GONE // Episode 15

101 5 0
                                    

Mata teduh Jihoon telah membendung air mata yang siap untuk tumpah. Sudut bibirnya menciut. Wajahnya tak berekspersi sama sekali. Tangannya mulai menyeka air mata yang turun perlahan. Lalu memukul meja kerjanya sangat keras. Sehingga menimbulkan suara yang membuat tekanan darahnya naik.

“BAGAIMANA BISA LO NGGAK NGASIH TAU GUE KYU?!!!” bentak Jihoon.

Tangannya mengepal kuat. Seakan siap untuk memukul apapun di sekitarnya.

“Gue juga nggak tahu Ji. Gue bingung. Gue nggak pengen bagi-bagi kesedihan doang ke elu”

“LO!!!. Penyakit itu keturunan lo bilang. Dan lo juga mau menuruni kemunafikkan Ayah lo  yang menyembunyikan penyakitnya. Lo anggap gue tuh apa Kyu?!!”

Sontak Junkyu bangkit dari duduknya dan menghampiri Jihoon. Menarik kerah kemejanya dan siap untuk mengayunkan pukulannya.

“Lo tadi bilang apa? Apapun itu lo nggak punya hak untuk menghina Ayah gue”

“Tapi lihat. Lo sama aja”

“Ji-!!! Gue kesini pengen ngomong baik-baik ya” ancam Junkyu

“Dengan cara seperti ini? Lo udah tahu rasanya menjadi orang yang nggak tahu apa-apa. Apa lo nggak ingat saat semua orang tahu Ayah lo sakit sementara lo sendiri nggak tau?. Gue sama sakitnya kayak keadaan lo saat itu”

“Haaah. Sorry Ji. Gue tau lo bakal kayak gini”

“Dahlah lo istirahat aja di sini dan jangan kemana-mana selama satu bulan. Lo harus menjalani pengobatan. Gue akan kirim Hyunsuk buat jadi perawat pribadimu.”

“Setelah semuanya beres”

“Apanya?”

“Urusanku dengan Haruto”








Junkyu langsung melesat keluar rumah sakit. Menaiki mobilnya dan melajukannya menuju rumah piano. Sampai disana ternyata Haruto sudah datang lebih dulu darinya. Haruto sudah menunggunya di depan piano yang sering mereka mainkan bersama.

“Sudah lama ya?” sapa Junkyu pada Haruto. Ia lantas duduk di samping Haruto.

“Oh kamu udah datang. Nggak lama kok Jun..”

“Haruto”

“Ya?”

“Boleh nanya?”

“Iya?”

Junkyu menggeret tangan Haruto. Menuntunnya sampai di taman belakang rumah. Disana ada sebuah bangku panjang. Sebagian dari bangku itu sudah terpenuhi oleh salju yang turun semalam. Air kolam itupun membeku. Awal desember ini musim dingin tak sedingin tahun lalu.

Junkyu mengajak Haruto duduk di bangku panjang tadi. Tersisa sedikit tempat yang bisa diduduki. Sehingga jarak antara mereka sangatlah dekat.

Meski tak bisa melihat keadaan sekelilingnya, Haruto bisa merasakan jarak antara dirinya dengan Junkyu sangatlah dekat. Hatinya bergetar hebat. Sepertinya Ia sudah pernah merasakan getaran-getaran itu sebelumnya. Ia tak pernah sedekat ini denga namja selain Junkyu. Itupun dulu.

“Kamu tadi mau nanya apa Jun?”

“Maaf sebelumnya kalau aku lancang. Bisakah kamu menceritakan tentang keadaanmu. Maksudku bagaimana kamu bisa seperti ini”

“Juna…”

“Maaf. Nggak apa-apa kok kalau itu privasi”

“Bukan.  Tapi apa kamu percaya takdir?”

“…”

“Tujuh tahun lalu. Aku bertemu dengan seseorang yang membawaku hanyut. Aku benar-benar hanyut dan terseret ke dalam lubang cintanya. Kim Junkyu. Orang itu…aku sangat mencintainya. Bahkan sampai saat ini aku belum bisa menggeser posisinya di hatiku. Hatiku yang menekanku agar selalu mencintainya. Dia sempurna. Dia adalah orang pertama yang mampu mengukir harapan di hatiku”

GONE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang