***
Hari ini Kana diantar oleh pak Setno, satpam di rumahnya menggunakan mobil pribadi ke Rumah Sakit tempat biasa dirinya check up. Yang harusnya minggu depan jadi harus sekarang juga mengingat kemarin dirinya sempat drop dengan kadar gula yang merendah.
Setelah satu jam lebih di ceramahi abis-abisan dalam ruangan serba putih di sertai bau obat-obatan yang menyeruak indra penciumannya, Kana keluar dari ruangan itu di temani seorang dokter sambil membawa beberapa lembar kertas untuk di serahkan pada bagian farmasi.
Di bagian farmasi, gadis itu di beri beberapa insulin bulanan dan beberapa obat-obatan yang menjadi penopang hidupnya beberapa tahun terakhir.
"Jangan di ulangi, saya masih pengen kamu hidup." Ucap Dokter itu tegas.
Nakula Liam Sadipta, Dokter tampan yang kelihatan awet muda padahal umurnya sudah berkepala tiga itu terkadang sangat Kana ragukan kemampuannya karena tiap ia mengunjungi Rumah Sakit untuk pemeriksaan yang dia dapat adalah ceramah, ceramah dan ceramah.
"Saya sering loh ngingetin kamu buat suntik,"
"Aaaa dokter Kula udah jangan marahin aku mulu," rengek Kana pura-pura mengusap air mata keringnya.
"LI-AM, not KU-LA." Dokter itu jengah di sebut dengan nama buatan pasien geblegnya.
"Emang Jian gak ngingetin kamu?" Kali ini Dokter Liam melembut.
"Bukan gak ngingetin, aku yang lupa-lupain,"
Sebagai Dokter yang sudah lama menangani pasien banyak mau seperti Kana, ia sangat mengerti perasaan muaknya dengan dampak suntikan insulin yang banyak meninggalkan bekas bintik hitam di area tubuhnya. Tak gampang bagi anak seusia Kana menyuntikan tubuhnya sendiri, check up sendiri, apa-apa sendiri tanpa dorongan semangat dari orang tua.
Beruntungnya, ada Keza yang selalu bisa ia andalkan untuk mengingatkan kewajiban mutlak Kana.
Dokter Liam menyentil bahu terbuka gadis itu. "Kalau kamu kesini lagi pake baju pendek, saya suruh satpam ngusir kamu," ancamnya.
"Tadi pagi aku sekalian jogging, terus di jemput pak Setno buat check up." Jelas Kana membela diri.
"Boong banget," kekeh Dokter Liam.
Kana menanggapinya dengan delikan mata.
"Kamu pulang sama siapa?"
"Your brother,"
"Laskar?" Tebak dokter Liam.
Kana mengangguk. Memang benar tadi Keza mengiriminya pesan kalau dia tidak bisa menjemput dan sudah menyuruh Laskar untuk menjemputnya. Padahal Kana menolak karena tak mau ada salah paham dengan Sabrina, tapi Kaishar mengantar Sabine ke tempat les dan tersisa Athar. Tidak, ia tidak berani apabila Athar tau dirinya memakai pakaian terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
K untuk Kana [On Going]
Teen FictionK untuk Kana, bisa juga untuk Keza, tapi bagaimana dengan Rion? - - - - - Copyright Maret 2023 @imnonad