PROLOG

98 47 19
                                    

"'Nilai bukan segalanya' bagi kamu atau aku? "- Kana Almeria Tigris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"'Nilai bukan segalanya' bagi kamu atau aku? "
- Kana Almeria Tigris.

***

Sore itu, pukul 16.47 WIB.

Kana Almeria Tigris, seorang gadis berambut seleher berseragam putih abu-abu tengah membenturkan jidatnya ke meja belajar yang terdapat selembar kertas hasil ujian Kimia dan Bahasa Inggris yang dibagikan siang tadi.

Kepalanya cukup pening akibat jam tidur yang berantakan sekaligus terus belajar gelap-gelapan namun ujian semester dua kali ini kembali gagal, ralat hanya Kimia dan Bahasa Inggris yang tak membuahkan hasil.

Beberapa kali benda pipih di sebelahnya terus bergetar, sebentar mati detik berikutnya kembali bergetar. Kana tau, sang ibu telah memanggilnya untuk pulang karena sebatas ingin tau berapa nilai yang ia dapat.

Ya, cewek itu kabur ke kost-kostan nya sepulang sekolah siang tadi. Ia sudah tau kedepannya akan bagaimana jika ia tetap berada di rumah.

Ibu nya akan menyuruh belajar di ruangan full cctv selama 24 jam penuh atau mungkin mengguyurnya di kamar mandi tanpa henti. Kana sudah hafal, sangat.

Daripada ia berdiam diri di kamar, Kana beranjak dari duduknya berjalan keluar kamar untuk menghirup udara segar. Jangan lupakan vape berwarna pink di lehernya.

Kana bukan perokok batang, melainkan elektrik. Baru sebulan ia di ajarkan cara memakai vape oleh sahabatnya, tapi ia langsung tergiur dan mencari benda itu ketika stres. Dan vape itu merupakan milik sahabatnya.

Ntah mengapa kaki jenjang miliknya membawanya ke dapur. Setidaknya ia menemukan tempat yang sedikit tenang.

Namun ketenangannya pecah begitu saja kala seorang laki-laki jangkung tiba-tiba saja menyentil vape nya sampai jatuh membentur lantai.

"Bahaya rokok buat cowok aja udah banyak, gimana buat cewek SMA kayak lo?" Jedanya. "Selain kanker paru-paru, rokok batang atau elektrik bisa menyebabkan depresi. Oh bukan cuma itu, bahkan rokok juga bisa ngancurin organ di tubuh lo satu persatu." Jelasnya cowok itu panjang lebar kali tinggi.

Kana menanggapinya dengan kekehan. Ia sedikit membetulkan ucapan cowok tinggi itu, sejujurnya ia pun merasa heran kenapa sekarang dirinya menjadi candu dengan benda itu.

"Buang aja," ucapnya enteng.

"Kalau gua buang, pasti lo bisa beli lagi,"

"Gua aja gak tau dimana belinya, kata temen gua itu belinya harus pake ktp,"

Oke, cowok tinggi itu sukses terhenyak. Apa gadis berambut seleher di hadapannya benar-benar tak tau apa-apa atau hanya sok polos?

"Itu punya temen gua, tadi di sekolah gua pinjem karena gua stres soal ujian." Terang Kana mengerti raut wajah cowok itu.

"Anak SMA jaman sekarang udah bawa kayak beginian ke sekolah? Gila kali ya," decaknya tak menyangka.

Kana mengusap bibirnya yang terasa dingin bekas sisa-sisa asap vape. "Sok dewasa amat lu, padahal kayak keliatan baru lulus setahun."

Sontak cowok itu melotot tak terima. "Asal lo tau, gua alumni SMA Aulungga angkatan 20."

"Salam kenal kakak senior, gua dari Smaulu angkatan 23 otw lulus karena tahun ini gua kelas 12."

Smaulu merupakan singkatan dari SMA Aulungga. SMA Aulungga juga merupakan salah satu SMA yang pendaftarannya menggunakan jalur nilai dan seleksi akademik maupun nonakademik.

Tak semua murid bisa di terima Aulungga. Bisa di bilang, Aulungga adalah SMA tersombong yang pernah ada tapi selalu berhasil membuktikan ke sombongannya. Yang pasti bukan kaleng-kaleng. Semua muridnya begitu berprestasi dan bahkan beberapa ada yang mampu mencapai Go Internasional.

Lagi-lagi cowok itu di buat terkejut setengah mati.

"Anak paduwae kayak lo bisa keterima di Aulungga?" Cowok itu menatap Kana dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Rambut seleher, alis setipis tisu, hidung agak mancung, bulu mata lentik, mata coklat terang sangat tampak walau tak tersorot sinar matahari. Inti dari yang ia amati adalah tinggi anak ini mungkin tak sampai 165cm.

"Don't judge by the cover." Ucap Kana.

"Jadi? Mau balikin tuh vape atau buang?" Tambahnya.

Cowok itu tampak berpikir sejenak. Detik berikutnya ia tersadar. "Lah, tu vape kan jatoh di lantai tadi gua sentil, gak ada untungnya juga gue simpen."

Kana tertawa. Lucu juga om-om sokab ini, pikirnya.

"Oh iya, gua bukan om-om. Umur gua baru 20 tahun, kuliah di Usakti fakultas Kedokteran."

Kini Kana yang tercengang. "Lo cenayang ya?!"

Spontan tangan cowok itu menyentil dahi lebar Kana.

"AWW! DASAR CENAYANG GILA!"

Ingin menimpuk menggunakan sendal yang ia pakai, akan tetapi cowok itu sudah lebih dulu lari terbirit-birit keluar dapur.

Kana memilih memungut kembali vape itu lalu berlalu menuju kamarnya dengan perasaan dongkol.

***

K untuk Kana [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang