CHAPTER 15

6 2 0
                                    

Penjelasan ini bukan untuk diriku sendiri, namun juga untuk dirimu yang telah menyemai rasa sepertiku.

Zaenab pasti bakal suka kalau aku nyapa dia pakai kalimat ini? Batin Daniel percaya diri. Sembari menunggu seseorang yang akan dirinya sapa nanti. Daniel dengan teliti masih menyempatkan untuk membaca modul. karena yaaa sebentar lagi dirinya juga akan sidang untuk ujian akhir kuliahnya.

Mendapati sahabatnya masih menyempatakan belajar saat dirinya tengah mendekati seorang wanita, hal itu membuat decak kagum di mata kedua sahabatnya. Bagaimana tidak?! jika para laki-laki seusianya hanya memikirkan satu tujuan untuk masa depannya dirinya malah bisa merangkapnya. "Apakah cuman Daniel yang bisa bertingkah seperti ini? Karena disatu sisi dirinya harus menyiapkan cita-citanya, dan disisi lain dirinya juga harus bisa mendapat cinta yang sudah membuat dia gila." ucap Elzier kagum.

"Dia terhebat! Aku percaya dia akan menjadi orang sukses suatu saat nanti."jawab Dio yang kali ini terdengar lebih bijak dari biasanya.

Setelah beberapa menit berlalu  Zaenab yang sedari tadi ditunggu akhirnya tiba juga dengan ditemani Indah seperti biasanya. Hal itu membuat Daniel buru-buru menutup bukunya lalu menyapa gadis cantik didepannya itu dengan kalimat yang semalaman dirinya hafalkan. "Assalamu'alaikum!" ucap Daniel yang sontak membuat Zaenab dan Indah membelalak kaget.

Mendengar sapaan barusan, membuat Indah segera bertanya serius pada Daniel yang masih berdiri tegak dihadapannya."Eh! Kamu udah masuk islam?" tanya Indah penasaran.

Daniel tersenyum cepat seraya menggelengkan kepalanya pelan. Hal itu makin membuat Indah yang memiliki jiwa penasaran tinggi, segera melontarkan pertanyaan heran pada Daniel sekali lagi. "Lo! Kok tadi salamnya ganti, Kenapa?" tanya Indah mengintrogasi.

Sembari menatap Zaenab didepannya, Daniel pun menjawab cepat pertanyaan barusan. "Karena pengen nyapa Zaenab?" serunya membuat Indah menggeleng heran.

"Emang kenapa? Gue salah ya kalau ngomong kayak barusan?" tanya Daniel bingung.

"Iya gak juga sih, tapi gimana ya susah jelasinnya." jelas Indah cepat.

"Walaikum! Saya permisi dulu ya? Agak sibuk hari ini." jawab Zaenab yang kemudian berjalan pergi diikuti Indah debelakangnya. "Daaaa!" seru Indah yang kemudian berlari kecil untuk menghampiri Zaenab didepannya.

Daniel menatap punggung Zaenab bangga! Pasalnya setelah tadi malam bersusah payah menghafal kalimat barusan, Hasilnya lumayan memuasakan walau wanita idamannya itu buru-buru pergi dari hadapannya.

***

"Apakah menurutmu ini adil, untukku?" tanya pria tampan penasaran.

"Karena ini kehendak Romomu dan kamu harus menyetujuinya yaa? Gak adil lah menurutku!" sahut pria berpeci yang sesekali menghisap cerutunya.

"Lalu aku harus bagaima?" tanyanya lagi dingin.

Pria berpeci itu, menekan cerutunya kedalam asbak alumumium hingga tinggal menyisakan asap tipis yang mengepul keudara. Dirinya beranjak kemudian menepuk pundak temannya yang terlihat galau itu pelan. "Lalu kamu harus gimana? Jawabannya satu, jalani saja dulu apa yang sudah terjadi, masalah yang lainnya urusan belakang!" jawab pria bernama Bagas itu pelan.

"Apa maksutmu?" tanya pria tampan tadi dengan dahi yang berkerut heran. Bagas menyungging senyum tipis dibibirnya, lalu dengan santai menjawab pertanyaan barusan. "Halah, Fatih ... Fatih! Kamu sedang dekatkan dengan salah satu santri wati di pesantren ini kan? Lalu kenapa tiba-tiba kamu bertanya apa maksutku?" cetus Bagas penuh tekanan.

Pria tampan yang tidak lain Gus Fatih itu, segera membelalak kaget saat mendapati temannya itu tahu, jika dirinya saat ini, tengah menjalin kasih dengan salah seorang gadis di pondok pesantrennya. "Darimana kamu tahu?" tanya Gus Fatih gugup.

"Bukankah aku temanmu? Kenapa, kamu harus penik begitu sih?" cetus Bagas santai.

"Bukan apa-apa! Masalahnya yang tahu hubungan ini hanya aku dan dirinya. Oooh! Dia ngomong sama kamu! Bedebah." grutu Gus Fatih kesal.

Bagas menyesab lagi puntung rokok yang tadi dia ambil dari bungkusnya, lalu tak lama segera menjawab santai, ucapan kesal sahabatnya dengan iringan asap yang keluar dari mulutnya. "Fuhhhh ... Santai aja? Bukan dia yang bercerita, tapi aku sendiri yang memergoki kalian berdua saat sedang bertemu di gudang belakang!" jelas Bagas masih tenang.

Gus Fatih menatap dalam sahabat didedapnnya, lalu dengan suara yang terdengar berat, dirinya pun berusaha memberi tahu agar dia tidak boleh bersuara kepada siapapun apalagi pada orang-orang diasrama. "Jika aku dengar berita ini sampai ketelingaku! Maka bukan gadis itu yang aku hampiri, melainkan dirumu dulu yang aku habisi." ancam Fatih sedikit emosi.

"Santai ... Santai ... Selagi, kamu bisa diajak komprom rahasiamu ini akan aman di mulutku." cetus Bagas yang kemudian pergi beranjak dari duduknya.

"Yasudah kalau begitu! Aku akan kembali ke asrama dulu, karena sebentar lagi akan ada ceramah dari Romomu!" imbuh Bagas yang kemudian berjalan santai dengan ucapan pelan dimulutnya. "Jika boleh dua kenapa harus satu! Ingat kamu laki-laki. Assalamu'alaikum!" seru bagas diiringi senyum smirik dibibirnya.

Gus Fatih tertegun sesaat, lalu secara tidak sadar dirinya juga menggerutu pelan pasal ucapan Bagas yang ada benarnya barusan. "Haruskah aku menjadikan keduanya milikku?"

****

Sepulang kuliah Zaenab bergegas pergi ke musala untuk menjalankan salat duhur yang tadi tertunda. Dan seperti biasa, Daniel yang selalu menggangu tiba-tiba datang dengan saapan yang kali ini berbeda lagi. "Alhamdulilah, Zaenab!" ucapnya mengageti Indah dan Zaenab yang tengah berjalan santai. "Astagfiruloh!" cetus keduanya yang kemudian menahan tawa dibibirnya. "Ada apa?" tanya Daniel penasran.

"Kamu tadi ngomong apa?" tanya Indah yang sudah tidak tahan.

"Alhamduliah!" balas Daniel dengan wajah polosnya. Zaenab segera tersenyum simpul, seraya menahan bibirnya agar tidak sampai kelepasan. "Kenapa ada yang salah?" tanya Daniel bingung.

"Kamu di ajarin siapa sih, Nil?" tanya Indah masih tekekeh.

"Ada temen Gue emang kenapa sih? Salah!" tanya Daniel lagi masih penasaran.

Zaenab mendongakan sedikit wajahnya, lalu meluruskan makna dari ungkapan Daniel barusan. "Kamu ngomong Alhamdulilah, sebenrnya tidak papa, cuman harus dalam situasi atau kondisi bukan menyapa. Misal, kamu sedang mendapat rezeki baru kamu berucap "Alhamduliah" Karena alhamdulilah adalah ungkapan syukur kita atas apa yang sudah diberikan sang pencipta kepada kita." jelas Zaenab lembut.

Dengan wajah malunya Daniel pun bergegas memberikan alibi untuk buru-buru pergi. "Owalah begitu, lain kali aku bakal lebih bijak lagi dalam menggunakan bahasa-bahasa seperti ini. Jadi kalau begitu aku permisi dulu ya?" ucap Daniel dan berlalu pergi bersama rasa malu dihatinya.

Zaenab tersenyum simpul akan tingkah aneh Daniel barusan. "Aneh ya, Pemuda satu itu, demi mendapat perhatianmu, dia rela lo belajar sapaan seperti barusan. Yaa ... Walau salah sih, tapi aku tetep salut sama dia karena mau berjuang!" ucap Idah yang kemudian membuyarkan lamunan Zaenab. "Sudah ayoo pergi? Lalu segera pulang karena sepertinya lebih enak di pondok bikin tugasnya." ucap Indah buru-buru.

Zaenab yang masih menatap kearah Daniel pergi segera berjalan pelan mengikuti Indah yang sudah ada didepannya saat ini.


Dia mencintaiku dan aku akan membalasnya dengan do'a disepertiga malamku setiap harinya.

Zaenab said

SYAHADAT UNTUK ZAENAB Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang