The Boys and The Frogs (14)

15 3 0
                                    

The grass is always greener on the other side.

Peribahasa atau petuah bijak bahwa keadaan orang lain kelihatannya lebih beruntung dari kamu, walaupun mungkin kamu cuma memandang kulit luar saja. Les bahasa Inggrismu hari itu membahas peribahasa, kamu pun mencatat dan menghafalnya dengan bersemangat. Sayang sekali, kakakmu, abla, masih tidak mau menulis di depan orang banyak, sekalipun ia sebetulnya mampu menulis. Bahkan tulisannya masih sangat indah, persis sama seperti sebelum jatuh sakit.

Gurumu, Miss Lilibeth berguyon ringan, jangan melihat rumput tetangga lebih hijau lalu kamu langsung cemburu. Siapa tahu tetanggamu lebih rajin memelihara rumputnya, dengan menyirami berkala dan menebarkan pupuk yang tepat. Bisa saja rumputmu kurang hijau karena perawatanmu kurang sungguh-sungguh. Maka, moral dari peribahasa ini, jangan buru-buru menaruh iri pada orang lain, karena setiap orang punya keberuntungannya masing-masing, asalkan ia tidak putus asa dan tetap berusaha menggapai mimpinya.

Kelas les bahasa Inggris sangat menyenangkan. Mengasyikkan, apalagi dipadukan games tebak kata yang seru. Kakakmu diam saja di sudutnya, bagaimana pun kamu menggamitnya, ia tak tertarik dan matanya tak tersenyum sedikit pun. Ah, suasana hatinya kurang mendukung untuk terlibat keramaian, kamu berpikir murung.

Jam-jam yang menyenangkan berlalu dengan cepat, selalu begitu. Akhirnya waktunya kalian pulang berombongan, dipimpin Miss Lilibeth dan kamu menggenggam tangan kakakmu dengan erat, demi menjaganya sesuai janjimu pada ayah ibumu. Hari ini lumayan tidak bising, hanya ada bom di kejauhan, sesekali bersahut-sahutan. Alangkah baiknya bila suara bom itu digantikan kicauan burung, pikirmu muram. Terbayang olehmu keadaan di negeri yang damai, taman-tamannya indah tanpa puing dan pohon-pohon kekarnya melindungi sarang utuh, penghuninya keluarga burung yang manis-manis. Ah, burung-burung itu bakal merepet dan meleter, mengisi udara segar dengan nyanyian, menyegarkan kehijauan taman dengan celotehnya yang riuh. Kamu tak bisa tidak merasakan iri.

Ups, peribahasa tentang rumput, yang baru saja diajarkan guru, melintas di benakmu. The grass is always greener on the other side. Semua orang akan merasa orang lain lebih beruntung darinya, kecuali ia mensyukuri hidupnya dan berpikir dengan positif. Kamu seharusnya terlalu kecil untuk mencerna pepatah dewasa, namun perang membuat kalian, anak-anak kecil, mendewasa jauh lebih cepat dari seharusnya, dan kalian hampir lupa bagaimana menjadi anak kecil lagi, mungkin hanya bila perang berakhir kelak, kalian akan menjadi anak-anak lagi seperti dalam keadaan damai di negeri lain.

Kamu berusaha pulang dengan hati bersyukur. Tangan kakakmu hangat, teman-temanmu semua menyenangkan dan kalian bernyanyi kecil dalam bahasa Inggris. Ada kejutan di rumahmu sesampainya kamu di sana. Keluarga Fadel yang pandai bermain "sulap", menghadiahkan sebatang cokelat kacang mete pada kalian, tapi kamu dan kakakmu merasa sayang menyantapnya dan cuma menghirup harum bungkusnya yang khas.

Lantas kejutan satu lagi datang dari tetanggamu yang lain. Keluarga Dawoud kedatangan sahabat yang mengungsi dari bagian kota yang dibom sangat parah. Seorang ibu tengah baya bersama tiga anak-anaknya. Yang sulung sudah remaja, 16 tahun umurnya, dua yang bungsu kira-kira seumur denganmu, masing-masing 9 tahun dan 7 tahun.

Sahabat keluarga Dawoud, yang mengungsi karena flat mereka porak-poranda dihantam misil serangan udara membuktikan, selalu ada keadaan yang lebih buruk dari yang kita alami. Maka jangan selalu melihat ke atas, di mana orang-orang kelihatannya beruntung dan lebih baik, lihat pula ke bawah agar kamu lebih tahu mensyukuri atas hidup ini. Ibumu berpetuah sebelum kalian makan malam bersama-sama ayah dan pamanmu.

Kebanyakan temanmu perempuan semua. Baru kali ini kamu punya teman anak laki-laki, dan keduanya lebih cerewet dari ibunya, yang belum-belum mengomentari keadaan kakakmu yang membisu. Kamu agak sebal dengan keluarga pengungsi itu, dengan anak sulungnya yang cemberut dan berambut kusut, ibunya yang tukang bergunjing dan rol rambutnya kacau, juga dua anak laki-laki yang bertamu dan tak kunjung pergi dari rumahmu. Pasalnya, ini ide ibumu untuk memperkenalkan kalian, dan kamu sekenanya saja, cuma setengah hati meladeni obrolan mereka. Kamu bahkan berpikir untuk tertidur saja sembari duduk di ruang tamu.

Sunflower Moon: Aleppo is LeavingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang