17. Her last home

43 30 38
                                    

Hari ini, hari di mana Alseder benar-benar menyaksikan kepergian sang Bunda. Hari di mana Alseder melihat sang Bunda untuk terakhir kalinya. Hari di mana keluarga, kerabat merasa terpukul karena harus kehilangan sosok yang mereka sayang, termasuk Alseder.

Pemakaman Bunda Alseder sedang berlangsung. Semua orang yang berada di pemakaman itu mengenakan pakaian berwarna hitam, sebagian orang pun ada yang memakai kaca mata hitamnya.

Lelaki itu, Alseder dari kemarin malam hingga sekarang tatapannya begitu kosong. Tubuhnya sungguh tak berdaya hanya sekedar menyaksikan pemakaman sang Bunda.

Keempat inti Georguz setia berada di samping Alseder, begitu pun dengan Saena. Gadis itu semalam tak pulang ke rumahnya, untung saja Zaeyyan dan Rifanny mengizinkan. Apalagi semalam pun Rifanny yang mengurus apa pun di rumah Alseder.

Tak lama, pemakaman mendiang Mita selesai. Sedikit demi sedikit di tempat pemakaman itu orang-orang mulai berkurang. Sekarang tersisa keluarga Saena, keluarga Elvasta sekaligus Alseder, anggota inti Georguz dan Crosgius, tak lupa Shera dan Jihan pun ada.

"Na?"

Saena yang memang berada di samping Alseder lantas menoleh dengan kedua mata yang sembab serta hidung yang merah. Sedari tadi ia menangis. "Iya, Kak?"

Kedua jiwa Alseder dan Saena bagaikan tertukar. Lelaki itu sama sekali tak mengeluarkan setetes apa pun air matanya.

"Bu-bunda benar-benar udah pergi, ya?" tanya Alseder memastikan seraya menatap makam yang bertulisan Mita Sayyinarandra di batu nisannya.

Sungguh semua ini terasa mimpi bagi Alseder. Sayang sekali, kemarin malam ia malah menuruti permintaan sang Bunda, sehingga sekarang ia menyesal karena tak ada di saat detik-detik sang Bunda menutup matanya untuk selama-lamanya.

"Kak? Kuat, ya! Sekarang Ibun udah gak sakit lagi." lirih Saena kedua matanya tak lepas dari makam mendiang Mita, kemudian tangannya terulur dan mengusap punggung lebar Alseder.

"Kalau cinta, sayang, dunia, semesta, semua milik gue pergi. Gimana nasib gue selanjutnya dalam menjalani hidup?"

"Masih ada aku, Kak." balas Saena seraya tersenyum tulus membuat lelaki itu menoleh ke arahnya, "mulai sekarang, cinta, sayang, dunia, semesta, semua milik Kak Alse ada dalam diri aku." sambungnya lagi.

Mendengar kalimat terakhir Saena, seorang gadis yang berada di samping anggota inti Georguz itu mengepalkan tangannya kuat. Lantas melangkahkan kakinya dan menerobos di antara Alseder dan Saena.

"Apa, sih, lo? Gak jelas banget" timpal Shera dengan nada bicara ketus sembari menatap Saena tajam.

Kedua mata Saena sedikit melebar, ia terkejut, sungguh. "Kak Shera?" gumamnya pelan.

Raditya yang kesal melihat tingkah Shera saat itu sontak menarik paksa lengan Shera untuk menjauh dari sana. "Gak sopan banget, lo." sergahnya.

"LEPAS! LO KENAPA, SIH? IKUT CAMPUR MULU?" teriak Shera tepat di depan wajah Raditya.

"Tutup mulut lo! Bau seblak"

"Gue gak makan seblak, set—"

"STOP!" perintah Reza suaranya begitu nyaring hingga mampu membuat Shera dan Raditya bungkam.

"Dit, udah sini jauhi cewek tolol itu!" Gion bersuara yang ditujukan untuk Raditya dan berhasil membuatnya menurut.

Sang ketua Crosgius melangkahkan kakinya mendekat ke arah Alseder, "Al, gimana? Mental lo baik-baik aja' kan?" bisiknya tepat pada telinga Alseder. Tanpa mendengar jawaban Alseder, ia berbalik dan mengajak anggota inti Crosgius untuk meninggalkan pemakaman kota itu.

ALSEDER [Promise Of Love]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang