PART 4.

51 45 11
                                    

"Hampir bahagia, tapi baca kata pertama"-Zildjian Kezaryeon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hampir bahagia, tapi baca kata pertama"
-Zildjian Kezaryeon

***


"Anggota OSIS tolong kumpul di sumber suara!"

Cittt

Kaki Kana menggantung di atas pijakan bus.

"Pppftt-ekhem." Suara seseorang menahan tawa itu berasal dari arah belakang, Keza.

Sontak Kana menoleh melayangkan tatapan tajam. Terpaksa ia mengurungkan niat untuk memasuki bus yang pastinya terdapat AC. Sejuk dan menyenangkan.

"Ribet jing." Umpat Kana. "Duluan, Za,"

Keza menahan tas Kana saat hendak melewatinya. "Tas lo gua bawa aja, biar gak berat," ia memasang topi di atas kepala Kana. Topi punya adik kelas yang tadi di palak Kaishar. "Pakek biar gak gosong,"

Cewek itu terdiam, mengerjap. "Ide bagus."

Berhubung tas miliknya memang berat lebih baik ia mengurangi beban, biarkan saja Keza yang menanggung. Lakik itu harus kuat, harus bisa nanggung beban cewek seperti Kana.

Menyusahkan, huh!

"Kana mau kemana tuh?" Tanya Kaishar yang baru saja datang dengan satu tangan di penuhi uang receh.

"Kumpul OSIS dulu," jawab Keza berjalan masuk ke dalam bus.

"Lo abis malak lagi?" Tambah Keza.

"Ho'oh, lumayan dapet rejeki,"

"Rejeki ndasmu hurung." Timpal Gentar di kursi urutan ke dua, cowok gempal itu sudah anteng makan kacang tanah bersama Athar di sebelahnya.

Keza menaruh tas miliknya dan Kana di kursi kosong sebelah kursi Kaishar dan Laskar. Sebenarnya Kana bukan bagian dari MIPA melainkan dari jurusan IPS, lebih tepatnya kelas XII IPS 1 si kelas unggulan. Akan tetapi memang sudah menjadi hal yang lumrah bagi angkatan ke 23 sebab selama tiga tahun telah menyaksikan bagaimana kedekatan keduanya.

Ketika pertama kali masuk sekolah, tak sedikit yang menerka-nerka dua sejoli itu akan menjalin hubungan. Namun, hari demi hari berganti menjadi tahun. Kana dan Keza berhasil membuktikan bahwa menjalin persahabatan antara laki-laki dan perempuan tanpa mencampurkan perasaan itu memang benar adanya.

Tak berselang lama, Kana datang membawa dua lembar kertas, mungkin kertas absen untuk mengabsen murid yang ada di bus 3.

Keza berdiri. "Lo di pojok Na,"

"Thanks, Za."

Kana mengangkat tas adidas hitam miliknya ke atas pangkuan.

K untuk Kana [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang