30. 2 Minus 1

126 21 14
                                    

Gue memutuskan mengemasi semua barang-barang gue yang ada di Apartemennya Gaby, tentunya sambil menangis sesenggukkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue memutuskan mengemasi semua barang-barang gue yang ada di Apartemennya Gaby, tentunya sambil menangis sesenggukkan. Lemah banget emang! Ginian doang gue nangis.

Gue mau balik ke kota asal mau ketemu Mama aja di rumah, asalkan gue bisa menjauh dari cowok brengsek semacam Dika yang selama ini bajingan banget di belakang gue.

"Ra, lo beneran mau pulang? Terus kuliah lo disini gimana? Lo gak mikirin gue juga apa main lo tinggal gitu aja? Ara, tolong deh lo pikirin lagi ya, jangan gegabah kayak gini,"

Dari tadi Gaby terus menerus menghentikan gue yang sedang beres-beres semua barang gue, sedangkan gue hanya bisa membereskan semuanya walaupun sambil nangis.

Hati gue beneran sesakit itu, rasanya jauh lebih menyakitkan ketika gue di buang gitu aja sama Fajar dulu.

"Ara? Sayang, kamu mau kemana? Kok kamu ngemasin semua barang kamu?"

Gue sama Gaby langsung menoleh ke sumber suara ketika tiba-tiba Dika nongol di depan pintu masuk, gak tau juga Dika mendapatkan akses dari mana bisa masuk ke sini.

Tapi gue gak peduli banyak, gue gak peduli sama Dika yang bersuara di belakang gue. Intinya gue mau pergi dari sini, gue gak mau berhubungan lagi sama Dika!

Tapi yang gue rasain setelahnya Dika malah memeluk tubuh gue dari belakang, tapi gue menepis kasar, gue dorong anaknya.

"Gak usah sentuh-sentuh gue! Biarin gue pergi!!"

"Sayang aku bisa jela--"

"Gak ada yang perlu di jelasin! Selama ini gue selingkuhan lo kan? Ayu itu pacar lo kan? Gue udah tau, makanya karna gue sadar diri, gue pergi! Jadi, lo gak usah tahan gue! Ngapain lo bisa masuk ke sini?"

"Ara, maafin gue ya, tadi gue langsung hubungin Dika minta dia kesini saking gak bisa nya gue nahan lo buat gak pergi. Ini gue tinggal ya, kalian selesain dulu aja berdua,"

Setelah itu gue melihat Gaby langsung meluncur keluar dari ruangan dan membiarkan gue bersama Dika di kamar ini.

Setelah gue bentak Dika tadi, gue langsung beranjak sambil menenteng tas di punggung hendak pergi, tapi Dika segera menahan lengan gue. Dia mencengkram kuat lengan gue bikin gue meringis dan otomatis bikin tubuh gue terpaksa berbalik menghadap Dika.

"ARA DENGERIN GUE DULU!!"

Gue masih menangis, bahkan untuk menelan saliva sendiri rasanya tuh susah banget. Hati gue beneran hancur, apalagi di bentak kayak gitu semakin hancur hati gue.

"Ra, lo boleh nyalahin gue, lo boleh marah sama gue, gampar gue sekalipun gak papa, apapun itu boleh lo lakukan ke gue asalkan lo jangan pergi. Gue sayang sama lo, Ara. Gue mohon lo jangan pergi,"

Gue tertawa meremehkan kalimatnya, miris, apa-apaan kalimat anjing kayak gitu keluar dengan mudahnya dari mulutnya itu.

"Lo gak sayang gue! Lo cuma main-main, lo gak serius! Cincin ini, gue kembaliin. Udah gak penting, semuanya gak penting dan gak ada gunanya lagi!" ujar gue sambil melepas cincin yang disematkan Dika beberapa waktu lalu dengan kasar dan melemparnya entah kemana.

Officially Own You | Lee Dokyeom✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang