Araya merebahkan kepala Lean setelah memastikan lelaki itu tertidur lelap, lalu berjalan keluar kamar dengan kotak p3k di tangan nya.
Ia duduk di samping Ray yang memalingkan wajah nya ke samping, dengan perlahan ia mencoba membuat Ray memalingkan wajah nya dengan memegang dagu pria itu.
Tapi Ray malah menepis kuat tangan nya, membuat kapas yang berada dalam genggaman gadis itu terbanting ke lantai.
Araya menggeram, ia makin kesal dengan perlakuan Ray.
Araya membanting kotak p3k yang ada di pangkuan nya ke atas meja, dengan kesal ia berucap.
"Obati sendiri jika kau tidak ingin ku sentuh, jangan mentang-mentang kau itu bosku, kau bisa bertindak semena-mena. Sudah cukup Lean yang terluka, aku bahkan heran kenapa kau memukul Lean. Apa ia punya salah kepadamu?"
Wajah Ray memerah, ia semakin kesal kala mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Araya. Apa gadis itu benar-benar tidak tau?
"Kau masih belum mengerti?" Ray mengepalkan tangan nya.
"Mengerti? Tentang apa? Tentang sifat burukmu yang sudah ada sejak dulu?"
Ray akhirnya lepas kendali, ia mengukung Araya dengan cepat.
"Berhenti memancing amarahku, Araya. Dan berhenti pura pura tidak mengerti apa yang aku maksud, kau tentu tahu, sejak hari dimana kau melakukan hal itu denganku, hari itu juga kau milikku. Aku sudah berapa kali mengatakan kepadamu, bahwa aku tak suka milikku disentuh orang lain. Kau tinggal memilih, tetap bersamaku tanpa menimbulkan masalah, atau tetap bersamaku dan akan kubunuh setiap orang yang dekat denganmu."
Pernyataan Ray sukses membuat Araya terkejut, Araya tak tahu jika bos nya yang gila itu kini sudah benar benar terobsesi dengan nya.
"Apa aku punya hak untuk menolak?" Araya berujar dengan tenang, menatap lurus pada mata Ray yang masih menatap nya tajam.
"Tidak. Aku bahkan tidak memberimu pilihan."
Araya tersenyum miring, "tapi apa kau tahu, aku tak sebaik yang kau pikir? Kau tahu resikonya jika kau bersamaku? Resiko yang mengharuskan kau untuk bersedia di bawah kakiku, bersedia aku injak injak?"
"Aku bersedia, bahkan jika harus ada di bawah kakimu dan menjilat kakimu, aku bersedia selama kau bersamaku."
•••
Araya menangkupkan tangan nya pada sebelah pipi 0, melamun. Entah apa yang ada di pikiran nya.
"Kak Araya!" Panggilan itu membuat lamunan nya buyar, Araya menoleh. Menatap Lean yang berada di samping nya.
"Ah.. iya? Ada apa Lean?"
"I-itu kak... Lean mau meminta maaf atas kejadian beberapa hari yang lalu, maaf Lean udah bawa kakak ke club malem dan malah ngerepotin hehe.." Lean meringis, lalu menyodorkan sebuah paperbag dengan kedua tangan nya.
"It's oke Lean, Maafin saya juga ya. Karena itu kamu jadi babak belur. Tapi ini apa ya?"
"Ini makanan yang aku buat sendiri, dimakan ya kak. Aku tau kakak pasti belum sarapan, anggap aja sebagai permintaan maaf aku." Lean terlihat gugup, terlihat dari tangan nya yang agak gemetar saat memberi paperbag.
Araya menerima nya dengan senang hati, "wah.. terimakasih Lean."
"Sama-sama Kak." Lean tersenyum lebar, lalu segera berpamitan kala matanya tanpa sengaja bersitubruk dengan aura gelap yang memperhatikan nya.
Tap Tap
"Ekhem.."
Araya yang sibuk dengan isi dari paperbag mendongak saat mendengar suara seseorang.
Ray terlihat melipat tangan nya sambil berusaha mengintip isi paperbag itu, "Apa itu?" Tangan Ray hendak mengambil paperbag, namun ditepis oleh Araya.
"Tidak sopan sekali mengambil milik orang lain tanpa persetujuan."
Ray mendelik, "memang nya apa sih istimewa nya?"
"Ini istimewa, karena yang memberi telah mencurahkan tenaga dan waktunya untuk membuatkan saya makanan."
Ray mendecih terang-terangan, "Aku bahkan bisa membuat makanan yang lebih enak daripada miliknya."
"Benarkah?" Tanya Araya seolah meledek.
Ray semakin cemberut mendengar nya, "lihatlah, aku akan membuat makanan lebih baik dari dia!" Serunya lantang, kemudian pergi ke dalam ruangan nya dengan kaki yang agak dihentakkan.
TBC
Kalian lebih suka aku up teratur tapi cuma 1 chapter, atau slow update tapi crazy up?
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Boss or Crazy Secretary?
Romance18+ Desclaimer : Semua latar belakang tempat, penyakit, waktu, penamaan tokoh, maupun alur cerita hanyalah fiktif sekaligus imajinasi penulis semata. Jadi mohon maaf apabila ada yang melenceng dari kenyataan, semua nya murni hanya imajinasi. Ray, se...