Cerita mengenai Mbah Wira sangat sulit kami percaya , selama ini Kang Asep sengaja menyembunyikan kenyataan ini karena tidak ingin menambah korban dari orang yang ilmunya belum cukup.
Kang Asep membopong Mbah Wira dan menidurkanya di teras rumah , setelah mendengar semua cerita itu , kami belum memutuskan apa yang akan kami lakukan setelah ini.
"Setelah kejadian itu , hampir semua kenikmatan duniawi pasti saya dapatkan..." Ucap Mbah Wira.
Ttapi setelah kehilangan orang – orang yang berharga dan hukuman yang menunggu saya di akhir zaman nanti , semua itu menjadi tidak berarti" Lanjutnya dengan penuh penyesalan.
Kami saling memandang seolah mempertanyakan kebenaran cerita ini.
"Lantas , kenapa kalian menyerang kami? " tanya Cahyo dengan tegas.
Kang Asep menghampiri kami setelah meletakan Mbah Wira di posisi yang aman.
"Mbah Wira teh ga maksud menyerang, makhluk-makhluk itu dikendalikan oleh empunya yang saat ini menunggu Imah Leuweung" jelas Kang Asep.
Mbah Wira berusaha untuk bangkit duduk , namun tubuhnya yang terlihat renta tak mampu lagi menahan.
"Mereka makhuk yang diperintahkan untuk menjagaku sekaligus memberikan kesaktian, saat makhluk itu musnah, semua ilmu ini akan sirna., setidaknya sampai iblis itu sadar dan mengirimkan utusanya lagi" Jelas Mbah Wira dengan memaksakan tubuhnya.
Aku semakin penasaran , tidak mungkin kami membiarkan makhluk seberbahaya itu tetap ada di dunia ini.
" Mbah Wira , Kang Asep... sebenarnya makhluk apa yang harus kami hadapi" Tanyaku
Kang Asep memandang Mbah Wira seolah meminta persetujuan untuk bercerita. Mab Wira memberi isyarat dengan sebuah anggukan.
" Kang Asep teh ga pernah ngeliat secara langsung, Cuma berdasarkan cerita Mbah Wira aja... " ucap Kang Asep.
Kami memperhatikan Kang Asep berharap mendapatkan petunjuk mengenai musuh yang akan kami hadapi
" Iblis ini teh lahir di sebuah kerajaan jauh sebelum masa penjajahan, seorang manusia yang haus darah dan telah menghabisi ratusan orang tidak berdosa hanya untuk menyempurnakan ilmunya..." cerita Kang Asep.
" Pasukan kerajaan pernah mencoba menangkapnya , namun hasilya setengah dari prajurit kerajaan dihabisi oleh makhluk itu seorang diri."
Aku bergidik ngeri mendengar kemampuan dari makhluk itu , jika itu benar kami harus bersiap akan besarnya resiko yang kami tanggung.
"Lalu apa yang terjadi pada makhluk itu? " tanya Pak Kuswara penasaran.
" Tiga Tahun setelah mahkhluk itu mendapatkan kesaktian , muncul orang sakti bernama Candramukti yang mencoba menghentikan kekejaman makhluk itu. Mereka beradu ilmu hingga keduanya meregang nyawa"
"Jasad Candramukti teh dikuburkan di kampung ini , tepatnya di tempat pohon beringin raksasa yang saat ini berdiri di tengah kampung ini "
Kami menoleh ke arah pohon beringin yang bahkan masih terlihat dari tempat ini. Dibalik kokohnya pohon itu berdiri, tidak ada yang menyangka ada cerita kelam di belakangnya. Bahkan kurasa warga desa inipun tak tahu cerita ini.
"Apa yang terjadi dengan makhluk itu?" tanya Cahyo tidak sabar.
Kang Asep menarik nafas, bersiap melanjutkan ceritanya.
" Bencana makhluk itu tidak berhenti, bahkan saat ia telah mati.. Rohnya bereinkarnasi menjadi sosok iblis haus darah, menjebak manusia-manusia yang mencari ilmu seperti Mbah Wira " lanjut Kang Asep.
"Siapa nama makhluk itu?" tanyaku pada Kang Asep
Mungkin saja, bila tahu namanya aku bisa mencari informasi cara untuk menghentikanya.
"Makhluk itu dikenal dengan nama..."
Sebelum selesai mengucapkan , Kang Asep terbatuk.
" Namanya..." Kang Asep berusaha meneruskan , namun darah keluar dari mulutnya.
Kang Asep terjatuh tersungkur, kami segera mengelilingi Kang Asep.
Pak Kuswara membacakan doa pelindung, dan kami berusaha menahan serangan-serangan yang menuju ke Kang Asep.
"Brakaraswana " ucap pak wira dengan memberanikan dirinya.
Mendengar nama itu , Keris raga sukmaku bergetar . Tak hanya itu , mata tombak Pak Kuswara pun memberi respon terhadap nama itu. Ini menandakan betapa berbahayanya makhluk itu.
" bagaimana cara mengalahkan makhluk itu? " Tanyaku pada Mbah Wira.
"Tidak ada yang tahu , harus ada orang dengan kesaktian setinggi candramukti untuk mengalahkanya. Atau... " cerita Mbah Wira menggantung.
"Atau apa? " cecar Cahyo.
"Seharusnya makhluk itu memburu tumbalnya sendiri , tapi saat ini dia tidak pernah keluar dari imah leuweung dan hanya mengirimkan demit-demit utusanya.. "
" aku sudah memberikan tumbal seperti yang dia minta, gadis yang lahir di kamis wage .. seharusnya iblis itu mendapatkan tubuhnya kembali , tapi tak sekalipun makhluk itu meninggalkan imah leuweung" Cerita Mbah Wira.
Pak Kuswara berpikir sejenak dan menghampiri Mbah Wira.
" Maksud Mbah Wira , Mirah?" Tanya Pak Kuswara.
Mbah Wira menitikan air mata , seolah menyampaikan penyesalan yang tak termaafkan.
" Maafkan aku Kuswara , aku tahu perbuatanku tak mungkin lagi termaafkan" ucap Mbah Wira.
" Sudah mbah , aku sudah memaafkan sejak lama.. dan aku ke sini memang bukan untuk balas dendam." Ucap Pak Kuswara menenangkan Mbah Wira.
" Masih ada harapan , makhluk itu belum mendapatkan tumbalnya" Lanjutnya.
Kami menoleh ke Pak Kuswara , mengharapkan penjelasan dari Pak Kuswara.
Namun sebelum sempat menjelaskan , Mbah Wira memotong Pak Kuswara.
"Tidak mungkin , aku melihat sendiri anak itu mati.. dan kamu ada disana juga kan?" ucap Mbah Wira tidak percaya.
"Jasad Mirah sudah ditangan makhluk itu, tapi ia gagal mendapatkan jiwanya.. mungkin itu yang membuat makhluk itu tidak bangkit dengan sempurna" Jelas Pak Kuswara
"Kalau itu benar , kita cukup menyelamatkan jasad mirah dan makhluk itu tidak punya kuasa lagi di dunia ini" Lanjut Cahyo.
"Benar , tapi ga akan semudah itu.." jawabku, sambil mengingat kejadian di imah leuweung ketika aku hampir kehilangan nyawa saat bertarung dengan setan-setan anak buah Brakaraswana.
Pak Kuswara berdiri , seolah sudah mengerti apa yang harus diperbuat.
"Kang Asep , Jaga Mbah Wira ya.. selama kami pergi teruslah berdoa, dan tunaikan kewajibanmu sebagai umat Tuhan yang Maha Kuasa , Apapun yang terjadi kepada kita setelah ini tentu semua atas izin-Nya" Wejang Pak Kuswara kepada Kang Asep.
Kami ikut berdiri, bersiap meninggalkan tempat ini . Masih banyak yang belum kami mengerti, tapi kami tahu, Pak Kuswara akan menjelaskan semuanya kepada kami.
"Kuswara " Dengan sekuat tenaga Mbah Wira mencoba berdiri.
" Kau tahu di mana Mirah saat ini?" tanya Mbah Wira.
Pak Kuswara menoleh , dan menjawab pertanyaan Mbah Wira.
"Dia aman , Candramukti yang menjaganya... "
..
..
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Imah Leuweung - Rumah Hutan
KorkuAku kembali dan mengambil sebuah pisau dan menusukan ke jantungku untuk mengakhiri semua rasa sakit ini. Namun apa yang terjadi? Aku tidak mati! Setiap luka yang kugoreskan ke tubuhku kembali hilang. "Nyawamu adalah milikku! Kamu tidak akan mati...