PART 9.

38 17 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Kuyang usakti.

Online.

"Chat, nggak, chat, nggak, chat, nggak?"

Kana berdecak, menghancurkan tangkai bunga yang sudah di kuliti kelopaknya. Sambil berjalan menuju kantin bersama Sabrina, ia terus mengawasi roomchat si Kuyang.

"Nih orang cuma nganterin gua doang kali ya? Gak ada niatan ngejemput gitu kek misalnya 'eh gua udah jemput anak orang, harus ngembaliin nih' gak ada inisiatif banget."

"Yaudah sih lo aja yang chat, 'baliknya mau jemput juga apa ngga' gitu doang di ributin," ujar Sabrina muak dengan celotehan Kana.

"Ya, gak bisa gitulah Sabi, ntar keliatan banget gua yang ngarepin dia," balas Kana.

"Emang benerkan?"

Skakmat

Final akhir Sabrina sukses membuat Kana diam tak berkutik. Beberapa hari ini sahabatnya itu sering menceritakan tentang sosok kuyang usakti itu dan Sabrina bisa menangkap benih-benih rasa di mata coklat terang Kana. Tapi untuk orang tak berpengalaman dalam hal percintaan sepertinya, mungkin perasaan itu hanya bersifat sementara.

Pernah waktu kelas X Kana menyatakan bahwa ia tertarik dengan teman seangkatan mereka, tapi saat cowok itu membalas perasaan Kana. Sahabatnya itu justru malah kembali pada rumah lamanya, Zildjian Kezaryeon. Kana tidak pernah sungguh-sungguh dan Sabrina sudah hafal. Sangat hafal.

"Na, jangan jatuh hati kalau lo masih punya rumah ternyaman. Walau terkadang kita gak bisa nebak hati ini bakal jatuh ke siapa-lo jatuh hati sama si Kuyang lo itu tapi rumah lo masih Jian." Ujar Sabrina mencoba menyadarkan Kana. "Jangan buat harapan apapun kalau ujung-ujungnya lo balik ke orang lama."

Nyatanya, orang lama selalu jadi pemenang itu benar adanya.

"Berarti gua masih jadi pemenangnya?"

Kana tersentak, lalu menoleh ke sumber suara yang ia kenali. "Keza?"

Bukan hanya Keza. Tapi Athar, Laskar, Kaishar, Gentar dan.. seorang gadis?

"Gemes banget cewek aku," Keza mesem-mesem sendiri seraya merangkul Kana gemas. Cowok itu sepertinya salting.

"Tinggalin-tinggalin," kata Sabrina diikuti yang lain termasuk gadis itu.

Menyaksikan itu, yang lain hanya menghembus nafasnya lelah. Besok-besok mereka akan langsung meninggalkan dua sejoli itu dari pada terus melihat keuwuan tapi tak kunjung jadian.

Sepeninggalan mereka, Keza menengok sekitar lalu melepas rangkulan pada bahu Kana.

"Gua risih Na, cewek itu ngikutin gua mulu,"

K untuk Kana [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang