GONE [END]

GONE // Episode 8

Jihoon sudah bersiap diri di depan cermin. Mengacak-acak rambutnya yang sudah Ia tata rapi beberapa menit lalu. Tangannya meraih sebuah botol parfum mahal di depannya. Menyemprotkannya ke seluruh badan dan menghirupnya pelan. Wangi coklat menguar dari sela-sela baju yang dipakai. Sekali lagi dirapikannya kaos bertuliskan “Teusday” pada bagian depannya lalu membalutnya dengan hem Jeans lengan panjang yang digulung hingga siku. Terlihat gagah. Bukan gagah melainkan keren. Dandanannya sekarang sudah berubah. Ia bukan lagi anak sekolahan tapi anak kuliahan yang harus bernampilan lebih dewasa.

Setelah semua selesai, Ia langsung menyambar kunci mobilnya dan berlari keluar kamar. Sejak kelulusan dan hasil yang sempurna itu ayahnya memberikannya sebuah mobil KIA mewah berwarna merah sebagai hadiah juga agar mempermudahkannya pergi kuliah.

Di depan pintu Ia berpapasan dengan tante dan sepupunya, Lisa dan Junghwan yang sedang berjalan masuk rumahnya. Di belakang kedua wanita itu seorang pria baru saja turun dari sebuah mobil, suami baru Lisa. Lisa dan Donghyuk sudah menikah 1 bulan yang lalu. Pantas saja sekarang pria itu mengikuti kemana saja Lisa pergi bahkan ke rumah kakak ipar barunya. Tanpa memperdulikan mereka Jihoon langsung masuk ke dalam mobilnya dan berlalu meninggalkan halaman rumah.

~ ~ ~

Yoshi melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya berkali-kali. Dan untuk kesekian kalinya Ia menoleh ke kanan kiri jalanan di depannya. Jalanan depan Seoul University memang selalu padat merayap namun tak sampai macet. Sudah mulai bosan rupanya. Yoshi duduk di salah satu bangku yang terbuat dari semen tak jauh dari tempatnya berdiri tadi. Dikeluarkannya sebuah ponsel dari saku celana jeansnya pendeknya. Ibu jarinya menekan tombol-tombol dan berakhir pada tombol hijau. Didekatkanya ponsel itu ke telingannya. Cukup lama Ia menunggu dan tak ada jawaban dari seberang telefonya.

Sebotol minuman bersoda mendarat di kepalanya dan dengan sigap tangannya berhasil menangkap benda asing yang telah menyakitinya. “Aahh” pekik Yoshi keras.

Tangannya meraba-raba kepala yang mulai pusing. Dilihatnya kaleng soda yang masih penuh itu dengan geram. Mungkin seseorang tahu isi otaknya yang sudah panas dan akan pecah ~karena kemarahannya menanti seorang yang sejak tadi belum kelihatan batang hidungnya~ lalu memberikannya sebotol minuman dingin yang akan membuatnya merasa tenang. Tapi tidak dengan cara seperti ini kan? Ini malah menambah emosinya. Seorang laki-laki yang seumuran dengannya berdiri angkuh di depan Yoshi menutupi sinar matahari musim panas yang menerpa wajah putihnya.

“Heh Kyu, Lo ya yang ngelempar ini ke gue?” bentak Yoshi pada laki-laki di depannya yang ternyata adalah temannya.

Tuduhan itu dilemparkannya begitu saja setelah melihat laki-laki yang sekarang sudah duduk bersebelahan dengannya dengan asiknya meneguk soda yang sama.

“Emangnya kenapa? Gue baik ngasi lo minuman, lo kok malah marah? Sini balikin” kata Junkyu merebut kaleng soda dari tangan Yoshi.

Yoshi menyerngit menyatukan kedua alisnya yang tebal. Direbutnya kembali kaleng itu dan langsung meminumnya sampai habis lalu membuangnya. Ia terlihat sangat kesal. Junkyu hanya tertawa geli melihat tingkah temannya itu. Tak biasanya Yoshi semarah ini.

“Telat lagi?” tanya Junkyu tiba-tiba setelah menghabiskan sodanya.

Yoshi tak menjawab malah balas memandang Junkyu.

“Tu bocah emang selalu ngaret. Tapi tenang aja pasti datang kok” lanjut Junkyu dan menepuk Yoshi.

“Gimana gue bisa tenang elah? Konsernya bentar lagi. Kalau kita terlambat gimana?” Yoshi menghentikan bicaranya yang frontal lalu mendesah pelan. “Gue nggak mau menyia-nyiakan tiket VIP itu”.

“Udah tenang, udah gue rencanain itu” Junkyu memandang Yoshi yang masih bingung dengan kata-katanya.

“Konsernya jam 2 kan? Trus ini masih jam 11 elah. Gue udah bilang ke Jihoon kalau konsernya jam 12 jadi kita masih punya banyak waktu buat otw. udah gue siasatin tuh kekaretannya Jihoon. Tenang ya, percaya sama gue.” tutur Junkyu.