The Witchdoctor's Wife (8)

12 3 0
                                    

Emin ragu-ragu mengetuk pintu tetangganya. Gencatan senjata belum terusik insiden apa pun, syukurlah, karena bila pesawat sudah datang, tak perlu menghitung sampai lima, bom sudah menghantam apa saja di jalan-jalan. Takkan banyak waktu bersembunyi, apalagi mengamankan diri, walaupun rumah tetanggamu sudah di depan mata pun, kamu sama sekali tidak aman di luar saat bom dijatuhkan membabi buta di seluruh penjuru kotamu.

Mereka punya tetangga dokter, terhitung keberuntungan langka di tengah kesulitan di Aleppo Timur. Kesulitan bersama, karena semua orang, penduduk kota itu, baik yang tua maupun yang muda, yang kaya ataupun yang berkekurangan, yang sakit bahkan yang sehat sekalipun, menanggung kesulitan yang sama rata. Berhubung rumah sakit sudah diratakan dengan tanah, dan banyak klinik besar yang tak sanggup beroperasi, jadilah mereka bergantung dengan pasrah pada klinik-klinik kecil. Alih-alih mengeluhkan fasilitas dan persediaan obat yang minim, kekurangan menjadi kemewahan di kota mereka, di tengah pemaksaan pilihan hidup yang terbatas, bahkan boleh dikata nyaris tak ada pilihan sama sekali.

Rezim menjatuhkan hukuman dengan kejam, kata Aslan berbisik lirih. Kota Aleppo Timur dikuasai FSA, Pasukan Pembebasan Suriah yang ditetapkan pembangkang oleh pemerintahan Bashar al-Assad. Mereka bahkan dikaitkan dengan ISIS, meskipun para Mujahidin, termasuk Front al-Nusra dan FSA serta Pasukan Demokratik Suriah sepakat menentang kekerasan ISIS, lebih-lebih kader-kader calon Mujahidin kerap membelot menyatu dengan ISIS karena diiming-imingi gaji bulanan yang cukup besar, ini yang menjadi kegelisahan mereka bersama.

ISIS, inilah isu yang mengganggu pikiran Emin. Halil, sepupu Aslan yang diperkirakan mati sebelumnya mendadak diperbincangkan "hidup kembali". Kabarnya Halil menghilang karena sudah bergabung sebagai anggota ISIS yang militan dan setia. Beberapa orang mengaku menjumpai sosok Halil yang menyamar, dengan turban putih dan masker kain yang dijahit dari sobekan sorban Shemagh Almas, dan Emin ditunjukkan foto pria yang posturnya mirip dengan Halil.

Dokter yang didatangi Emin bukan Dokter Dawoud yang merawat kandungannya sejak trimester awal. Aslan menyebutnya witchdoctor, sementara Emin menyanggah dengan istilah healer yang kedengarannya lebih "punya gengsi". Keluarga Fadel sudah bukan orang lain bagi mereka, terutama sang nyonya yang murah hati dan punya visi yang tajam. Selain tak pelit berbagi informasi, Nyonya Fadel amat dihormati perkataannya, karena tak ubahnya ramalan nasib, hampir semua ucapannya menjadi kenyataan, termasuk soal gedung apartemen seberang yang diluluhlantakkan akhirnya. Tiger Rose salah satu korbannya yang tak bersalah.

"Emin? Kamu yang mengetuk pintu?"

Suara perempuan berwibawa dan alto menjawab panggilan di pintunya. The Witchdoctor's Wife, sebuah julukan dari Aslan. Emin menampik setengah menyergah dan sedikit marah-marah. The Healer's Wife, katanya tegas pada sang suami. Nyonya Fadel dengan inderawinya yang tajam. Hanya dari bunyi ketukan pintu, ia bisa membedakan tamu-tamu dengan keperluan macam-macam. Bahkan lebih jitu dibandingkan kamera pengawas pintu.

"Benar, ini saya, Nyonya Fadel."

"Masuklah Emin, kamu datang di saat tepat. Ayo, jangan sungkan-sungkan." Si nyonya membukakan pintu dan mempersilakan Emin dengan senyum keibuannya.

Saat tepat di mana dirimu kedapatan bernostalgia, mungkin memalukan, atau setidaknya kurang mengenakkan buat sebagian orang. Namun, Nyonya Fadel menganut prinsip hidup berbagi dengan siapa pun, asalkan orang itu disenanginya dan berkenan kehadirannya. Emin, kebetulan sekali, salah satu tetangga yang disukainya.

"Ini ibu saya, Emin. Sudah meninggal bertahun-tahun lamanya, tapi arwahnya masih gelisah, mencari tiap jawaban yang tepat." Nyonya Fadel menunjukkan foto perempuan berparas mungil, tubuhnya saat duduk nampak paling pendek di antara orang-orang sekeluarganya.

Petite. Istilah untuk perempuan mungil yang manis. Asalnya dari bahasa Prancis, dan Aslan pintar berbahasa Prancis dari kursus semasa kuliah berbahasa Inggrisnya. Betulkah arwah ibu Nyonya Fadel masih penasaran bahkan bertahun-tahun dari kematiannya, atau itu asumsi semata Nyonya Fadel yang merindukan sosok ibu kandung? Emin harus mengakui, di saat-saat genting menegangkan sebelum gencatan senjata, terbayang ibunya sendiri yang ia rindukan dekapannya. Bukan mustahil, Nyonya Fadel mengalami kerinduan serupa. Perang menjadikan mereka mati rasa, sebagai perlindungan diri dari kepedihan dan kehilangan. Hanya kasih sayang ibu yang tidak hilang, dan tak seorang pun merasa mati rasa atas kerinduan satu itu.

Sunflower Moon: Aleppo is LeavingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang