Semalaman keluarga jisung bergantian menjaga jisung yang sampai pagi belum sadarkan diri sehingga mereka sangat khawatir.
Kini pagi pun tiba, cahaya matahari mulai menyelimuti bumi dan dengan sinarnya membuat isi bumi di sebagian menjadi terang termasuk pemuda manis yang perlahan membuka matanya karena cahaya masuk dan menyinari tubuhnya melalu sela-sela jendela.
" ugh~, shhh.." desis jisung pelan lalu matanya melirik segala arah dan seketika matanya terfokus pada sesuatu di sampingnya. Bibirnya mulai terangkat dan tersenyum tipis.
Eommanya berada disampingnya sekarang dan kini telah memeluknya. Ini benar-benar mimpi.
Perlahan jisung mengangkat tangannya dan membuka masker oksigennya.
" pasti paman, tidak mungkin dokter lain melakukan ini " gumam jisung karena hanya pamannya yang tau soal kondisi penyakitnya.
Perlahan jisung mengerakan tubuhnya, lalu bangun untungnya sang ibu tidak merasakannya mungkin lelah karena menjaganya.
" aku benar-benar sangat merepotkan kalian, aku minta maaf eomma " bisik jisung lalu beranjak dari sana menuju kamar mandi karena jam sudah menunjukan pukul 05:45 artinya ia harus berangkat sekolah.
Setiap hari jisung akan berangkat pagi-pagi sekali dan tiba disekolah ia akan langsung piket ataupun pergi keatap sekolah untuk bersantai sambil menunggu bel sekolah.
10 menit kemudian~~
Jisung keluar dari kamar mandi dan sudah berpakaian seragam, ia melirik eommanya belum bangun sama sekali ia tersenyum kecil.
Setelah merapikan rambutnya dan sedikit memakai parfum, ia langsung mengambil buku yang diperlukannya kemudian dimasuka kedalam tas.
" eomma, sungie sekolah dulu ya pulang nanti sungie harap lihat eomma lagi hehe " tawa jisung pelan kemudian menuliskan nota di meja nakas lalu membuka pintu kemudian keluar.
Di luar jisung bernafas lega lalu ia menuruni tangga dengan perlahan takut membangunkan anggota keluarga lainnya.
" huft~~, aku pasti sangat merepotkan ya..." gumam jisung lalu berjalan pergi namun saat akan pergi matanya tak sengaja menangkap siluet ayahnya di sofa ruang tamu.
" appa? " gumam jisung lalu mendekat dan ternyata benar, ayahnya tertidur di sofa.
" appa kenapa disini? Kan dingin " bisik jisung lalu mengambil selimut yang ia sering pakai untuk bergadang di ruang tamu didalam lemari.
" pakai ini appa, aku tidak ingin appa sakit.. Jangan seperti diriku, appa harus sehat dan menjadi panutan kami " bisik jisung sambil menyelimuti tubuh appanya dengan selimut bergambar elsa.
" aku pamit, dah appa " bisik jisung lalu melangkah pergi.
Jisung tersenyum manis melihat kondisi rumahnya yang sedikit hidup,walaupun sedikit tapi membuatnya sangat bahagia.
Setelah menutup pintu pagar, jisung menyebrang dan menunggu di halte bus sambil bermain handphone.
Didalam rumah, haechan sudah selesai mandi ia bangun pagi-pagi sekali.
" apa aku benar-benar membuatnya sangat kesepian? " ucap haechan lalu melangkah kearah jendela dan menghirup udara segar.
" huft~~ aku merasa aku akan kehilangan sesuatu dan aku akan sangat menyesalinya " ucap haechan lalu matanya menatap pemandangan kota-kota dan tanpa disadari ia melihat sesosok familiar yang kenali.
" sangat tidak asing " gumam haechan lalu memfokuskan pandangannya.
" jisung!? " ucap haechan terkejut kala sosok itu adalah adik bungsunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sámpái Jumpá :) [Tamat]
Short Storyseorang anak yang diabaikan oleh keluarganya karena pekerjaan hingga anak tersebut mulai tak dianggap anak itu adalah anak bungsu dari enam bersaudara namun karena umurnya yang terbilang muda dan kakak-kakaknya yang sudah kuliah juga bekerja sulit...