Emergency Response

278 45 45
                                    

"119, ada yang bisa kami bantu?"

"Pak! Tolong! Cepat datang! Ada yang mau bunuh diri!"

.
.
.
.
.
.
.
.

Suara sirine menggema di jalan, mobil penyelamat datang tidak lama setelah panggilan darurat itu masuk. Beberapa orang petugas berseragam langsung melompat turun begitu mobil berhenti, lalu berlari menuju gedung sambil memikul peralatan.

Drap. Drap. Drap. Drap.
Para pria itu berlari dengan langkah lebar menuju atap bangunan tersebut. Sudah ada seorang wanita paruh baya yang menunggu mereka di sana. Dia beserta beberapa penghuni gadung lainnya terlihat sangat cemas.

"Di mana dia Nyonya?"
Tanya seorang petugas dengan suara lirih, dia tidak ingin mengejutkan siapapun, terutama korban yang hendak mereka selamatkan. Wanita itu kemudian menunjuk. Seorang pria tampak sedang berdiri di salah satu tepi bangunan memunggungi mereka. Pundaknya bergetar, orang itu mungkin sedang menangis.

"Siapa namanya?"
Petugas itu bertanya lagi sambil dengan cepat memakai peralatan di badannya.

"Kim Jaejoong! Tolong selamatkan dia Pak!"

"Ya, ya, kami akan berusaha, tenangkan dirimu Nyonya. Apa anda tahu apa yang menyebabkannya berdiri di situ?"

Wanita itu menggeleng.
"Aku tidak tahu! Aku cuma tetangga depan kamarnya. Kami tinggal di lantai teratas. Aku hendak membuang sampah ketika melihat pintu menuju atap terbuka. Pintu itu seharusnya selalu tertutup, jadi aku memeriksa, dan aku melihatnya berdiri di sana! Kami semua sudah mencoba memanggil, tapi dia tidak mau dengar! Oh Ya Tuhan, tolong jangan biarkan dia lompat!"

"Dengan siapa dia tinggal?"

"Istri dan anaknya, tapi aku tidak bisa menghubungi mereka! Semua panggilanku teralihkan!"

"Baik. Tolong semua mundur, beri kami ruang. Jangan membuatnya takut."

Semua orang di atap itu, selain petugas penyelamat, mundur. Petugas tadi maju perlahan dengan hati-hati. Tali sudah terpasang di badannya, sementara rekan-rekannya yang lain menyiapkan tumpuan untuk penahan tali jika sewaktu-waktu dibutuhkan.


"Tuan Kim, aku pemadam kebakaran. Di sana berbahaya, bisakah anda turun dari situ?"

Bukannya menurut, kaki orang yang diajak bicara malah bergerak maju hingga setengah dari telapak kakinya melayang di udara.

"Maksudku turun ke belakang Tuan, bukan ke depan~"

Dan semakin maju lagi, kini hanya ujung tumitnya saja yang masih menapak.

"Oh ya ampun~ Tolong Tuan Kim, pikirkan lagi apa yang akan anda lakukan." Petugas itu memperlebar langkah dengan tangan yang mengarah ke depan, bersiap menangkap jika jarak sudah cukup dekat.


"Pergi.. Biarkan aku mati.."
Suara serak terdengar.


"Keluarga! Kau punya keluarga kan?? Tolong urungkan niatmu itu demi mereka! Pikirkan tentang istrimu. Dia pasti sangat sedih jika---"

Orang di tepi bangunan itu tiba-tiba menoleh.

"Istriku pergi bersama pria lain..." Ucapnya dengan tatapan merah dan bola mata yang basah.

"Ah~ Begitu.. Baiklah.. Tidak perlu cemas Tuan Kim, dunia masih bisa dinikmati tanpa seorang istri. Masih ada teman-teman yang bisa menghiburmu kan? Bagaimana kalau kubantu menghubungi mereka? Minum soju dengan seorang sahabat pasti akan membuatmu jauh lebih baik."

"Sahabat..? Justru dia yang membawa pergi istriku!"

"Oh Sial~ Oke oke, lupakan istri dan teman brengsekmu itu. Masih ada anakmu ingat?? Kau masih muda, dia juga pasti masih kecil, dia membutuhkanmu Tuan Kim, kau orang tuanya, pikirkan---"

Oneshot YunjaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang