Imah Leuweung (2)

1.1K 76 1
                                    

Sekilas bangunan ini seperti tidak pernah di datangi oleh manusia lagi. Atapnya yang bolong , kayu-kayu yang jatuh termakan rayap benar-benar membuat orang tidak peduli dengan bangunan ini.

Aku memberanikan diri memasuki pekarangan rumah tersebut. Alangkah terkejutnya , Puluhan... tidak, mungkin lebih... makhluk putih yang mengganggu kita sepanjang perjalanan tadi muncul berkumpul di sini mengepung kami.

Ya, itu Pocong...

Aku sedikit gentar, belum pernah aku melihat pocongan sebanyak ini di satu tempat. Bukan masalah hantu pocong ini.. tapi makhluk apa yang ada di dalam rumah itu , sehingga bisa memiliki tumbal sebanyak ini.

Aku merasa belum siap , namun lain dengan Pak Kus dia hanya memandangku dan memastikan keputusanku.

Kemampuan Pak Kus Jelas mumpuni, tapi untuk mengurus semua ini terlalu beresiko, oleh karena itu aku tetap dibutuhkan .

"Jangan nekat mas... " Pak Kuswara memperingatkanku dari belakang.

Aku tetap berusaha maju , dan para pocong itu mendekatiku , kakiku dicengkram oleh makhluk yang aku sendiri belum sempat melihat bentuknya.

Tetesan liur dari wajah yang tak berbentuk menetes di telapak tanganku. Rasa gatal yang tak tertahan muncul dari bekas liur itu.

Segera aku melindungi diri dengan amalan penyembuh luka ghaib dan membakar makhluk itu. Namun jumlah mereka yang tidak terhitung tidak memberiku ruang.

Pak Kuswara mengeluarkan pusaka berbentuk mata tombak yang segera ia bacakan doa dan melemparnya ke tanah.

Sontak , setengah dari makhluk itu terbakar dan menghilang.

" Rupanya benar, dibawah tanah ini terkubur puluhan mayat yang kemungkinan mereka adalah para pekerja kebun karet yang menghilang" Ucap Pak Kuswara.

Bagaimana dengan kang asep? Dia bersembunyi di dekat Pak Kuswara , tidak ada makhluk yang menyerangnya. Kemungkinan ia juga dibekali pusaka oleh Pak Kuswara.

Tidak terima dengan serangan Pak Kuswara , sesosok makhluk bertubuh ular mencoba menyerangku dan melilitku dengan ekornya.

"Saha maneh wani ngaganggu tempat ieu?"(Siapa kalian berani mengganggu tempat ini) ucap makhluk itu sambil melilit tubuhku.

Badanku mulai lemas, rupanya siluman ini bukan siluman biasa .

Bisa jadi makhluk inilah yang meminta tumbal sebanyak ini.

Aku membaca ajian pembakar tapi makhluk itu tidak bergeming , amalan pedangpun Nampak tidak berguna untuk makhluk ini.

Pak Kus mencoba membantuku , namun ia disibukan oleh puluhan makhluk halus dari seluruh penjuru hutan yang menyerang bersamaan.

Nampaknya tidak ada pilihan lain,

aku melepaskan sukmaku dari raga, dan menyerang siluman ular itu dengan keris pusaka yang telah menyatu dengan sukmaku.

Makhluk itu kesakitan dan teriak dengan suara yang hampir terdengar ke seluruh hutan.

Ia terlihat sangat marah , belum sempat aku kembali ke ragaku , siluman jahanam itu menggigit pergelangan tanganku dan menariknya hingga terputus.

"Sialan !" Teriakku sambil berusaha menyatukan ragaku.

Aliran darah segar membasahi bajuku dan meneteskan darah yang tidak sedikit. Rasa sakit yang tak tertahan membuatku terguling di tanah.

"Mas Danan !" Teriak Kang asep yang segera berlari ke arahku.

Pak Kus menyusul Kang Asep, namun sebelum sampai di tempatku sebuah pukulan dari makhluk raksasa menghempasnya hingga terguling.

1. Imah Leuweung - Rumah HutanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang