CHAPTER 9

9 3 0
                                    

Cinta tidak pernah meminta untuk menanti tapi cinta mengambil kesempatan dan keberanian untuk mendapat kebahagiaan.

Karena hari lalu Indah sangat sibuk dengan hafalan pondok, membuat Zaenab yang memiliki niatan untuk curhat segera mengurungkan keinginannya karena takut akan mengganggu.

Namun setelah pagi ini mereka berdua bertemu, curhatan tentang kisah kehidupan dan kegelisaan Zaenab akhirnya terluapkan juga. Sampai-sampai membuat keduanya tidak sadar jika mobil pondok yang sedari tadi mereka tunggu sudah pergi untuk mengantar anak-anak yang lainnya.

Hal itu segera menarik perhatian Abah, yang sedari tadi berdiri mengamati keduanya. "Nab! Kamu sama Indah tidak kuliah?" tanya Abah mencari jawaban. Zaenab menatap Abahnya lalu menjawab sopan pertanyaannya barusan. "Lagi nunggu mobil pondok, Bah?"

Abah menatap sekitar memastikan penggelihatannya tadi tidak salah,
Karena setaunya mobil pondok yang mereka tunggu sudah pergi mengantar santri untuk sekolah. "Lo bukannya mobil pondok sudah pergi dari tadi ya, Kalian ngelamun atau bagaimana?" ucap Abah Jamal dengan raut heran diwajahnya.

"Astaghfirullahaladzim! Terus kita kekampusnya gimana?" seru Zaenab kalang kabut.

"Tunggu Gus Fatih saja dulu, karena hari ini dia dan Romonya akan datang kepondok kita untuk memberikan ceramah rutinan." jawab Abah Jamal memberi solusi.

Zaenab menatap Indah yang juga menatapnya. Kali ini tidak ada alasan untuk menolak karena sungguh! Hari ini adalah hari penting dimana dirinya dan Indah, akan bertemu dosen untuk persiapan sidang.

Namun baru mereka akan khawatir terlambat, sebuah mobil hitam mengkilap tiba-tiba datang memasuki halaman pondok, yang sontak segera menarik perhatian Indah, Zaenab dan juga Abah yang ada di teras ndalem. Mereka berfikir itu adalah gus Fatih yang baru saja tiba, namun hal itu segera di tepis saat salah seorang santri putra yang datang buru-buru menghampiri. "Assalamualikum, Bah! Maaf ganggu itu ada temennya Ning Zaenab!"

"Temennya, Zaenab siapa? Laki-laki atau perempuan?" tanya Abah penasaran.

"Satu bercadar satunya lagi laki-laki, Bah!" jawab santri itu lembut.

"Oh! Katanya ada apa?"

"Oh iya? Katanya sih  mau jemput Ning Zaenab kuliah."

"Serius begitu?" ucap Abah meyakinkan.

"Iya, Bah katanya sih gitu!"

"Yasudah! Iya,"

"Kalau begitu saya permisi dulu, Bah Assalamualikum."

"Waalaikumsalam Wr.Wb!"

"Zaenab!" panggil abah serius.

"Ngehh, Bah?"

"Kamu gak pacar-pacarankan?" tanya Abah memicing tajam.

"Enggak, Bah! Zaenab gak pacaran kok?"

"Lalu laki-laki itu siapa?"

"Abah! Maaf sekali jika Indah ikut campur pembicaraan ini? tadi kan Kang Farhan sudah katakan itu temennya Zaenab! Jadi menurut Indah dari pada telat gimana kalau kita berangkat bareng mereka saja?" sahut Indah dengan wajah yang berbinar.

SYAHADAT UNTUK ZAENAB Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang