kepergok

272 32 7
                                    

Hari pertama tarawih terasa teramat ramai, apalagi setelahnya ada kultum Ramadhan yang di isi oleh ustadz Rafi.

Sedangkan Arsakya akan mengambil kultum besok lusa. Sebagai pergantian jadwal kultum nya.

“ assalamualaikum Gus, ” panggil seseorang.

Arsakya mendongak sekilas, Setelahnya menunduk.

“ waalaikumsalam, ada apa ustadzah?”

“ em itu Gus, Gus Sakya di panggil di ndalem, katanya ada yang nyariin.”

Alis Arsakya terangkat,“ siapa? ”

“ mungkin teman Gus Sakya, dia bilang tadi sama—”

“ ehm.” Arsakya berdehem sejenak, “ ya sudah saya ke sana sekarang. Terima kasih, assalamualaikum.” Arsakya berlalu begitu saja, yang membuat ustadzah itu menghela nafas panjang.

“ waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh...”

“ astagfirullah, astagfirullah, jantung.” ucapnya pelan, sambil mengelus dadanya.

Ustadzah itu kini melanjutkan langkahnya.

Di satu sisi, Arsakya segera bergegas ke ndalem, mendengar temannya datang, ia dengan segera menyusul nya.

“ assalamualaikum...” salamnya ketika memasuki ndalem.

Ketiga orang yang berada di ndalem kompak menoleh, lalu menjawab salam.

“ waalaikumsalam.”

Arsakya duduk di sebelah umma nya, lalu menyalimi tangan sang umma.

“ umma ke dapur dulu ya.” pamitnya pada sang anak.

Arsakya mengangguk, “ Syukron umma.”

Alesa mengangguk lalu berpamitan ke dapur.

“ tumben, ada apa? ” tanya Arsakya langsung.

Abidzar melirik Reyan, bergantian Arsakya.

“ sebenarnya—”

“ assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...” salam seseorang memasuki ndalem.

Ketiga orang itu menoleh dan menjawabnya berbarengan.

“ waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.”

Gus Davin yang notabene seorang kyai pondok pesantren tersenyum hangat mendapati teman-teman anaknya.

“ loh Gus Idzar.” ucapnya ketika tak asing dengan pemuda yang sangat ia kenal.

Abidzar beranjak dari duduknya, lalu tanpa segan mencium punggung tangan pria paruh baya itu.

nggeh pak kyai.”

Gus Davin duduk di samping anaknya, lalu Arsakya mencium punggung tangan Abba nya.

Kini bergantian, Abidzar menyuruh Reyan untuk ikut serta menyalimi pria berumur itu. Agar terkesan lebih sopan. Reyan pun dengan patuh mengikutinya.

“ gimana kabar Abi kamu Gus? ”

“ Alhamdulillah sangat-sangat baik, pak kyai.”

Ke empat orang itu pun melanjutkan acara berbincang-bincang nya, sesekali terkekeh karna hal yang lucu.

Reyan hanya menjadi pendengar, sesekali menyahuti pertanyaan yang di lontarkan oleh pria berumur itu.

“ ini jamuan nya, maaf ya. Umma cuma ada nya ini doang.” ucap Alesa yang tiba-tiba datang,  membawa nampan berisi tiga buah teh hangat, dengan dua buah toples berisi kacang, serta kue kering.

Takdir Cinta Seorang GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang