"Maaf ya non hari ini bibi ga masak banyak."
"Ya gapapa kok bi, yang penting Ailyn bisa makan hari ini. Makasih ya bi."
Ailyn menyantap sarapannya sembari menunggu kedatangan Kei. Memikirkan bagaimana dirinya yang akan diurus oleh Kei selama beberapa hari membuat Ailyn menjadi badmood, entah mengapa jika memikirkan hal tersebut membuat makanannya terasa hambar.
"Ah nak Kei. Udah lama bibi ga liat kamu. Kamu gimana kabarnya? Tambah ganteng aja bibi liat."
Akhirnya Kei datang. Kei tidak perlu mengetuk pintu ataupun meminta ijin untuk masuk dulu karena Kei sudah sangat dikenal dikeluarga ini. Ia juga sangat disenangi oleh pembantu-pembantu yang bekerja dirumah Ailyn.
"Cepet anter Ailyn ke sekolah," ucap Ailyn dan mendahului Kei masuk ke dalam mobil. Kei hanya terdiam dan tidak membalas perkataan bocah tersebut, karena ia tau bocah itu tidak bisa diatur.
"Om bisa cepet ga sih? Ailyn telat nih!"
Kei berusaha menahan emosinya. Dan lagi, kenapa Ailyn memanggil Kei dengan sebutan 'Om' padahal umurnya baru 26 tahun. Setiap Ailyn memanggilnya dengan sebutan itu, entah kenapa Kei merasa semakin kesal. Ya, dirinya memang sudah tua sih, tapi tidak tua-tua amat bukan.
Ailyn membuka jendela mobil Kei, ia bisa merasakan udara pagi hari yang teramat segar menyentuh kulitnya. Mobil kemudian terhenti di lampu merah, di samping mobil mereka terdapat truk besar dengan supir memakai topi. Supir tersebut memandang Ailyn dan bersiul kepadanya. Ailyn yang menerima hal tersebut tentu kesal, ia mengacungkan jari tengahnya kepada supir tersebut.
Lampu hijau menyala dan mobil kembali berjalan, truk tersebut memiliki jalur yang berbeda dengan Ailyn.
"Sialan! Supir truk sialan! Pagi-pagi udah bikin emosi! Pengen gue copotin tuh bibirnya biar ga bisa bersiul lagi! An*ing, b*bi, ban*sa*." Belum selesai Ailyn mengumpat, Kei menutup jendela mobilnya. Ailyn menatap tajam pria yang ada di sampingnya itu. "Kok ditutup?!"
"Ga sopan ngacungin jari tengah kaya gitu."
"Ya dia duluan!" Ailyn menatap laki-laki di sampingnya itu lalu terdiam. Ia terpana. Dengan ketampanan Kei.
Sejak kapan laki-laki itu menjadi begitu tampan? Atau hanya Ailyn yang baru menyadarinya? Hidung mancungnya, matanya yang terlihat tegas, bibirnya yang berwarna pink natural, belum lagi style rambutnya yang membuatnya semakin tampan. Melihatnya mengenakan setelan jas semakin membuat hatinya berdebar dengan sangat kencang.
"Sadar Ailyn! Dia udah tua!" Batin bocah itu.
Tak lama kemudian pandangan mereka saling bertemu, Ailyn ketahuan menatapi Kei begitu lama. Kei berpikir apakah ada sesuatu di wajahnya? Ia kemudian menatap kaca dan mengecek wajahnya. Yang ia bisa lihat hanyalah ketampanan.
"Om bisa yang cepet ga sih nyetirnya?"
"Bahaya."
"Ck!"
Ailyn kembali menatapi laki-laki di sampingnya itu. Kali ini pandangannya beralih ke tangan Kei yang sedang sibuk menyetir. Kenapa tangannya juga sangat tampan?! "Sadar Ailyn! Bisa-bisanya lo!!"
Mobil kemudian berhenti. Kei menatap bocah yang sedari tadi sibuk menatap tangannya, Kei merasa bahwa sepertinya dirinya ditatap oleh Ailyn selama perjalanan. Entah apa yang ada dipikiran bocah tersebut.
Imajinasi Ailyn buyar seketika. Ia baru sadar bahwa mobilnya sudah berhenti sedari tadi. "Kenapa?" tanya Ailyn karena ia melihat Kei juga sedang menatapnya.
"Ga sekolah?"
Ailyn menatap sekitarnya, ternyata ia sudah sampai di sekolah. "Ish! Kenapa om ga kasi tau dari tadi sih!!" Ailyn dengan cepat mengambil tasnya dan menutup pintu mobil dengan keras. Ailyn mengepalkan tangannya kemudian mengacak-acak rambutnya. Apa yang akan dipikirkan Kei tentangnya? Sedari tadi Ailyn menatap Kei, pasti menurut Kei itu adalah hal yang aneh. "Arghhhh." Ailyn berusaha untuk tidak menatapnya, tapi entah kenapa matanya ini nakal sekali.
"Halo sayangkuu!" Ailyn tidak membalas perkataan Zena, ia fokus terhadap pikirannya. "Lo kenapa? Kok kaya orang frustasi."
"Zen! Kayanya gue udah gila dehh. Huaaaa."
"Hah? Ada apa ini? Kenapa? Coba cerita sini kepada sahabatmu."
Ailyn mencengkram lengan sahabatnya, sontak Zena terkejut. Sahabatnya ini kenapa? "Bisa gila gue lama-lama Zennnnnn. Gue ga bisa cerita. Pokoknya ga bisa."
"Lah kenapa sih. Btw lo udah gila sih kata gue mah."
"Ck!"
"Hahahaha, ayo masuk kelas cepet. Lo gamau kena hukum lagi kan?"
Ailyn dan Zena merupakan sahabat yang berbeda kelas. Walaupun kelas mereka berbeda, itu tidak menghalangi mereka untuk tetap bersahabat. Justru dengan kelas mereka yang berbeda, persahabatan mereka itu menjadi tambah erat. Zena yang penyabar dan juga Ailyn yang emosian, keduanya benar-benar cocok. Itu juga yang menjadi rahasia mereka langgeng hingga sekarang.
Saking seringnya mereka berdua, orang-orang disekolah mengira mereka berpacaran. Mereka seperti sepasang kekasih yang tidak bisa dipisahkan.
Hari ini adalah hari yang sangat buruk bagi Ailyn. Lagi-lagi ia harus berhadapan dengan guru yang paling ia kesali. Siapa lagi kalau bukan bu Riri. Guru muda yang suka caper ke siswa laki-laki dan suka mencari kesalahan siswi perempuan.
"Baik anak-anak. Hari ini kita lanjut ke materi yang sebelumnya ya. Coba kalian buka halaman 121, disana ada 20 soal, coba kerjakan nomor empat dan enam."
Ailyn membuka bukunya dan mencari soal yang dimaksud oleh gurunya itu. Membaca kalimat pertama dari soal itu saja sudah membuat Ailyn pusing. Ia tidak mengerti sama sekali maksud dari soal ini, bagaimana caranya ia menjawab jika ia tidak mengerti maksud dari soal.
"Ailyn. Maju!"
"Anj***! Belum juga semenit bang***"
Ailyn mengambil bukunya yang kosong, ia belum sempat menjawab apa-apa.
"Hmmmm hari ini kan tanggal 20, kalo gitu yang maju jawab nomor enam itu absen 20 ya. Hayolooo siapa absen 20?" Seorang murid mengangkat tangannya. "Ohhh jadi David yaaa, maju ya sayangg." Bu Riri mengelus pundak David kemudian menyuruhnya untuk menjawab soal.
Lima menit sudah berlalu, Ailyn dan David sama-sama tidak bisa menjawab soal.
"Anu bu... David engga paham sama soalnya."
"Oalaaa David ga paham ya? Yaudah kalo gitu kamu duduk dulu ya sayang, nanti ibu jelasin."
Ailyn membalikkan badannya menatap gurunya itu dengan perasaan kesal. "David boleh duduk, kok saya engga bu?"
"Kamu diam disana! Kamu baru boleh duduk kalo jawaban kamu sudah benar!"
"Ish! Giliran cowo mah dikasih duduk, dasar guru caper!"
"Apa kamu bilang Ailyn?!"
"Saya gaada bilang apa kok."
"Yaudah, kalo gitu yang jawab nomor enam... Catlyn! Ayo maju Catlyn." Catlyn mendengus kesal, nasibnya akan sama seperti Ailyn, ia juga tidak tau jawaban dari soal tersebut.
"Kamu ini ya Catlyn! Kamu kira sekolah ajang kecantikan apa?! Wajahmu putih mulus begitu, pake bedak berapa lapis?!!"
"Yaampun buuu, udah saya bilang berkali-kali saya ga pake bedak buuuu. Muka saya memang aslinya beginii, nih saya gosok wajah saya, bersih kan?" Catlyn menggosok wajahnya dengan seragamnya, namun tidak ada bekas yang tertinggal diseragamnya, menandakan bahwa ia tidak menggunakan bedak.
"Itu tuh bibir kamu! Pasti kamu pakai sesuatu itu kan!!"
"Saya cuma pake lip cream tipis doang kok bu, lagian warnanya nude begini ga merah merona."
"Ya tetep aja kan? Berarti kamu make up!!! Cantik kok karena make up! Lihat dong ibu! Tanpa make up pun wajah ibu udah cantik."
Semua murid ingin muntah saat itu juga.
"Dasar guru pick me."
KAMU SEDANG MEMBACA
Medicine Love
RomanceCinta beda usia? Kei Arlanta, dikenal sebagai CEO muda berumur 26 tahun. Ia harus menjalankan perusahaan milik ayahnya itu dikarenakan ayahnya telah meninggal dunia. Di kehidupan Kei yang begitu damai, datanglah seorang gadis cerewet dan nakal bern...