Jaejong meletakkan sebuah map yang baru saja dia dapatkan dari wali kelas.
"Rangking 1."
Tidak ada sahutan. Jaejong mengepalkan tangannya.
"Aku mau hadiahku."
"...."
"Aku mau hadiahku..."
"...."
"Bangun... Berikan hadiahku..."
Tetes demi tetes air mata membasahi nisan batu itu..
.
.
.
Waktu pun terus bergulir, Jaejong menjadi semakin terobsesi pada ilmu pengetahuan. Semua buku dia baca, semua teori dia pelajari, guru-guru besar dia datangi, semua kompetisi dia ikuti, dan setiap tropi dari segudang prestasinya pun selalu dia letakkan di sana, di atas makam Yunho yang dingin.Kini Jaejong tidak muda lagi, rambutnya sudah mulai memutih di usianya yang ke 57. Prestasinya sangat cemerlang, dia sudah menjadi seseorang profesor tersohor di bidang teknologi. Dia bahkan sudah menikah dan memiliki seorang putra. Tapi dia masih melakukannya.
"Nobel."
Ucapnya sambil menaruh sebuah medali emas di depan nisan batu. Kontribusinya dalam dunia sains dihargai oleh dunia, hukum-hukum baru dia temukan, alat-alat canggih diciptakan, Jaejong memperoleh perhargaan tertinggi atas keberhasilannya mempelajari dimensi ruang dan waktu. Tapi penghargaan itu seakan tidak sebanding dengan hadiah yang dia inginkan sejak 40 tahun yang lalu."Kapan kau akan menjadi hantu dan menggangguku.."
"Brengsek.."
"Paling tidak datangi aku dalam mimpi.."
Jaejong tidak peduli ke mana piala atau medali yang selalu dia letakkan di situ pergi. Ntah diambil orang, disimpan oleh Nyonya Jung, atau terbawa air hujan, Jaejong tidak peduli. Jaejong tidak memperolehnya dengan sengaja. Bukan prestasi yang dia kejar.
Dan sekali lagi, makam batu itu dibasahi oleh tetes air mata..
---------------------------------20 tahun kemudian.
Seorang pria tua duduk di bangku taman, menatap kosong ke arah kejauhan. Kulitnya kusut oleh keriput. Rambutnya pun sudah tidak lagi lebat. Tubuhnya bergetar diterpa angin sore, tapi dia tidak bergeming, seakan tidak merasakan apa yang terjadi pada tubuhnya.
Sebuah selimut tiba-tiba tersampir di badannya dari belakang, Jaejong langsung menoleh ketika menyadari kehadiran seseorang.
"Yunho!"
Jaejong tersenyum cerah lalu berdiri untuk memeluk pria muda itu."Mn. Kenapa di luar, udara sangat dingin."
"Lama sekali, aku menunggumu! Ayo jalan-jalan, aku mau naik sepeda."
Jaejong terdengar ceria seperti seorang remaja, sangat kontras dengan tubuh tuanya itu. Dia menggeret lengan Yunho dan berjalan cepat menuju sepeda mereka.Yunho menghela napas, tapi tidak bisa menolak. Dia menuruti apapun yang Jaejong inginkan.
Jaejong segera naik ke atas boncengan sepeda. Yunho pun sudah siap untuk mengayuh, dia mengusap tangan Jaejong yang melingkar di perutnya.
"Pegangan yang erat.""Mn. Kayuh yang kencang!"
Jaejong tertawa. Jalan-jalan sore selalu terasa sangat menyenangkan. Dia mengeratkan pelukan sambil menyandarkan kepalanya ke punggung Yunho. Mereka menghabiskan waktu bersama, bercanda sambil menikmati pemandangan kota.
![](https://img.wattpad.com/cover/336523839-288-k511164.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshot Yunjae
FanficKumpulan cerita singkat saja, 1 atau paling banyak 3 Chapter per cerita. Chapter akan terus bertambah sesuai inspirasi yang datang, enjoy ! ^^ ================ BL lover only. Homophobic mohon menyingkir. Jangan salah lapak. ================= Mohon...