Pagi ini seperti biasa di hari senin, anak-anak akan mulai bersekolah dan upacara termasuk anak bungsu ini yang sedang menatap dirinya sendiri di cermin yang seukuran tubuhnya.
" aku Na jisung, aku sangat tampan dan mainly " ucapnya tersenyum manis di depan cermin.
Namanya jisung, Na jisung. Ia anak bungsu dari tujuh bersaudara. Umurnya 18 tahun, sekolah di Neo Culture Teknologi kelas 12. Mempunyai sahabat bernama felix lee.
" hmm? Ini sudah hampir siang " ucap jisung kemudian langsung mengambil tasnya lalu keluar dari kamar.
Setibanya di lantai bawah, jisung bisa merasakan bahwa rumahnya sangat sepi tidak ada siapapun ia hanya tersenyum kecut.
" haha setiap hari pasti seperti ini " gumam jisung sambil menuruni tangga dengan perlahan.
" kapan aku bisa merasakan kasih sayang kalian lagi " sambungnya sambil melirik foto keluarga di dingding ruang tamu.
Jisung tersenyum kemudian melangkah pergi, ia melirik meja makan yang sudah kosong dan tanpa pikir panjang ia melewati dapur dan berangkat sekolah.
Meskipun ia sendirian, ia selalu mendapat uang bulanan dari orang tuanya atau dari kakak-kakaknya namun jisung tidak pernah sedikitpun mengambilnya, ia selalu memakai uangnya sendiri hasil kerjanya sebagai editor.
Setibanya di sekolah menggunakan bus, jisung bergegas masuk kedalam takut upacara akan segera dimulai. Meskipun telat jisung tetap tidak akan dihukum karena prestasinya yang sangat bagus dan mengharumkan nama sekolah.
Setelah upacara......
" oi! Jisung!! " Teriak seseorang tak jauh dari jisung yang berjalan sedikit cepat di lorong sekolah.
" oi!! Kau ini kenapa? Di panggil gk nyaut-nyaut? " Tanyanya setelah berlari mengejar jisung.
" untuk apa aku menyautimu felix, kau selalu menghampiriku jadi untuk apa aku menjawabmu " ucap jisung malas membuat felix terkekeh kemudian merangkul jisung menuju kelas.
" besok ada pertandingan basket antar kelas, kau mau ikut? " tanya felix setelah duduk di bangkunya yang bersebelahan dengan jisung.
" tidak, aku ada urusan " tolak jisung lalu mengeluarkan buku pelajaran keatas meja.
Felix yang mendengarnya lantas menelungkupkan wajahnya ke atas meja dengan kedua tangannya dilipat di bawah dagunya.
" rumah sakit " gumam felix membuat kegiatan jisung terhenti sejenak.
" ya " jawab jisung lalu melanjutkan kegiatanya menulis di buku.
Felix menghela nafas panjang kemudian melirik jisung. Ia berpikir bagaimana anak seusia ini memiliki beban hidup yang sangat berat?
" aku akan mengantarmu besok, jam berapa? " tanya felix namun jisung mengeleng.
" tidak perlu " tolak jisung.
" aku akan mengantarmu, katakan jam berapa? " tanya felix lagi membuat jisung menghela nafas pelan.
" jam 16:00 sore " jawab jisung menatap felix sekilas lalu kembali ke kegiatan menulisnya.
" baik, besok sore aku akan menjemputmu. Jangan pergi sendiri seperti terakhir kalinya " ucap felix lalu kembali mengingat saat dimana ia akan menjemput jisung untuk kerumah sakit tapi ia sudah pergi terlebih dahulu membuat felux sangat kesal.
" iya " jawab jisung karena ia juga butuh jalan-jalan.
Trrrinngggg
Bel sekolah berbunyi dan pelajaran pun dimulai..
##########
Setelah jam pelajaran selesai, sekarang waktunya istirahat dan kini jisung juga felix berada di atap sekolah sambil menatap kota-kota diatas sana.
" jisung " panggil felix dan jisung pun menoleh kearah felix yang sedang duduk di meja. Sekolah menyediakan meja dan kursi santai di atap sekolah untuk anak-anak atas permintaan mereka.
" apa? " tanya jisung
Felix menatap jisung lekat-lekat, ia menyadari bahwa sahabatnya itu semakin kurus namun pipinya masih tembam dan terlihat lucu.
" apa hasil tesnya kemarin? " tanya felix membuat jisung terdiam dan raut wajahnya sedikit tidak bersahabat.
Jisung membalikan badannya dan kembali menatap kota-kota.
" hasil tesku masih sama " ucap jisung namun felix tau jisung pasti menyembunyikan sesuatu darinya.
" kau berbohong jisung, tidak mungkin masih sama " ucap felix beranjak lalu berjalan menuju jisung.
Bisa felix lihat jika punggung itu bergetar dan sepertinya ia menangis.
" katakan, apa hasil tesnya? " tanya felix lembut saat tiba di samping jisung dan ikut memandangi kota-kota.
" hidupku sebentar lagi, dan itu tidak bisa diubah. Dokter menyarankanku kemoterapi lebih ketat supaya penyebarannya tidak terlalu luas " ucap jisung sedikit serak suaranya.
Sedangkan felix terdiam bahkan ia tidak bisa berkata-kata lagi.
" a-apa kau sedang bercanda? " tanya felix tak percaya.
" aku tidak bercanda, pamanku tidak akan pernah berbohong padaku. " balas jisung melirik felix yang terdiam.
Dokter yang mengobati jisung, merupakan paman jisung yaitu adik dari ayahnya sehingga jisung bisa leluasa berbicara dengan pamannya. Namun karena penyakitnya ia memberitahu pamannya agar tidak memberitahu siapapun termasuk keluarganya dan paman jisung terpaksa menurutinya.
" ujian kelulusan sebentar lagi, apa kau mau lulus denganku? " tanya jisung menatap felix penuh harapan.
Lantas felix melirik jisung dan menatapnya.
" ya, kita berdua akan lulus bersama-sama tidak ada yang bisa memisahkan kita berdua " jawab felix tanpa pikir panjang membuat jisung tersenyum lebar.
" kau harus menepati janjimu felix " ucap jisung dan diangguki oleh felix.
" aku janji, kita akan lulus bersama" sambung felix lalu keduanya memandang kota-kota didepan mereka diiringi angin sepoi-sepoi.
Aku harap kau menepatinya felix, ini adalah permintaanku yang terakhir batin jisung
Ku harap yang ku pikirkan tidak sama dengan apa yang akan terjadi nanti, aku akan menepati janjimu..kita akan lulus bersama batin felix
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TbcMaaf jika ada kata-kata yang kurang tepat mohon di maklumi, masih pemula...
Terimakasih karena telah membaca ceritaku, karena jujur saja aku pernah membaca cerita wp dan membuatku terispirasi. Maaf jika ceritaku sama dengan orang lain namun ini hasil karyaku dengan imajinasiku sendiri. Mungkin konsep sama dan aku minta maaf tapi karangan ceritaku adalah buatan ku sendiri.
Ok bye bye, see you nex time~
👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Sámpái Jumpá :) [Tamat]
Short Storyseorang anak yang diabaikan oleh keluarganya karena pekerjaan hingga anak tersebut mulai tak dianggap anak itu adalah anak bungsu dari enam bersaudara namun karena umurnya yang terbilang muda dan kakak-kakaknya yang sudah kuliah juga bekerja sulit...