Tiga kartu tarot itu, kartu dari Nyonya Fadel yang meramal Emin, ada alasannya tersendiri. Ramalan bahwa Emin perlu mengindahkan Love, Empathy, dan Peace. Cinta, Empati, dan Perdamaian bukan parodi pahit atas perang ini, bukan itu yang dimaksudkan sama sekali.
Emin pernah membaca, sekacau apa pun situasi dan kondisi manusia, selalu ada kebaikan kecil dalam jiwanya. Bukan tak mungkin, kekalutan dan kepedihanlah yang membangkitkan cinta yang lebih besar dari nuraninya.
Love yang dimaksudkan adalah kesediaan Emin mengorbankan barang berharga kesayangannya. Tentu demi keselamatan jiwa Halil, sepupu sang suami. Isi kotak kayu walnut itu, ada malaikat yang melamun pada tutup kotaknya, merupakan harta terakhir yang dipertahankan Emin dengan nyawanya sendiri. Bahkan Emin berusaha melupakan simpanan harta karunnya agar tak tergoda menukarkannya dengan barang-barang langka dari pasar gelap.
Sepotong emas sekian beberapa gram saja cukup menebus banyak makanan kaleng yang akan kedaluwarsa tiga bulan ke depan. Sudah ada contohnya, Nyonya Salama Murad kabarnya punya makanan kaleng berlimpah karena menukarkannya dengan cincin platina berliannya. Cincin itu hadiah dari eks suaminya, dan dengan gembira sang nyonya penggosip menanggalkan logam mulia yang tak bernilai lagi, apa pun juga di hatinya, menyudahi ikatan terakhir dengan suami yang mencampakkannya. Konon kabarnya sang suami terpikat seorang perempuan yang jauh lebih tua, ahli geologi asal Amerika Serikat yang meneliti di Suriah saat perang mulai bergejolak di kota Daraa. Tiket kebebasan ke Negeri Paman Sam didapat sang suami, dengan menghancurkan keluarga sendiri beserta empat manusia yang dikasihinya selama ini. Sang suami pergi membawa seluruh harta mereka. Cuma cincin itu yang dititipkan sebagai memento terakhir.
Kotak kayu walnut itu tidak berderit. Tutup kotaknya membuka dengan lancar dan gampang, karena usianya belum terlalu sangat tua. Bayangan Emin tentang harta karun sangat klasik. Biasanya penemuan harta ada di rumah sendiri, di loteng apak berbau debu dan bertungau, mengendap dalam kotak lapuk berlumur jaring laba-laba seputih rambut para peri baik hati. Emin akan tersihir, setelah tutup kotaknya membuka dengan banyak upacara, di dalamnya berjubel kepingan emas dan kerlingan kilap berlian yang seakan bermain mata dengan kecantikannya. Tapi, tidak demikian yang terjadi dalam dunia nyata Emin.
Emin, setidaknya, tidak menemukannya secara kebetulan. Di bawah sadar ia tak pernah melupakan posisi harta karun mereka. Ada di gudang tak berjendela. Dalam badan mesin jahit yang sudah tak berfungsi, kotak kayu itu disembunyikannya bersama Aslan. Isi kotak yang mewakili cinta yang terbina selama pernikahan tiga belas tahun mereka. Emas mahar yang diberikan kepada Emin, mas kawin berikut dengan bekal emas yang ditabung ibu Emin bersama jerih payahnya menjahit pakaian. Bila dijumlahkan, ada dua ratus dua puluh gram emas di dalamnya. Tidak banyak mungkin, tetapi nilainya tak terbeli uang apa pun di dunia mereka. Kini, Emin dituntut untuk merelakannya seluruhnya.
Aslan menggeleng oleh bisikan sang istri. Jangan, katanya gusar. Si pria tak rela istrinya berkorban sebanyak itu. Harta itu milikmu yang paling berharga, bisa menjadi bekal untuk kita bertahan kelak. Ujar Aslan mengingatkan Emin lagi. Mereka selama ini rela tidak makan enak dan mengandalkan jatah bantuan kemanusiaan, asalkan tidak menyentuh simpanan Emin yang terakhir. Namun, nyawa Halil mestinya lebih berharga daripada makanan di pasar gelap, bukan, Emin menyentak Aslan yang lantas terdiam seribu bahasa.
Kenangan tersimpan selamanya dalam hati, Emin berprinsip, sementara benda duniawi setiap saat dapat hilang atau dicuri darimu. Maka, Emin dengan mantap menyerahkan seluruh isi kotak berharganya menjadi tebusan Halil. Biarlah dengan begini emas-emasnya akhirnya terpakai dengan bermanfaat. Mereka tidak akan lagi berpikir menyembunyikannya dengan cemas, atau merasa sayang mengeluarkanya demi mencukupi kebutuhan sehari-hari, yang meroket oleh inflasi gila-gilaan semasa perang saudara.
![](https://img.wattpad.com/cover/337034220-288-k938787.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflower Moon: Aleppo is Leaving
Ficção HistóricaKisah fiksi sejarah yang berlatar perang saudara di Suriah sejak 2011 hingga 2017. Tokoh utamanya bernama samaran Sunflower Moon, keturunan Turki-Mesir, usianya tujuh tahun dan bermukim di Aleppo Timur yang paling parah diguncang pertikaian. Sunflo...