Hal 14|Orang Asing
🌻🌻🌻
Saat Enola sadar, dia sudah ada dirumah sakit. Tangannya terhubung ke selang infus dan ruangan pribadi itu kosong tanpa ada seorang pun yang berjaga. Enola merasakan kegugupan, dia merasa takut kalau-kalau Magan menemukannya dan membawanya kerumah sakit. Tetapi, melihat Magan yang selalu menolak kunjungan kerumah sakit, apakah benar dia yang membawa Enola kemari?
Ketika kebingungan sedang melanda pikirannya saat itu, pintu ruangan tiba-tiba dibuka dari luar. Enola secara spontan menoleh, seorang laki-laki bertubuh tinggi dan berisi muncul. Langkahnya sedikit tersendat ketika melihat gadis yang ditolongnya sedang menatap bingung ke arahnya.
"Bagaimana keadaanmu, Nona?" dia menghampiri Enola. "Apa anda sudah membaik?"
Enola memandangnya cukup lama, sebelum dengan gerakan canggung menganggukkan kepalanya. "Apa anda yang membawa saya kerumah sakit?" Tanya Enola penasaran.
Enola ingat, sebelum pingsan dia melihat sebuah mobil melaju ke arahnya. Meskipun ia pingsan setelahnya, pasti ada seseorang yang membawanya ke rumah sakit. Dan laki-laki ini tiba-tiba masuk dan bertanya keadaannya. Tentu saja Enola penasaran apakah dia yang membawanya kemari atau dia salah satu dokter yang bekerja dirumah sakit ini karena penampilannya yang rapi dan kacamata yang bertengger di atas hidungnya yang mancung.
"Saya melihatmu pingsan," katanya sembari menuangkan air dan memberikannya kepada Enola.
"Terimakasih." Enola menyesap beberapa teguk dan merasakan tenggorokannya yang kering kini basah kembali. "Terimakasih sudah menyelamatkan saya."
Laki-laki itu menaruh bekas gelas Enola diatas kabinet.
"Jalanan itu sepi, perumahan warga biasanya berada berjauhan. Kebetulan saat itu saya sedang melewati jalanan itu, dan melihat anda pingsan. Anda tidak mengenakan sandal dan berlarian diatas kerikil sehingga kaki anda terluka. Apa yang anda lakukan disana, apakah anda tinggal di daerah itu?" jelas laki-laki itu panjang lebar dan di akhiri dengan pertanyaan.
Enola terdiam cukup lama. Dia teringat akan kejadian sebelumnya, merasa sedikit trauma karena suara Magan terus terngiang ditelinganya. Seandainya saja saat itu dia tidak nekad kabur, kedua tangannya pasti akan terpotong.
"Anda baik-baik saja?" Tanyanya saat Enola kembali melamun.
"Sa-saya tersesat." Bohongnya dengan nada suara yang amat pelan.
Alis laki-laki itu terangkat sebelah, "Benarkah?"
Enola menghindari kontak mata dan menganggukkan kepala.
Laki-laki itu tidak banyak berpikir saat dia menawarkan, "Baiklah, saya akan mengantarkan anda pulang."
Ekspresi Enola seketika berubah. Dia menatap laki-laki itu dengan ketakutan, menggelengkan kepalanya kencang dan menolak dengan tegas.
"Tidak! Tidak! Saya akan pulang sendiri."
Alis laki-laki itu berkerut, ekspresinya menyiratkan kebingungan melihat reaksi Enola. Dia berusaha menetralkan diri dan menyunggingkan senyum tipis. "Lain kali jangan berkeliaran sendiri, suami mu pasti mencemaskanmu."
Mata Enola membola, dia kaget laki-laki itu tahu bahwa dia sudah menikah. Tiba-tiba dia menjadi cemas, apakah laki-laki ini tahu sesuatu tentangnya atau dia mengenal Magan?
"Ada apa?" tanyanya saat lagi-lagi reaksi Enola menarik perhatiannya.
"Ba-bagaimana anda tahu kalau saya sudah memiliki suami?"
"Kenapa begitu terkejut?" dia terkekeh kecil, "Anda sedang hamil, tentu saja saya bisa menebak anda sudah memiliki suami."
"Apa?!" Enola tak bisa menahan ekspresi kagetnya saat tanpa sadar menempelkan tangannya ke perutnya yang rata.
Apa tadi katanya? Hamil? Bagaimana bisa? Bukannya tidak mungkin, tapi sulit dipercaya Enola hamil tapi dia tidak mengalami morning sickness seperti kebanyakan wanita hamil diluar sana. Bagaimana mungkin dia tidak tahu?
Reaksi Enola selalu menarik perhatiannya. Senyum yang tersungging tiba-tiba saja memudar saat dengan bingung dia bertanya, "Apakah anda tidak tahu kalau anda sedang hamil?"
Enola menggelengkan kepalanya dengan linglung. "Tidak ada tanda-tanda kehamilan. Saya tidak mengalami morning sickness, saya..."
Laki-laki itu memotong, "Ada beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab tidak terjadinya morning sickness, salah satunya kadar hormon dalam tubuh anda cenderung lebih rendah dan penyebab lainnya bisa terjadi karena pola makan yang anda konsumsi dan makanan yang dikonsumsi ibu hamil pada umumnya berbeda."
"Begitukah?" Enola bergumam, "Sudah berapa lama?"
"Enam minggu. Janin anda cukup kuat, bahkan setelah anda berlarian kesana-kemari, dia terlihat cukup sehat dan kuat."
Enola linglung memikirkan bagaimana harus memberitahu Magan. Ataukah dia harus menyembunyikan tentang kehamilannya pada Magan? Tapi Magan adalah Ayah dari anak yang sedang ia kandung. Meskipun Enola mencoba untuk menyembunyikannya, Magan mungkin akan mengetahuinya cepat atau lambat.
Lalu bagaimana Enola harus menghadapi semua yang telah terjadi padanya? Dia sudah berhasil kabur dari Magan, dan sekarang dia harus menghadapi kenyataan bahwa dia sedang mengandung anak Magan. Bagaimana Enola harus menghadapi situasi ini?
Ditengah kekalutannya, laki-laki itu membantu Enola untuk tenang. Dia membelikan makanan dan susu untuk Enola minum agar bayi didalam perutnya tidak kelaparan. Enola ingat dia belum sarapan pagi ini, setelah itu dia berlarian disepanjang jalan. Bayinya pasti sangat menderita didalam sana. Seandainya dia tahu tentang kehamilan ini lebih awal, dia tidak akan berani untuk kabur.
Saat menjelang sore, Enola pamit untuk pulang. Laki-laki itu membayar biaya rumah sakit, membelikannya sandal juga memanggil taxi untuk Enola yang menolak untuk diantarkan pulang. Enola mengucapkan banyak terimakasih dan berpisah dari laki-laki yang ia ketahui bernama Rishdan.
Enola tidak kembali kerumah Magan, melainkan pulang kerumah orang tua nya. Untuk segala pertanyaan yang akan mereka tanyakan, Enola akan menjelaskan kepada orang tuanya secara perlahan. Mereka pasti akan mengerti.
Mobil berhenti diujung lorong, Enola akan berjalan kaki beberapa meter lagi menuju kerumahnya. Sepanjang jalan dia merenung, tidak tahu bagaimana reaksi kedua orang tuanya saat tahu keadaan Enola saat ini. Mereka pasti akan sangat mengkhawatirkan keadaannya apalagi setelah tahu dia sedang hamil.
Enola menunduk sembari mengelus perutnya. Dia sedang mencoba merangkai kata-kata untuk menjelaskan situasinya kepada kedua orang tuanya saat tiba-tiba seseorang membekap mulutnya dari belakang dengan sehelai kain. Enola yang terkejut dengan spontan melawan sebelum perlahan-lahan kekuatannya melemah dan hilang kesadaran setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembalikan Cintaku S1 END
RomanceEnola tidak menyangka dihari kelulusannya, ia didatangi oleh laki-laki asing yang mengaku-ngaku telah mengenal Enola cukup baik. Dengan penuh keberanian, menemui kedua orang tuanya dan melamarnya dihari yang sama. Enola tidak pernah mencurigai apap...