Hal 17| Flashback
🦋🦋🦋
"Tunggu!" sebuah suara yang akrab datang dari belakang. Magan berhenti melangkah dan dengan cepat menoleh. Gadis cantik itu berlari ke arahnya dengan napas terengah-engah.Magan terbelalak dan menatap si gadis dengan ekspresi terkejut.
"Aku belum selesai." Protesnya sembari mengatur napas. Punggung tangannya menyeka peluh yang menetes didahi. Angin sepoi-sepoi tiba-tiba bertiup, rambut panjang yang terurai itu berkibar ke belakang dengan indah. Magan terpesona untuk sementara waktu tidak bisa mengedipkan matanya.
Gadis ini memiliki paras yang cantik dengan alis halus yang terukir indah secara alami, hidungnya yang kecil dan lurus, rahang yang halus serta dagu yang terbelah. Ketika tersenyum, kedua matanya akan membentuk bulan sabit yang indah.
Beberapa saat yang lalu Magan mencoba keberuntungannya dan menyatakan cinta pada gadis ini, namun sebelum gadis itu sempat mengucapkan sepatah kata, Magan yang tidak ingin mendengar penolakan segera meninggalkan gadis itu. Namun dia tidak menduga bahwa gadis ini akan mengejarnya.
Magan tertunduk lesu, dengan gugup menelan ludahnya. "Salina, a-aku sudah tahu jawabannya, jadi anggap saja barusan aku tidak bilang apa-apa."
Salina tersenyum, dia maju satu langkah, lalu dengan imut membungkuk untuk menatap Magan yang sedang tertunduk.
"Mana boleh begitu. Aku sudah dengar semua apa yang ingin kamu sampaikan."
Magan memalingkan wajahnya dengan ekspresi malu-malu. "T-tapi aku tidak mau mendengar jawabanmu."
"Kenapa?" Salina berdiri tegak, menatap Magan dengan ekspresi menuntut.
"Ka-karena aku sudah tahu jawabannya."
Alis halus gadis itu mengerut, dengan bertanya, "Tahu? Kamu tahu jawaban apa yang akan aku berikan?"
Magan mengangguk kikuk.
"Lalu kenapa kamu kabur?"
"K-karena aku tahu jawabannya."
Salina menghela napas kasar, lalu dengan kesal menangkup wajah Magan dan mensejajarkan pandangan mereka. Magan membeku ditempat dengan kedua bola mata melebar.
"Kamu bohong. Kamu bilang tahu jawabannya tapi kamu menghindar."
Bibir Magan terbuka dan tertutup, dia ingin mengatakan sesuatu tetapi dia sangat gugup karena wajah mereka hampir berdekatan. Ditambah lagi Salina sedang memegang wajahnya dengan kedua tangan yang halus dan lembut itu.
"Magan," panggil Salina lembut, "Kamu tahu kenapa aku tidak menanggapi pernyataan cinta dari mereka? Tahukah Kamu alasanku tidak pernah menerima barang-barang pemberian dari mereka?"
Magan menelan ludahnya gugup. Pupil matanya membesar, dia ingin menjawab namun suaranya tertahan diujung tenggorokan.
"Magan, aku sudah menunggu pernyataan itu sejak dua tahun yang lalu. Kenapa kamu baru mengatakan cintamu hari ini?"
Magan tak bereaksi, seolah jiwanya terbang tertiup angin. Dan tanpa aba-aba, Salina dengan gembira menubruk tubuh itu dan memeluknya dengan erat. "Magan, aku juga mencintai kamu."
---
Salina memeriksa jam di layar ponselnya. Waktu sudah menunjukkan pukul tiga lewat lima menit. Sudah setengah jam Salina menunggu kekasihnya tapi Magan tak kunjung datang. Dia meneleponnya berkali-kali namun Magan tidak menjawab panggilannya. Sekitar sepuluh menit kemudian, mobil milik Magan memasuki perkarangan rumah besar milik keluarga Salina. Gadis itu bangkit dari kursi dan berkacak pinggang didepan kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembalikan Cintaku S1 END
Любовные романыEnola tidak menyangka dihari kelulusannya, ia didatangi oleh laki-laki asing yang mengaku-ngaku telah mengenal Enola cukup baik. Dengan penuh keberanian, menemui kedua orang tuanya dan melamarnya dihari yang sama. Enola tidak pernah mencurigai apap...