2. Interact

217 179 181
                                    

Alseder menatap pintu utama rumahnya dengan tatapan kosong, perlahan ia ragu untuk membuka pintu itu. Setelah dibukanya pintu itu, ia rasa rumahnya sudah tidak sehangat dahulu. Ralat merasakan itu juga hanya beberapa tahun. Semuanya telah berubah sejak dirinya duduk di kelas 6 Sekolah Dasar.

Cinta, perhatian, serta kebahagiaan telah lenyap begitu saja.

"Hahh" Alseder menghela napas gusar.

Perlahan kedua kaki Alseder masuk ke dalam rumah mewah milik Maularos. Saat ia hendak kembali menutup pintu itu yang menjulang tinggi, Ayah Alseder —Reza Maularos sudah duduk di ruang tengah. Sepertinya memang sengaja menunggunya.

Reza bangkit dari duduknya dengan tangan yang bersidekap di depan dada, ia sedikit kesal karena anaknya melewatinya begitu saja, tanpa menyambut sedikit pun. "Dari mana kamu? Gak inget pulang? Walaupun kamu punya apartemen, kamu jangan pulang seenaknya seperti ini!" sarkasnya.

Lelaki bertubuh bongsor itu sontak menghentikan langkahnya saat mendengar suara itu, helaan napas panjang terhembus dari hidungnya. "Al main ke rumah Radit dulu, Ayah." jawabnya datar tanpa menoleh pada sumber suara.

Reza menatap Alseder dari ujung kepala hingga ujung kaki, "sampai kapan kamu akan berhenti seperti ini? Menjengkelkan" tanyanya dengan sedikit meninggikan suaranya.

Alseder mengepalkan tangannya erat sembari menggertakan giginya kuat. "Sampai Ayah lepaskan Bunda dari neraka ini." jawabnya dengan penuh penekanan.

Selepas mengatakan itu Alseder berlalu, menaiki beberapa anak tangga dengan perasaan sedih, hancur, sakit, dan kecewa semuanya menyatu menjadi satu. Sedangkan Reza hanya diam tak berkutik di tempat menatap tajam kepergian putranya.

"Anak dan Ibu sama saja." umpatnya kesal dan berhasil masuk ke dalam indra pendengaran Alseder.

Makian sudah menjadi hal yang biasa bagi Alseder, tatapan ketidaksukaan dari sang Ayah selalu ia terima dengan lapang dada. Setelah peristiwa menyakitkan itu terjadi, ia telah kehilangan peran sosok sang Ayah dalam hidupnya.

Reza memang egois. Jika ia bersalah pun akan menyangkalnya mentah mentah, bahkan paling parahnya ia akan menyalahkan orang lain.
Mita selaku nyonya di rumah kediaman Maularos sudah lelah dengan apa yang menimpanya selama ini. Sakit, itu yang Mita rasakan.

Namun dibalik semua itu Mita sadar akan prilaku Reza terhadap dirinya. Siapa dirinya ini? Ia berada di sini juga karena perjodohan Ibunda Reza. Ia sangat tahu betul, bahwa Reza tidak akan pernah menginginkannya.

Selama 12 tahun lamanya Mita dibohongi oleh Reza, dan selama itu juga dirinya terpaksa harus mempertahankan rumah tangganya yang sudah tidak sehat lagi.

Kembali lagi....

Lelaki itu membuka pintu kamarnya dan menampakkan ruangan yang didominasi dengan warna abu-abu, kemudian membaringkan tubuhnya di kasur kingsizenya.

"Sampai kapan gue harus kayak gini?"

"Sebenarnya Ayah ini masih anggap gue anaknya gak sih?"

"Pantas gak ya kalau gue benci sama Ayah kandung sendiri?"

"Gue bukan anak durhaka'kan?"

Berbagai pertanyaan bersarang dalam pikiran Alseder, ingin sekali rasanya ia berteriak sekeras mungkin untuk meluapkan rasa lelahnya selama ini.

Alseder mengusap wajahnya frustasi, lantas memejamkan kedua matanya seraya meresapi kelelahan dalam fisiknya maupun mentalnya. Pikirannya terus menelusuri bayang bayangan kebahagiaan yang pernah ia rasakan dulu.

Detik berikutnya kedua mata lelaki itu terbuka, dan bangkit dari kasurnya bergegas untuk mandi. Ia tidak mungkin sejorok itu setelah seharian beraktivitas tidak membersihkan tubuhnya.

ALSEDER [Promise Of Love]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang