"Rumah yang sebenarnya itu bukan yang berbentuk bangunan"
-Kana Almeria Tigris***
Rion usakti : jd lo mau nanya ap?
Kana : sebutin aja biaya pengeluaran jurusan kedokteran
Rion usakti : yg pasti biayany g sedikit
Kana : ya makany sbtn
Rion usakti : jempol gua bisa bengkak kebanyakan ngetik
Tanpa sadar Kana memukul ponselnya sendiri. Saking kesalnya ia langsung mengganti nama kontak Rion lalu mengirim gambar screenshootan.
Kana : send a picture
Kuyang usakti : gua ganteng kek dokyeom gini di samain sm kuyang
Kana : pede banget
Kuyang usakti : emang bener
Kana : najis!
Anda memblokir kontak ini.
"Salah besar gua nanya ke spesies kuyang macam ni orang," dumel Kana menyugar rambutnya.
Kana beranjak dari kasur menuju meja belajar untuk mematikan lampu menggantinya dengan lampu tidur yang langsung menyorot pada tembok di atas tempat tidurnya. Ia berbalik menatap banyaknya foto polaroid tertempel di tembok. Kebanyakan foto hanya bersama Keza dan Sabrina, selebihnya hanya polaroid teman kelasan, teman-teman Keza dan satu foto berisi empat orang, Rosa, Anton-papa Kana, kakak perempuan Kana dan dirinya yang saat itu baru berumur 7 tahun.
Senyum merekah di wajah mereka tampak sangat bahagia. Jika diingat-ingat, sejak Kana kecil Rosa sudah mendidiknya agar selalu sempurna di bidang akademik, hanya saja tak sekeras setelah Anton dan Najmi meninggal karena kecelakaan empat tahun silam.
Jarum jam sudah menunjukan pukul 21.28, biasanya jam segini Rosa baru sampai rumah. Tapi ia tak mendengar suara mobil dari jendela.
Mungkin lembur, pikirnya tak peduli.
Ia melepas cepolan kecil di puncak kepalanya, menyisir rambut yang tak terikat menggunakan jari-jari tangan lalu kembali menaiki kasur.
Kana : Za, mama gak pulang, lo juga gak kesini?
Kana : lo juga kemana gbsa di hubungin?
KAMU SEDANG MEMBACA
K untuk Kana [On Going]
Teen FictionK untuk Kana, bisa juga untuk Keza, tapi bagaimana dengan Rion? - - - - - Copyright Maret 2023 @imnonad