Jaejoong pikir menikah dengan putra sulung keluarga kaya merupakan suatu keberuntungan, tapi siapa sangka malah menjadi kesialan baginya.
Jaejoong membuang buket bunga dan turun dari panggung pelaminan begitu fotografer selesai mengambil gambar.
"Jaejoong! Apa yang--- Ah~ Maafkan putraku Tuan Jung, dia tidak bermaksud, mungkin dia sangat lelah. Mari-mari kita kanjutkan sesi fotonya."
Jaejoong dapat mendengar suara ayahnya berusaha memperbaiki suasana. Siapa peduli. Jaejoong terus melangkah meninggalkan ruangan.
Sesosok pria di atas kursi roda menatap sedih punggung dingin Jaejoong yang meninggalkannya di atas pelaminan.
******
Jaejoong duduk menyilangkan tangan, menatap tajam ke arah pria yang ada di depannya. Suami barunya itu mulai hari ini ikut tinggal bersamanya. Jung Yunho, pria cacat yang hanya bisa duduk di kursi rodanya sepanjang hari.
"Maaf.. Aku sudah menikah, jadi tidak bisa tinggal di rumah orang tuaku lagi. Lagipula.. Kurasa memang itu yang mereka harapkan dengan menikahkanku, mengeluarkanku dari rumah. Kau tahu, sangat merepotkan merawat orang cacat." Yunho memaksakan senyumnya.
Jaejoong mendengus.
"Baik. Aku mengerti. Mereka ingin melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain. Tapi kau perlu tahu, aku merasa terjebak karena tidak memastikan kondisimu terlebih dulu sebelum menerima tawaran perjodohan itu. Kalau aku tahu kau-- ck. aku mungkin tidak menerimanya."Sekali lagi, Yunho memaksakan diri untuk tersenyum.
"Terima kasih.""Itu bukan pujian. Lalu bagaimana sekarang?"
"Bagaimana..bagaimana?"
"Bagaimana kita menjalani hidup! Dasar--- Ah..brengsek.. Kita sudah terlanjur menikah. Uang tidak mengalir begitu saja untuk memenuhi kebutuhan kita. Dengan apa kau mau menafkahiku?"
"Aku ingin.. Tapi aku tidak bisa.. Maafkan aku.."
Bibir Jaejoong semakin terkatup rapat. Matanya terasa sedikit panas. Demi apa dia harus menanggung beban seperti ini. Oke, dia akui dia telah gegabah mengambil keputusan. Menyetujui profil calon yang orang tuanya sodorkan tanpa banyak bertanya adalah kesalahan terbesarnya. Tidak berkencan sebelum hari pernikahan adalah kesalahan kedua. Dan tergiur dengan harta adalah kesalahan semua orang di keluarganya, termasuk dia sendiri. Jaejoong menyesalinya sekarang. Bayangan di matanya adalah kehidupan mewah setelah pernikahan, tanpa harus bekerja membanting tulang karena mendapat suami dari keluarga kaya. Tapi ternyata.. hanya keluarganya saja yang kaya, orang yang dinikahkan dengannya tidak.
"Jadi maksudmu, aku yang harus menghidupimu?"
Yunho tersenyum miris.
Jaejoong mengepalkan tangan.
"Fine. Kau beruntung aku bekerja dan punya rumah. Kau boleh tinggal di sini. Tidur di sini. Makan di sini. Lakukan apapun di sini sesukamu."Jaejoong kemudian berdiri dan pergi meninggalkan Yunho di ruang tamunya.
Yunho tertunduk dengan tatapan sayu, dia ingin mengingatkan Jaejoong bahwa opsi perceraian masih ada, tapi dia urungkan. Tidak ada lagi yang bisa dia andalakan saat ini selain Jaejoong. Orang tuanya sudah tidak menginginkannya lagi.
******
Jaejoong memasak di dapur, membuat 2 porsi sarapan, Yunho sudah menunggu di meja makan sebelum masakan itu matang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshot Yunjae
FanfictionKumpulan cerita singkat saja, 1 atau paling banyak 3 Chapter per cerita. Chapter akan terus bertambah sesuai inspirasi yang datang, enjoy ! ^^ ================ BL lover only. Homophobic mohon menyingkir. Jangan salah lapak. ================= Mohon...