CHAPTER 21

8 0 0
                                    


Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, karena hasil akhir dari semua urusan di dunia ini sudah ditetapkan oleh Allah. Jika sesuatu ditakdirkan untuk menjauh darimu, maka ia tak akan pernah mendatangimu. Namun jika ia ditakdirkan bersamamu, maka kau tak akan bisa lari darinya.” (Umar bin Khattab)

"Semua lulusan dimohon memindahkan kucir dari kiri ke kanan."

"Penyerahan ijazah kepada lulusan  program sarjana dan program diploma oleh rektor. Pertama di panggil dari fakultas Geografi Intan nur aini dengan indeks prestasi komulatif 3,73,

ke 2 di panggil dari fakultas Pisikologi andra pratama dengan indeks prestasi komulatif 3,75,

ke 3 di panggil dari fakultas pertanian Cintya Adiya kirana dengan Indeks prestasi komulatif 3,76 ...

Ke 15 di panggil dari fakultas peternakan Anjasmara nugraga dengan indeks prestasi komulatif 3,95

Ke 16 di panggil dari fakultas hukum Ariani dwi santika dengan indeks prestasi komulatif 3,96

Ke 17 di panggil dari fakultas Farmasi Zaenab Az-zahra dengan indeks perestasi komulatif 3,98

Dan yang terakhir dari fakultas Kedokteran Daniel angkara dengan Indeks prestasi komulatif 4.0

Rektor di persilakan duduk kembali.

Suara riuh saat itu terdengar cukup jelas di telinga membuat Zaenab yang termasuk dari salah satu mahasiswa terbaik di kampusnya segera terharu akan keberhasilannya. Indah langsung memeluk erat sahabatnya walau dia tidak termasuk yang terbaik namun dirinya cukup bangga karena sahabatnya adalah salah satunya. "Selamat yaa? Aku seneng banget kamu bisa jadi yang terbaik!" seru Indah bersemangat. Zaenab menghambur peluk pada Indah yang masih terharu itu.

"Hebat juga laki-laki itu!" seru Kak Fatimah tak habis pikir.

"Zaenab juga hebat, karena dia termasuk yang terbaik." ucap Buk Nyai kulsum tersenyum haru.

"Iya Buk, "

Setelah acara wisuda selesai Zaenab menghampiri ibunya dan juga kakak yang sudah sedari tadi menunggunya.  pelukan hangat dan tangis bangga nampak terpancar jelas dari wajah Ibu yang kini sudah terlihat tua. Disela haru yang tengah memancar di antara Zaenab dan keluarga. seorang pria dengan peci putih dikepalanya datang dengan senyum bangga. Yaa? Dia adalah seseorang yang Zaenab nantikan sedari tadi siapa lagi, kalau bukan? Abanya yang ditemani Kedua kakak laki-laki dan juga istri dari kakak pertama, Reyhan.

"Abah!" panggil Zaenab dengan suara tangis yang kini akhirnya makin pecah.

Abahnya memeluk erat tubuh Zaenab dan tak lupa mencium kening serta pucuk kepala putrinya itu. "Maafkan Zaenab ya, Bah jika sudah menyakiti perasaan Abah." ucap Zaenab sendu.

"Ndak papa, Ndok memang Abah yang salah selama ini. " jawab Abahnya sedih.

Haru biru dimoment itu juga di rasakan Indah yang di kejutkan kedua orang tua dan adiknya. Senang bercampur kesal tentu saja di rasakannya, bagaimana tidak sedari pagi mereka sama sekali tidak mengabari jika akan datang kesini.

Namun hal berbeda nampak di alami Daniel dan keluarga, ayahnya yang datang di temani istri mudanya terlihat cukup bahagia dan bangga namun tidak dengan Daniel yang buru-buru pergi ketika sang ayah akan memberinya selamat atas prestasinya. "Dan_" ucapan itu terhenti saat sang anak malah menyapa kedua sahabatnya. "Weee yooo! Gimana gila kan Gue?" seru Daniel bersemangat.

"Gue gak kaget sih, Nil?" jawab Elzier bangga.

Dio menatap ayah Daniel yang sedari tadi menatapnya lalu dengan hati-hati segera memberi tahu situasinya pada Daniel yang tengah bahagia. "Ehhh! Tuh Bokap Lo udah nungguin!" bisik Dio takut.

SYAHADAT UNTUK ZAENAB Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang