GONE // Episode 11

70 7 0
                                    

Rose dan Jihoon keluar dari lift dan langsung berlari kencang menuju ruang ICU. Rose harus melepas high hells-nya supaya Ia bisa menyeimbangkan larinya denga Jihoon yang sudah jauh meninggalkannya. Sesampainya mereka di depan ruang ICU beberapa perawat keluar dengan mendorong ranjang. Diatas ranjang itu seseorang tergelatak tak berdaya dengan oksigen yang membekap mulutnya. Mereka baralih ke ruang operasi. Jihoon langsung menyusul para perawat itu. Tak peduli dengan wanita paruh baya yang berusaha mengejarnya.

Sudah setengah jam Jihoon dan Rose menunggu di depan ruang operasi. Tiba-tiba seorang dokter yang tak lain adalah June berjalan menghampiri keduanya.

“Bagaimana keadaannya” tanya June.

“Donghyuk sedang menanganinya. Sudah lebih dari setengah jam dan belum ada kabar” kata Rose sambil memegangi betisnya yang kaku akibat berlari tadi.

“Jihoon, dimana Junkyu?”  tanya June

“Jangan beri tahu Junkyu sekarang, sayang” sela Rose

“Tapi apa kita akan membiarkan dia tidak mengetahui apapun? Bagaimana kalau dia marah karena kita menyembunyikan hal yang seharusnya ia ketahui?”

“Tapi sayang, Hanbin tak mau Junkyu mengetahuinya. Dia amat menyayangi anaknya. Dia tak mau melihat anaknya bersedih. Aku yakin dia pasti bisa melewati masa-masa ini dengan baik”

“Lalu apa yang akan kita katakana pada Junkyu nantinya. Dia akan tahu kalau Ayahnya baru saja dioperasi tanpa ada seorang-pun yang memberitahunya??”

Suasana menjadi hening. Semua orang bingung harus berkata apa lagi. Rose mengalah. Ia diam dan menjatuhkan dirinya di atas kursi. Tak kuat menahan air mata yang sudah membasahi seluruh pipinya.

Jihoon segera menopang tubuh mamanya yang melemas. Perlahan air matanya harus ia keluarkan dengan terpakasa. Semua menangis. Bahkan June pun tak bisa menyembunyikan kesedihannya.

“Aku akan mencari Junkyu dan membawanya kesini”

Jihoon bangkit dari duduknya dan bergegas pergi. Ia melajukan mobilnya ke jalan raya. Dalam benaknya berkecamuk segala macam pertanyaan dan pernyataan.  Ia tak bisa mengatakan sejujurnya pada sahabatnya. Karena itu akan membuat sahabatnya bersedih.

Ia memutuskan untuk ke rumah Yoshi terlebih dahulu. Ia akan menceritakan semuanya padanya. Siapa tahu semua kecamuk dalam otaknya akan hilang.

Ia bercerita panjang lebar di dalam kamar Yoshi. Sedikit demi sedikit air matanya habis terkuras. Baru kali ini Yoshi melihat sahabatnya yang tangguh dari luar tapi ternyata lemah dalamnya. Menangis tersedu-sedu di hadapannya. Memang inilah sahabat. Dan Yoshi benar-benar mengacungkan jempolnya pada persahabatan Jihoon dan Junkyu. Mereka benar-benar sahabat sejati. Akhirnya mereka memutuskan pergi ke rumah Junkyu.




~ ~ ~




Junkyu dan Haruto memasuki taksi yang baru saja berhenti di depan mereka. Junkyu memberi tahu sopir taksi itu untuk mengantarkan mereka ke rumah Junkyu. Hari ini Junkyu mengajak Haruto kerumahnya untuk di kenalkannya dengan sang Ayah.

Awalnya Haruto tak mau. Ia malu harus secepat itukah Junkyu membawanya kerumah? Ia juga tak yakin Ia akan senang atau bingung bila bertemu dengan Ayah teman barunya itu. Tapi Junkyu terus memaksanya. Ia hanya mengajak Haruto bertemu dengan Ayahnya tak lebih. Setelah itu Haruto boleh pulang. Akhirnya Haruto luluh dan mau menuruti ajakan Junkyu. Sebenarnya hatinya masih ragu.

“Sudah sampai. Ini rumahku. Sederhana”

“Ini rumah yang bagus loh. Oh iya kok sepi? Nggak ada orang?”

“Kita masuk dulu deh Ayah pasti ada di dalam”

Junkyu menggiring Haruto masuk. Sebelum Ia membuka pagar rumah tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di depan mereka. Mobil itu milik Jihoon.

Dan benar sesaat kemudian pemilih mobil mewah yang tak lain adalah sahabatnya sendiri keluar dari dalam mobil. Dari sisi lain muncul sahabatnya yang lain, Yoshi. Mereka berjalan menghampiri Junkyu dengan langkah ragu. Ada rasa terkejut saat Jihoon melihat Haruto bersama Junkyu. Namun rasa itu segera hilang saat teringat dengan tujuan utamanya datang kemari.

“Jihoon, Yoshi, kebetulan banget. Kalian dari mana?” seru Junkyu girang melihat dua orang sahabatnya tiba-tiba saja datang.

“Eung… nggak.. eung lo dari mana? Sama Haruto?” tanya Jihoon

“Oh itu, eung… kita abis jalan bentar kok”

Jihoon menyiku perut Yoshi pelan. Berharap Ia akan membantunya bangun dari mati gaya ini. Yoshi mengerti maksud dari Jihoon. Ia berjalan kearah Haruto dan mengajaknya ngobrol untuk mengalihkan pandangan Junkyu.

GONE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang