Surat untuk Ibu (1)

612 60 4
                                    

Jaejong tersenyum melihat pantulan dirinya di kaca. Hari ini dia akan menikah. Jaejong terlihat sangat tampan dengan setelah tuxedo putih dan seikat bunga di tangannya. Jantungnya berdegup meskipun dia tidak mengenal calon suaminya. Pernikahan ini adalah perjodohan yang diatur oleh orang tuanya, tidak, lebih tepatnya adalah kesepakatan.

Ayah Jaejong berkerja sebagai salah satu menejer di sebuah perusahaan besar, Jung Corp. Suatu hari pemilik Jung Corp mengadakan rapat tertutup. Beliau tengah mencari pasangan untuk putra tunggalnya. Kesempatan terbuka bagi siapa saja yang bersedia menawarkan diri untuk menjadi calon menantunya, beliau akan meyeleksi calon-calon tersebut. Syaratnya hanya 1, calon menantunya harus laki-laki, karena putranya adalah seorang gay. Ayah Jaejong melihat kesempatan tersebut kemudian mengirimkan data diri Jaejong kepada Tuan Jung. Tidak ada kandidat lain, karena menjadi gay adalah hal yang tabu, semua orang mundur ketika mendengar persyaratan itu, sehingga Jaejong terpilih karena hanya dia satu-satunya.

Hari ini adalah hari besar itu, setidaknya hari besar bagi Jaejong, tidak untuk calon suaminya. Calon suami Jaejong, Jung Yunho menikah hanya untuk membebaskan diri dari belenggu ayahnya. Tuan Jung sangat menentang putranya sebagai seorang gay, dia menginginkan menantu wanita agar bisa memiliki keturunan untuk meneruskan garis keluarganya. Yunho sangat keras kepala mempertahankan kebebasannya, begitu pula Tuan Jung dengan segala tuntutannya, sehingga Tuan Jung memberikan persyaratan bagi Yunho. Apabila Yunho bisa melalui 2 tahun pernikahan dengan orang yang dia pilih, maka Yunho bebas melakukan apapun. Tuan Jung sengaja memilih orang yang tidak Yunho kenal untuk dijadikan pasangan agar Yunho membenci kehidupan sesama jenis yang akan dilakuinya.

Jaejong sendiri bukan gay, tapi bagi Jaejong, pernikahan ini adalah tugas dari ayahnya, jadi dia tidak bisa menolak. Jaejong berusaha menerima pernikahan ini sebagai sesuatu yang membahagiakan baginya, karena ibunya selalu mengajarkan bahwa pernikahan adalah hal yang sakral. Ibu Jaejong sudah meninggal 2 tahun yang lalu, Ayah Jaejong yang sekarang adalah ayah sambungnya, ayah tiri. Ibunya menikah lagi setelah ayah kandungnya meninggal.

---------

Jaejong menatap foto pernikahan yang baru saja tiba. Seorang kurir studio foto mengirimkannya. Foto itu adalah fotonya dengan sang suami berserta para wali masing-masing mempelai. Tidak ada satupun senyum di foto itu kecuali senyum milik Jaejong. Tidak apa-apa, fotonya tetap indah, Jaejong tersenyum. Kemudian memasang foto itu di ruang tamu rumah mereka.

Sudah beberapa hari ini dia mulai tinggal di rumah suaminya karena mereka sudah resmi menikah. Jaejong berusaha melayani suaminya dengan baik selayaknya seorang istri, seperti menyiapkan bajunya sebelum beragkat kerja, menyiapkan makanan, mencuci pakaiannya, membersihkan rumahnya, apapun yang bisa dia lakukan. Jaejong bahkan tidak keberatan jika suaminya meminta Jaejong 'melayani'nya, tapi jangankan meminta itu, berbicara dengan Jaejong saja suaminya tidak mau. Mereka tidur di kamar terpisah.

Bisa dibilang percakapan di rumah itu hanya dilakukan oleh Jaejong. Jika Jaejong mencoba mengajaknya berbicara, suaminya hanya akan berkata 'Mn' jika setuju atau diam jika tidak setuju. Jaejong tidak berharap banyak, toh mereka memang tidak saling mencintai. Jaejong hanya berusaha bersikap baik karena menganggap pernikahan bukan sebuah permainan, meskipun kontrak mereka hanya 2 tahun. Jaejong tidak tahu seperti apa isi kontrak pernikahan mereka, ayahnya yang mengatur semuanya. Jaejong hanya tahu bahwa dia akan menikah selama 2 tahun dengan pria bermarga Jung.

"Turunkan foto itu."

Jaejong kaget mendengar Yunho akhirnya mengatakan sesuatu selain 'Mn'. Dia sedikit tersenyum. Setelah beberapa hari mungkin Yunho akhirnya bosan mendiamkanya.

"Kenapa? Foto itu bagus."

"Turunkan. Kita tidak benar-benar menikah."

"...Baik."

Oneshot YunjaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang