10/10

461 94 78
                                    


Joanna bangun kesiangan. Dia benar-benar hampir menangis sekarang. Karena bosnya cukup killer soal kehadiran. Sebab dia tidak akan segan-segan memecat si karyawan jika berani datang terlambat barang semenit saja.

"Nanti aku antar! Santai saja! Ayo sarapan dulu!"

Seru Jeffrey pada Joanna yang baru saja keluar kamar. Dengan keadaan sudah memakai baju kerja, lipstick merah bata dan rambut yang sudah digulung ketat. Sebab dia malas sisiran.

"Aku tidak ada waktu! 40 menit lagi aku masuk!"

Joanna melewati Jeffrey yang baru saja membuat roti panggang. Lalu memakai sepatu dengan asal. Membuat Jeffrey lekas menyusul sembari membawa piring yang sudah berisi empat tumpuk roti panggang isi selai nanas.

"Pegang! Aku keluarkan mobil sebentar!"

Joanna yang baru saja akan keluar dari gerbang terkejut saat Jeffrey memberikan piring padanya. Membuat wanita ini lekas mundur perlahan. Lalu membuka gerbang semakin lebar. Meskipun sebenarnya mustahil dia dapat tiba di kantor dengan cepat jika diantar.

"Ayo masuk!"

"Aku mau naik ojek saja!"

"Cepat masuk! Mendung! Sebentar lagi hujan! Bisa masuk angin kamu sampai sana!"

Mau tidak mau Joanna akhirnya mengiyakan. Dia langsung menaiki mobil Jeffrey sembari memangku piring isi roti panggang yang Jeffrey buat. Sebab pria itu tidak ingin Joanna sakit karena melewatkan sarapan.

"Bisa cepat sedikit tidak? Aku bisa dipecat!!!"

"Santai saja, nanti kalau dipecat kerja di kantorku, kan, bisa. Jangan seperti orang susah!"

Jeffrey berusaha bercanda. Namun Joanna justru mendengus kesal. Lalu memakan roti panggang buatan suaminya. Karena dia sudah merasa lapar.

Satu jam berlalu. Joanna baru saja tiba di kantor. Dia benar-benar takut masuk. Membuat Jeffrey mulai tersenyum. Lalu membersihkan remahan roti yang ada di baju. Sebab selama perjalanan tadi, Joanna sempat menyuapi pria itu.

Ceklek...

Jeffrey keluar dari mobil. Lalu mengekori Joanna hingga tiba di depan ruangan. Namun wanita itu tidak diizinkan masuk oleh bosnya. Karena sesuai aturan yang telah ditetapkan, jika si atasan tidak akan mentolelir keterlambatan barang semenit saja. Apalagi sekarang, Joanna terlambat hampir setengah jam.

"Maaf, Pak! Saya---"

"Keluar! Pak Jeffrey? Apa yang membawa anda kemari?"

Joanna yang sudah berkaca-kaca langsung menoleh ke belakang. Menatap Jeffrey yang sudah tersenyum cerah. Sembari menjabat tangan Surya selaku bosnya.

"Hari ini saya yang mengantar. Tapi karena ada masalah di jalan, jadinya terlambat. Tolong dimaklumi, ya, Pak Surya? Ini salah saya."

Surya tampak bingung sekarang. Dia mulai menatap Joanna dan Jeffrey bergantian. Sebab dia jelas tidak menyangka jika salah satu karyawannya ada yang kenal Jeffrey Iskandar. Anak dari pemilik gedung kantornya. Karena bisnis keluarga Jeffrey tidak hanya bergerak di bidang perhotelan saja. Namun menyewakan gedung kantor juga. Serta, masih banyak yang lainnya.

"Apa hubungan Bapak dengan---"

"Pacar saya."

Jeffrey tersenyum tipis. Sedangkan Joanna mulai mencubit pelan pinggang pria ini. Sebab dia telah sembarangan berbicara pada Surya saat ini.

"Owhhh!!! Tenang, Pak Jeffrey! Saya akan jaga pacar Bapak di sini! Tidak perlu khawatir!"

"Terima kasih, Pak Surya. Saya pamit undur diri. Kapan-kapan, bagaimana kalau kita bermain bowling?"

"Wah! Suatu kehormatan bagi saya, Pak Jeffrey! Terima kasih!"

Jeffrey hanya tersenyum kecil. Lalu mengusap lengan Joanna sebelum pergi. Sebab dia juga harus kerja hari ini.

Next chapter udah mulai konflik :)

Tbc...

PENGGANTI [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang