Setelah bantuan Daniel hari lalu, Zaenab yang awalnya cuek dan tidak begitu perduli dengan Daniel pun kini sedikit manaruh simpati pada pria tampan itu. Entah? Itu dapat dibilang suka atau tidak! namun karena kebaikan yang sudah Daniel berikan kepadanya kemarin, membuat Zaenab sedikit tersadar jika tidak semua pria itu jahat dan brengsek.
Zaenab melangkah keluar dari kamarnya, untuk bersiap pergi ke toko buku bersama Kakak perempuan dan Indah tentunya.
Namun baru dirinya akan berpamitan dengan Abah yang tengah duduk santai ditemani Buk Nyai diteras ndalem. Sosok pria tampan yang sudah tidak asing bagi dirinya dan keluarga, tiba-tiba datang bersama Ayahnya yang tak lain adalah sahabat dari Abah dipesantren dulu. "Assalamu'alaikum!" sapa pria itu tidak sendiri.
"Waalaikummussalam! Masyaalloh, akhirnya tidak sibuk juga." ucap senang Abah pada sosok pria berpeci putih yang langsung memeluk Abanya itu.
Zaenab mendengus kesal, merasakan aroma-aroma akan tidak diizinkan keluar dari rumah. Karena ya? Yang datang kerumahnya adalah Romo Mansyur atau lebih tepatnya Ayah dari Gus Fatih. "Lo! Ini Zaenab?" tanya Romo Mansyur pangling.
"Ngeh!" jawab Buk Nyai Kalsum dengan senyum yang mengembang.
Buk Nyai menyenggol pelan lengan Zaenab yang masih mematung diam, mendakan untuk mencari barokah dari orang tersebut dengan mencium tangan kanannya sopan.
Pria paruh baya itu, segera menyambut hangat salaman Zaenab barusan, seraya menanyakan kabar kepadanya. "Zaenab! Sehat?"
Zaenab mengulum senyum lembut kearah pria itu, lalu dengan sopan dirinya pun menjawab pelan pertanyaannya. "Alhamdulilah, Romo, Zaenab sehat?" jawab Zaenab masih dengan senyum manisnya.
Romo tersenyum ramah menanggapi ucapannya barusan. Lalu tak lama pertanyaan lain pun terlontar lagi, untuk Zaenab yang baru saja akan berpamitan pergi. "Kira-kira, kapan Ndok! Sampean bakal nerima Gus Fatihnya?" tanya pria itu yang sontak membuat putranya merasa tidak enak hati pada gadis didepannya. "Karena jujur, Romo sangat ingin punya menantu sepertimu?" imbuh Romo Mansyur dengan senyum yang masih hangat dibibirnya.
Zaenab celingukan, menatap Abah dan Buk Nyai bergantian. Dirinya bingung harus menjawab apa, pasalnya dulu masalah ini sudah pernah mereka bicarakan saat Gus Fatih datang kerumahnya bersama wanita paruh baya yang tidak lain adalah ibunya. Tapi kenapa sekarang pertanya itu kembali dipertanyakan . Sungguh! hal itu membuat Zaenab merasa sangat tidak nyaman.
"Zaenab!" panggil Romo Mansyur menunggu jawaban.
"Emmmm ... Anu_"
"Dulu sudah di sepakati nunggu Zaenab lulus kuliah dulu, Romo! Mungkin sekitar delapan bulanan. Dan Fatih menyetujuinya, kok! Karena menurut Fatih jika wanita berpendidikan itu kan lebih bagus." potong Fatih yang tahu situasi Zaenab saat ini.
"Begitu rupanya? Baiklah." jawab Romo Mansyur dengan anggukan paham. Zaenab yang masih menunduk diam, segera bernapas lega setelah mendengar ucapan Gus Fatih barusan. Baguslah jika kali ini Gus Fatih mau menjadi pembela.
"Kalian berdua mau kemana?" tanya Abah menatap kedua putrinya bergantian.
Zaenab menyenggol lengan kanan Kakaknya, karena dirinya berharap Kakaknya lah yang mau meminta Izin pada Abahnya itu. Kakaknya sedikit kesal mendapati perintah barusan, namun karena tatapan Abah sudah makin memicing penasaran. Jadi secara mau tidak mau Kakaknya pun segera meminta izin untuk keluar.
"Fatimah dan Zaenab mau beli
buku, Bah. Sekalian mau tanya-tanya buku Nahwu sarafnya. Soalnya buku Fatimah sudah jelek dan sebagian sudah hilang dari tempatnya." jelas Kakak Zaenab gugup."Yasudah tapi jangan lama-lama." ucap Abah lembut."
Mereka berdua pun segera tersenyum senang setelah mendapat izin dari Abanya barusan. Namun tak lama saat keduanya tengah bersalaman untuk berpamitan. Celetukan dari Romo Mansyur terdengar lagi di telinga. "Kalian pergi naik apa?"
Zaenab Dan Fatimah menoleh pada sumber suara, lalu tak lama segera menjawabnya dengan sopan. "Naik angkot Romo." jawab Zaenab lembut.
"Fatih! Antar mereka kasian jika nanti mereka kesulitan." pinta Romo Mansyur pada Gus Fatih anaknya. Gus Fatih mengangguk patuh akan perintah barusan. Namun tidak dengan Zaenab yang merasa tidak enak hati pada Gus Fatih.
"Kita naik angkot saja, Romo? Tidak enak jika merepoti Gus Fatihnya." ucao Zaenab sopan.
"Sudah tidak papa, dari pada nanti kalian kenapa-napakan? Sudah sana berangkat." jawab Romo Mansyur tegas.
Mereka bertiga akhirnya pergi dan tidak lupa untuk memanggil Indah yang rencananya memang ikut bersama mereka. "Lama banget sih?" tanya Indah kesal.
Zaenab melirik kebelakang mengode Indah untuk mengikuti pandangannya. Atensi Indah secara patuh pun mengikutinya dan ditataplah sosok pria di belakang kedua gadis itu yang mengembang senyum untuk menyambut kehadirannya. Dengan pandangan canggung dan tidak enak hati, Indah menyambut pria tampan itu dengan basa-basi seperti biasa.
"Apa kabar, Gus?" tanya diiringi anggugan pelan.
Gus Fatih dengan senyum mengembang segera menyambut pertanyaan Indah dengan sopan. "Alhamdulilah, sehat!" ucapnya ramah.
"Sudah ayok pergi, karena Kakak juga harus buru-buru siang nanti." ucap Kak Fatma membuyarkan sapaan barusan.
Mereka segera masuk kedalam mobil dan bergegas pergi menuju toko buku yang jaraknya lumayan jauh dari pondok pesanteren berada.
Setelah hampir tiga puluh menit mereka berkendara, toko buku yang mereka tuju pun akhirnya sampai juga. Bergegas Zaenab membuka pintu mobil itu dan disusul Indah dibelakangnya. Kak Fatimah yang melihatnya hanya menggeleng heran pada tingkah keduanya.
Seperdetik kemudian setelah menatap Zaenab dan Indah masuk kedalam toko buku. Kak fatimah pun tak sengaja menatap Gus Fatih yang hanya memandang dari balik jendela mobil. Hal itu sontak membuat Kak Fatimah yang baik hati, segera mengajak Gus Fatih untuk masuk kedalam juga. Dan atas desakan Kak Fatimah barusan Gus Fatih akhirnya ikut masuk kedalam bersama mereka semua.
"Ndah! Lihat bagus kayaknya novel ini?" ucap Zaenab menunjuk salah satu huku didalam rak.
Indah menatap intens novel itu, lalu dengan ekspresi tercengang segera menunjuk label yang ada di depan sampulnya. "Mahal banget! Mana mungkin uang kita cukup." cetus Indah tak sumringah.
Zaenab menatapnya sekilas lalu segera mengurungkan niatnya untuk membeli buku itu. "Yasudah ayok pergi." ajak Zaenab lesu.
Seseorang menatapnya lalu meraih buku itu untuk dirinya bawa.
"Kakak sudah selesai, ayo pulang?" ajak Kak Fatimah buru-buru. Zaenab Dan Indah segera menggeleng pelan lalu mengikuti kakaknya yang sudah berjalan duluan.
"Gus Fatih dimana?" tanya Kak Fatimah bingung. Mendapati dirinya dicari Gus Fatih pun segera keluar dari mobilnya dan mempersilakan para gadis itu untuk masuk kedalam, namun saat Zaenab akan menyusul Indah dan Kak Fatimah, seruan pelan dari Gus Fatih pun menghentikan niatnya.
Zaenab membalikan tubuhnya, lalu menudukan pandangan seraya mempertanyakan ada hal apa yang membuat Gus Fatih memanggil dirinya. "Ada apa ya, Gus?" tanya Zaenab sopan.
"Ambil ini." ucap Gus Fatih menyodorkan sebuah Novel yang tadi Zaenab inginkan.
"Ini kan?" ucap Zaenab terpotong karena Gus Fatih segera pergi untuk masuk kedalam mobil. "Nab! Ayok pulang?" teriak Indah tak sabaran.
Zaenab dengan canggung segera memasuki mobil itu dan duduk dengan perasaan tak karuan.
#Writingprojectae3
KAMU SEDANG MEMBACA
SYAHADAT UNTUK ZAENAB
Aktuelle LiteraturEngkau adalah doa yang setiap saat aku tunggu untuk menyempurnakan imanku? Kisah cinta dua insan yang memiliki perbedaan keyakinan? Akan mereka bersatu walau harus menghancurkan dinding penghalang? Atau bahkan akan berpisah dengan luka dalam yang ak...