04

15 8 0
                                    

Bel akhirnya berbunyi. Ailyn dengan cepat melangkahkan kakinya menuju kelas Zena.

Sesampainya Ailyn di kelas Zena, ia melihat sahabatnya itu senyum-senyum sendiri sembari menatap ponselnya.

"Napa lo?" tanya Ailyn kepada sahabatnya dan Zena hanya geleng-geleng sambil tersenyum.

"Ailyn, lo pernah ga si jatuh cinta sama seseorang?"

Seketika Ailyn terdiam, tiba-tiba pikirannya teringat kepada seseorang, yaitu Kei. "G—ga! Gue ga inget." Ucapannya seketika menjadi terbata. "Gue kenapa sihhhhh!"

"Gue bisa melayang lama-lama, xixixixi."

"Jatuh cinta sama siapa lo?"

"Sshhhh! Gue ga bisa kasi tau lo disini, nanti aja kalo kita berdua di tempat yang sepi. Okey?"

Teman Zena terkejut mendengar perkataan mereka. Apa? Di tempat yang sepi? Apa yang sebenarnya mereka rencanakan. Teman Zena itu mulai berpikir bahwa sepertinya mereka benar-benar berpacaran.

"Oh ya, ga ke kantin lo?" tanya Ailyn.

"Hah? Udah bel ya?"

"Lo daritadi ngapain sih? Lo ga sadar kalo bel udah bunyi?"

"Hehehe, maafkan sahabat kesayanganmu ini ya. Ayo ke kantin sayang!"

Ailyn menatap temannya itu dengan tatapan jijik. "Jijik tau ga."

Mereka berdua berjalan menuju kantin. Ailyn dapat melihat wajah sahabatnya yang terlihat sangat sangat sangat bahagia, sahabatnya itu benar-benar sedang jatuh cinta.

"Mau pesen apa? Hari ini gue traktir!" ucap Zena.

"Serius lo?"

"Seriussss. Gue traktir karna gue lagi happy banget hari ini, xixixixixi."

"Oke, kalo gitu gue pesen soto ayam."

"Siap kanjeng ratuuu!"

Beberapa menit kemudian Zena datang dengan dua mangkok soto ayam ditangannya. Tapi tiba-tiba soto ayamnya itu terjatuh, dan kuah panas itu mengenai kulit Zena dan membasahi seragamnya.

"Aaaaaa, panasssss." Zena menekan-nekan tangannya yang baru saja terkena kuah soto yang sangat panas, ia dapat melihat tangannya yang merah karena hal tersebut.

"Lo kalo jalan bisa hati-hati ga sihh!!! Liat! Baju gue jadi kena soto tau!!"

Zena tidak menjawab perkataannya, ia sibuk menekan-nekan tangannya yang terasa sangat perih akibat terkena kuah soto. "Awww." Perlahan air matanya keluar, itu terasa sangat menyakitkan.

"OYY! LO DENGER GA SIH!" Perempuan itu mendorong Zena hingga membuat Zena hampir terjatuh.

Ailyn kemudian datang dan mendorong perempuan tersebut dengan sangat keras hingga membuatnya terjatuh dan menimpa kursi serta meja yang ada di belakangnya.

"ARGHH ANJ***!!!!"

Ailyn menarik kerah perempuan tersebut dan membuatnya terbangun. Tubuh perempuan tersebut sangat sakit, ia membaca nama yang tertera di seragam milik Ailyn, seketika ia terdiam. "Ailyn Fernancy?" Seketika perempuan tersebut teringat dengan kata teman-temannya, mereka mengatakan untuk tidak mencari masalah dengan siswi bernama Ailyn Fernancy.

Ailyn Fernancy. Mungkin kalian tidak tau, bahwa sebenarnya Ailyn adalah siswi yang sangat populer disekolahnya. Ia dikenal sebagai siswi cantik namun mempunyai sifat yang sangat buruk. Ia dirumorkan didekati oleh banyak laki-laki disekolahnya, namun Ailyn menolak semuanya. Yang membuat laki-laki disekolahnya menyerah untuk mendekatinya adalah karena dirumorkan bahwa gadis itu adalah penyuka sesama jenis.

Belum sempat Ailyn berbicara gadis itu langsung pergi dengan cepat.

"Lo gapapa kann? Bajing**!! Padahal dia yang salah anji**!! Dia yang senggol duluan bangs**!!!" Ailyn memegang tangan sahabatnya itu. "Anjirrr, tangan lo jadi merah giniii. Ayo cepet cuci." Ailyn membantu sahabatnya itu untuk bangun. Orang-orang yang awalnya berkumpul kemudian bubar.

Ailyn memgepalkan tangannya kuat-kuat saat melihat keadaan temannya, ia kemudian membalikkan badannya dan hendak menyusul perempuan tadi.

"Jangan Ai."

Langkah Ailyn terhenti seketika. "Tapi gue ga terima! Tangan lo melepuh kaya gitu, terus dia dorong lo juga!"

"Gapapa. Gue juga salah, harusnya gue lebih hati-hati."

"Tapi Zen—,"

"Sstt, gue gamau masalah ini diperpanjang."

Ailyn mendengus kesal. Sahabatnya itu memang seperti malaikat, ia adalah orang penyabar yang memafkan siapa saja.

Bel berbunyi. Mereka belum sempat makan dikarenakan soto ayam yang mereka beli tadi tumpah.

"Ayo gue anter ke UKS," ucap Ailyn.

"Kayanya gue mau ke kelas aja."

"Lo gila? Keadaan lo sekarang ga memungkinkan lo untuk belajar!"

"Tapi Ai, kalo gue ke UKS sekarang gue bakal ketinggalan pelajaran."

"Jadi belajar lebih penting daripada tangan lo yang melepuh itu? Zen, stop buat paksa diri sendiri."

"Ai. Mungkin kalo gue lahir dikeluarga yang kaya, gue ga perlu buat kerja sekeras ini."

Ailyn menatap sahabatnya dengan tatapan kesal. Ailyn kesal mengapa sahabatnya itu harus selalu hidup dengan penderitaan, tapi sahabatnya itu tidak pernah menunjukkan bahwa dirinya sedang menderita. Ailyn kesal dengan Zena yang selalu sabar dan tersenyum walaupun ia sedang sedih ataupun sakit.

"Yaudah kalo gitu lo ke kelas, gue ambil salep buat lo di UKS. Nanti gue anter salepnya ke kelas."

Zena tersenyum kepada Ailyn. "Thanks. Gue ke kelas ya." Zena berdiri dan berjalan menuju kelasnya. Sesekali ia merintih kesakitan karena tangannya terasa sakit.

💍💍💍

Kei membuka jasnya dan duduk, ia meregangkan semua ototnya. Rapat tadi memakan waktu yang sangat lama dan itu membuat badannya sakit. Mengurus perusahaan ayah memang bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, tapi Kei setidaknya beruntung karena ia tajir sedari lahir.

Laki-laki itu melepas kaca matanya dan memijat keningnya, ia kemudian mengambil bingkai foto yang ia letakkan di atas meja kerjanya. Ia menatap fotonya bersama ayahnya, mereka tersenyum lebar sembari memeluk satu sama lain. Kei merindukan ayahnya. Ayahnya pergi meninggalkannya satu tahun yang lalu dikarenakan penyakit yang dideritanya.

Tok tok tok

"Masuk."

"Nyonya Varla ingin bertemu dengan anda pak."

Kei mengangguk dan meletakkan kembali bingkai foto tersebut.

Seorang perempuan berambut panjang masuk dan duduk berhadapan dengan Kei.

"Kalo kamu punya waktu luang ayolah sekali-kali kita dinner bareng," ucap perempuan tersebut. Varla merupakan anak dari pimpinan Varo Group dan ia mewakili perusahaan ayahnya saat menghadiri rapat tadi.

"Saya sibuk. Jika ada hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan maka saya tidak akan menerimanya."

Perempuan itu mendengus kesal lalu pergi dari ruangan tersebut. Banyak perempuan yang mengincar laki-laki yang gila kerja itu, siapa lagi jika bukan Kei. Tidak pernah terlintas dipikirannya untuk mencari perempuan dan berkencan, ia hanya memikirkan tentang pekerjaan, pekerjaan dan pekerjaan.

Tok tok tok

"Masuk."

Seorang perempuan kemudian masuk, ia merupakan sekretaris yang bekerja di perusahaannya.

"Jika ini berkaitan dengan hal selain pekerjaan maka saya tidak akan melakukannya."

"Maaf pak, apa bapak tidak menjemput adik sahabat bapak? Ini sudah jam lima, sedangkan murid sudah pulang sekitar jam empat tadi."

Mata Kei yang awalnya lemas seketika terbuka lebar. Ia menaikkan sedikit lengan kemejanya dan melihat waktu di jam tangannya. Gawat, ia telat!

Medicine LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang