Lioness of The Desert (4)

16 4 0
                                    

Pembicaraan itu kian sering terjadi. Pembicaraan yang tegang, antara Aslan dan seseorang yang disebutnya "relasi kerja". Aslan bekerja di rumah, karena ia seorang sastrawan, dan tentu Emin sang istri tahu, "relasi kerja" itu tidak ada kaitannya dengan profesi penulis Aslan, pendamping hidupnya. Kasus Halil, sepupunya yang diculik mukhabarat palsu membuat komunikasi makin intens dan sengit, lagipula  rahasia yang menyakitkan akhirnya terkuak juga.

Emin mulanya tidak berani percaya, suaminya tercinta tertarik akan politik praktis. Bukan tipikal suami-suami yang nongkrong di warung kopi dan membahas gosip politik terhangat, suami Emin seorang yang tertutup soal pandangan pribadinya. Teman dekatnya amat jarang, bisa dihitung sebelah jari, dan bila bekerja di komputer, seringkali ia lupa waktu dan perlu diingatkan untuk makan siang dan makan malam. Kebiasaan Emin tak berubah sejak awal pernikahan, menelepon suaminya setiap pukul 12 siang agar suaminya tidak lupa dengan jadwal makannya. Intinya, Aslan adalah tipikal pria rumahan yang pemalu dan introvert.

"Aslan, jadi kamu benar-benar jadi simpatisan?" Emin menanyai suaminya hati-hati. Kecurigaan saat perang bahwa sehalus apa pun percakapan rentan dibocorkan ke pihak "yang bersangkutan". Apalagi kata-kata sesensitif ini, simpatisan.

"Aku cuma pintar komputer dan menulis, jadi aku membantu di bidang IT. Kadang aku diminta mengorganisir massa untuk demonstrasi. Semuanya belum di luar batas, kok."

Telepon satelit adalah cara komunikasi teraman dari penyadapan. Dengan telepon genggam berantena itulah, Aslan melancarkan politik praktisnya, mulanya tanpa sepengetahuan sang istri yang netral haluan politiknya. Sebagai suami dan kepala keluarga, Aslan merasa izin dan restu istri tidak mutlak harus ada. Yang penting baginya, kewajibannya sebagai suami dan ayah tak pernah dilalaikan sepanjang gerilya berpolitiknya.

"Kamu bilang, FSA bisa menemukan Halil hidup-hidup? Kamu yakin kita tak perlu meminjam uang untuk tebusan?" Emin menegaskan sekali lagi.

Anggukan suaminya tipis, seperti antara yakin ataukah tidak. Mereka bermukim di Aleppo Timur, dan daerah ini paling rentan bergejolak, setidaknya pengeboman silih berganti menghujani separuh kota mereka, dengan gencatan senjata yang adakalanya dilanggar secara semena-mena dan disengaja. Penculikan dan orang hilang pun sudah bukan hal mengherankan di wilayah mereka.

Emin lalu menyibukkan diri di dapur. Ratu rumah tangga adalah sebutan untuk istri-istri di Suriah. Mereka diizinkan bekerja oleh suami-suami, asalkan perkara dapur beres lebih dulu, dan selama ini Emin menunaikan tugasnya dengan sempurna. Tak banyak yang bisa dimasak akhir-akhir ini, tapi tugasnya terus berjalan dan Emin mengisi kekosongan waktu dengan menyikat lantai dapurnya yang sudah mengilat, dan membereskan beberapa panci dan wajan yang berdebu tipis, karena jarang tersentuh minyak goreng akhir-akhir ini.

Aslan menyukai sayur mayur tumis, selain salad fatthous yang menunjang jiwa vegetariannya yang sontak mengendur oleh sajian kibbeh bil sanieh. Apa boleh buat, harum domba panggang itu sulit dilewatkan, terutama bila mertuamu bertandang ke dapurmu dan menyajikannya dengan penuh kasih sayang. Kamu wajib menghabiskannya agar jangan mubazir, demikian Aslan meyakinkan hatinya yang merasa bersalah lantaran pertahanannya lagi-lagi runtuh.

Kemesraan keluarga yang sulit terjalin lagi, kesenangan makan bersama di satu meja besar, diantaranya hadir orangtua Emin, orangtua Aslan, dan adik-adik serta sanak kerabat lainnya. Baik orangtua Emin maupun orangtua Aslan berdiam di Aleppo Barat, dan akhir-akhir ini sulit sekali menyeberang dari Barat ke Timur dan sebaliknya, karena tanpa pandang bulu, penembakan menyasar kepada orang-orang yang menyeberangi belahan kota, dan untungnya amca, paman anaknya bertempat tinggal di Aleppo Timur, dan jarak rumahnya sepelemparan batu dari rumah mereka.

Hampir saja Emin ingin menawari amca untuk tinggal bersama mereka. Ada satu kamar kosong yang tepat ada di sebelah dapur, namun diingat kembali, paman anaknya "bekerja" untuk FSA, cukup terang-terangan, dan suatu mukjizat mukhabarat membiarkannya lolos sejauh ini. Seorang sniper atau penembak runduk semestinya penuh kerahasiaan, kira-kira sebanding dengan mata-mata atau intelijen rahasia, namun amca, paman anak-anaknya, adalah pahlawan lokal yang dielu-elukan masyarakat segenap kota.

Sunflower Moon: Aleppo is LeavingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang