"Kau sudah bangun??"
"Nngh... Di mana aku..."
Yunho menarik tangannya dari genggaman Jaejoong. Mengabaikan pandangan cemas, penuh kesedihan, dan lelah yang terpancar dari mata Jaejoong.
"Rumah sakit. Dokter sudah menyambung lagi jarimu. Tapi perlu menunggu 3 hari untuk tahu apakah itu berhasil.."
Yunho mengangkat tangan kirinya yang diperban. Jari yang sebelumnya ia lihat menggelinding di lantai, sekarang sudah kembali ke tempatnya.
"Aku mau pulang.. Anakku menunggu.."
Yunho bangun dan berusaha mencabut infusnya. Tapi dihentikan oleh Jaejoong."Tetaplah di sini sampai Dokter mengijinkanmu pulang. Aku sudah mengirim temanku untuk mengabari mereka. Changmin.. dan wanita yang kau sewa untuk menjaganya.."
Yunho memandang lekat kedua mata Jaejoong. Kedua mata yang kemudian menitikkan air mata.
"Yunho.. Maafkan aku.. Aku tidak tahu.."
"Tentu saja kau tidak tahu, kau tidak pernah berusaha mencari tahu.."
Jaejoong semakin merasa bersalah. Berkali-kali dia mengucap kata maaf sambil menggenggam dan mencium tangan Yunho. Tapi lagi-lagi, Yunho menarik tangannya.
"Aku memaafkanmu. Sekarang pergilah."
Jaejoong menggelengkan kepala.
"Aku ingin terus di sini..""Pergi. Aku tidak mau berurusan lagi dengan preman sepertimu. Seharusnya sejak dulu aku tahu dari tato-tato di tubuhmu. Sungguh naif aku mengiramu seorang seniman."
"Yunho.. Aku bisa menjelaskan.."
"Aku tidak butuh penjelasan. Aku butuh kau pergi. Jangan pernah mendekatiku atau anakku lagi. Kau tidak pantas. Kau bahkan tidak layak hanya untuk sekedar melihatnya."
"Yunho.. kumohon.. nggh.."
"Menghilanglah. Seperti saat kau meninggalkanku dulu. Kau sudah membuang kami. Tetaplah seperti itu. Aku membencimu.. Kim Jaejoong.."
Yunho kemudian berbalik dan menarik selimut. Tidak bergeming meski Jaejoong terus meremat selimutnya dan menangis. Yunho mengabaikan semuanya, hingga orang yang ada di balik punggungnya itu mau tidak mau pergi sesuai permintaannya.
******
Jaejoong pergi ke markas kelompoknya. Mencari ketua. Dia sudah membulatkan tekad ingin keluar dari dunia gelap yang seumur hidup telah mengikatnya ini.
Pria tua yang dipanggil Ketua itu ada di tempatnya. Duduk di kursi kekuasaannya dengan penuh keangkuhan. Jaejoong menemuinya dan tanpa banyak bicara mengutarakan maksud tujuannya datang.
"Aku mau mengundurkan dari dari kelompok."
"Kau datang hanya untuk mengatakan itu?"
"Ya, Ayah.."
"Hahahahaha! Kau pikir dengan mengakui ikatan darah, aku akan mengijinkanmu keluar begitu saja?"
"Tidak. Aku tahu apa yang harus kulakukan."
Jaejoong mengeluarkan golok dari balik badannya lalu mengangkat golok itu tinggi-tinggi di atas jari kelingkingnya, dan----
TAK!
Jari kelingking Jaejoong terlepas. Jaejoong mengerang sambil mengertakkan giginya kuat-kuat. Itu adalah syarat untuk keluar dari kelompok. Agar siapapun yang ingin melakukannya, berpikir ulang. Dan siapapun yang sudah melakukannya, mengingat seumur hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshot Yunjae
FanfictionKumpulan cerita singkat saja, 1 atau paling banyak 3 Chapter per cerita. Chapter akan terus bertambah sesuai inspirasi yang datang, enjoy ! ^^ ================ BL lover only. Homophobic mohon menyingkir. Jangan salah lapak. ================= Mohon...