini bukan pertarungan, ini perang! )
Aku tersentak dari tidurku , teringat dengan jelas sesosok bayangan makhluk besar memperingatkan dalam mimpiku.
Waktu sudah menunjukan pukul delapan, segera aku mempersiapkan diri untuk menemui Pak Kuswara.
Sudah satu minggu sejak kejadian di Imah Leuweung yang hampir merenggut nyawaku , namun kami sePakat, kami tidak akan berhenti di sini sampai semua permasalahan ini selesai. Aku tau , ini seperti bunuh diri, mengingat bahkan aku sendiripun hampir mati saat melawan siluman ular yang meruPakan anak buah dari makhluk jahanam yang menjadi asal muasal tragedi ini.
"Pagi Pak Kuswara..." ucapku saat bertemu dengan Pak Kuswara di sebuah warung desa tidak jauh dari tempat aku tinggal.
"Pagi mas Danan, sudah sarapan?" sambut Pak Kuswara
" belum Pak, ini sekalian mau sarapan lotek ulekanya Teh Imas" ucapku sambil menoleh dan memberikan kode ke teh imas sang pemilik warung.
Pak Kuswara menyulut rokoknya, menarik nafas cukup panjang dan menghembuskan dengan nafas yang kurasa bercampur dengan rasa keluh.
" Gimana mas Danan? Ada petunjuk dari kejadian kemarin?" tanya Pak Kuswara.
"Iya Pak, ini juga alasan saya kenapa saya ngajak ketemu tanpa mengajak Kang Asep" Jawabku.
"Makhluk Besar yang bertarung dengan Pak Kuswara, apa benar itu Lelepah?"
Pak Kuswara memandangku sambil menjentikan abu rokoknya.
"Kamu tau dari mana? Anak yang tinggal di rumah budemu itu ya?" Tanya Pak Kuswara
"Iya Pak, Bapak tau Gio? " aku menjawab dan menjadi semakin penasaran.
"Saya sempat membantunya saat dia dikejar Lelepah , sepertinya sudah sebulan yang lalu" Jelas Pak Kuswara
"Berarti Pak Kuswara juga tau lokasi majikan Lelepah itu? " tanyaku
" Belum , memangnya anak itu cerita apa?"
"Dia melihat tempat Lelepah itu mengeksekusi tumbalnya, dan alasan aku tidak mengajak Kang Asep, karena lokasinya itu ada di tanah milik majikanya Kang Asep" Jelasku pada Pak Kuswara
Pak Kuswara mematikan rokoknya, dan menghela nafas..
"Maksudnya rumahnya Mbah Wira?"
"Iya Pak , tapi masih perlu kita pastikan..." jawabku
"Ya sudah , kapan kita ke sana? Jika memang dia pelakunya harusnya kita bisa merasakan sesuatu saat masuk ke rumahnya" Lanjut Pak Kuswara
"Masalahnya Pak, beberapa hari ini saya dapet mimpi yang memperingkatkan bahwa ini bukan masalah biasa, kita harus siap untuk perang" Ceritaku dengan gelisah.
Semenjak mimpi itu menggangguku aku mencoba meminta pertolongan ke seseorang. Namanya Cahyo , Teman seperjuanganku saat masih bekerja di Pabrik Gula di klaten.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Imah Leuweung - Rumah Hutan
TerrorAku kembali dan mengambil sebuah pisau dan menusukan ke jantungku untuk mengakhiri semua rasa sakit ini. Namun apa yang terjadi? Aku tidak mati! Setiap luka yang kugoreskan ke tubuhku kembali hilang. "Nyawamu adalah milikku! Kamu tidak akan mati...