Little Prince of Far, Far Away Land (7)

16 4 0
                                    

"Dari mana aku berasal, Ma?"

Kamu, anak terkecil di keluargamu, menanyakan pertanyaan layaknya anak-anak lainnya di dunia ini, ingin tahu semuanya, bagaimana mereka terlahir di keluarga yang mencintai mereka, apakah sang bangau yang memilihkan rumah yang tepat, ataukah suratan yang tertera pada bintang-bintang menentukannya? Inikah takdir bagi tiap ciptaan-Nya, bahwa tak ada seorang pun dapat memilih siapa orangtuanya, di mana tanah kelahirannya, waktu tatkala ia dihadirkan, apakah ia terlahir di saat damai, ataukah ia "memilih" waktu yang salah tanpa disengaja?

Perang yang membuat kesalahan, kamu berpikir. Orang-orang tak bersalah berada di tempat, waktu, dan keadaan yang salah sepanjang waktu, semuanya oleh karena perang yang tak kamu mengerti sama sekali sebab musababnya. Namun, kamu tetap anak-anak yang bersukacita untuk alasan-alasan paling sepele. Salah satunya, ibumu akan memberimu adik yang menurutmu akan sangat tampan sekali.

"Tampan? Dari mana kamu tahu ini laki-laki, Nak?" Ibumu mengusap perutnya bimbang, paras semua orang dewasa yang kamu kenal punya kebimbangan serupa saat perang melanda.

"Sang bangau dalam mimpiku bilang ini laki-laki, Ma. Kalau dia laki-laki, dia bisa bantu papa, karena papa kasihan sekali, papa satu-satunya laki-laki di rumah kita. Amca tak termasuk, karena dia tidak tinggal tetap di rumah kita."

"Ah, kamu pengertian sekali, Nak. Mama kira kamu lebih menyukai adik perempuan kecil, katamu kamu akan mengajarinya mengepang rambut boneka, betul?"

Rambutmu sendiri dikepang dengan manis. Amca, pamanmu yang membuatnya, karena ibumu menangani banyak pekerjaan dan kakakmu yang membisu tak bisa diharapkan banyak membantu. Berhubung gencatan senjata sedang berjalan mulus, amca, pamanmu mengambil cuti di rumahmu, terkadang ia menginap semalaman, lalu pergi keesokan paginya, dan berkunjung lagi di siang harinya, seakan perang takkan pernah datang lagi, dan orang-orang di rumahmu tertular optimisme yang sama, mungkin semua kesulitan sudah berlalu, karena keadaan seakan kian membaik hari demi hari, hingga ada hari yang sangat buruk yang kamu harap bisa kamu lupakan keberadaannya.

Ada satu hari di mana kamu diam-diam menggandeng kakakmu ke "sekolah". Seharusnya, itu bukan sekolah yang sebenarnya. Sekolahmu pindah lagi, ke ruang bawah tanah di gedung terbengkalai, fungsinya entah apartemen ataupun perkantoran yang mangkrak di masa perang, bukanlah sekolah seperti yang kamu inginkan kakakmu berada bersamamu. Kamu diberitahu pamanmu, pilihan setiap orang menjadi sukar di saat perang berkecamuk, terkadang pilihan terbaik pun berubah menjadi paling buruk, walaupun tiada yang memaksudkannya demikian. Perang seakan kehidupan dengan satu pilihan saja, bertahan agar tidak perlahan-lahan mati, jika kamu cukup beruntung tetap bertahan hidup.

Sejak kemarin dan kemarinnya lagi, tidak ada pengeboman di Aleppo Timur. Semua anak-anak seolah-olah normal kembali, bermain di taman kota di antara reruntuhan dan puing-puing kenormalan kota kalian. Kamu bilang ke kakakmu, kalian akan bermain juga di taman sesudah sekolah usai dan kakakmu menunduk tanpa bicara seperti kebiasaannya, meski kamu yakin sudut matanya terlihat tersenyum padamu.

Tiba-tiba ia berganti menggenggam tanganmu, cuma selintas lalu, seolah kakakmu berjanji akan melindungimu agar kakimu tidak sampai menginjak puing atau pecahan kaca selagi kalian bermain lompat tali nanti. Kamu menggenggam kakakmu lebih erat. Sekadar berlari-larian juga cukup, pikirmu, selagi orang-orang di taman berhenti, demi saling melempar senyum bahagia satu sama lainnya dan menanyakan marhaba, apa kabarmu, dengan penuh harapan yang sama, perang mungkin takkan datang lagi.

Sekolahmu dan bagimu itu sekolah kakakmu juga, sangat menyenangkan dengan teriakan dan celoteh puluhan anak-anak tak berseragam, namun mereka sama seriusnya hendak bersekolah sepertimu dan mungkin kakakmu juga merasakan hal yang sama, karena sikapnya yang antusias dan ia mau menatap Miss Lilibeth yang mengajaknya bicara dalam bahasa Inggris sederhana. Kamu bilang ke beliau, dulunya kakakmu sangat mahir berbahasa Inggris dan buku bahasa Inggris kesayangannya berjudul seperti calon adikmu, The Little Prince namanya.

Sunflower Moon: Aleppo is LeavingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang